Yuno kini berdiri dihadapan kamera bersama Natasha, sejam yang lalu ia masih belum siap menjadi model cadangan.
Fotografer pun memberikan aba-aba kepada kedua model. Rista menatap kedua dengan mengulum senyum, sementara itu Darren malah memperhatikan sikap desainernya itu.
Yuno tampak gugup ketika tangannya tak sengaja bersentuhan dengan lengan Natasha.
"Tuan, tenanglah dan tersenyum. Bersikaplah seperti biasanya, anda terlalu kaku. Nanti hasil fotonya tidak terlalu bagus," jelas Fotografer.
Yuno pun memperbaiki posisinya, ia mencoba mengatur nafasnya agar tetap santai.
"Jangan gugup!" Natasha berkata lirih dengan tersenyum.
Yuno pun tersenyum tipis.
"Ayo, Tuan Yuno. Anda pasti bisa!" teriak Rista.
"Bisa tidak kau jangan berteriak begitu," Darren yang berada disampingnya berkata pelan sambil menutup telinganya.
Rista hanya menoleh sebentar menatap Presdir lalu tersenyum. "Saya hanya memberikan semangat, Tuan!"
"Kau hanya mengganggu konsentrasinya saja!" ucap Darren lirih.
Rista malah memanyunkan bibirnya, lalu melirik tajam atasannya itu.
Hampir 3 jam pemotretan berlangsung, cukup lama karena Yuno terlihat sangat kaku sehingga fotografer harus kerja keras mengatur gaya. Belum lagi keringat yang menetes di wajah pria itu membuat tim makeup berkali-kali mengelapnya lalu memoles kembali bedak dan pewarna bibir di wajahnya.
Natasha tersenyum puas, pemotretan selesai dan berjalan lancar. "Terima kasih!" ucapnya kepada Yuno.
"Ya, ini saya lakukan demi Arta Fashion," Yuno pun berlalu.
"Sombong sekali!" batinnya sembari menatap punggung pria yang menjadi model pendampingnya.
Rista menghampiri Yuno yang hendak berjalan ke ruangannya, "Anda sangat keren!"
"Terima kasih," Yuno tersenyum.
"Aku rasa sebentar lagi anda akan menjadi terkenal," ujar Rista.
"Aku tidak ingin terkenal, Rista."
"Tapi, anda dan Nona Natasha sangat serasi. Sepertinya kalian cocok!" ujarnya.
"Kau ini bicara apa. Kembalilah bekerja sebelum Presdir memarahimu!"
"Baiklah, saya akan kembali bekerja," Rista pun berlalu.
...----------------...
Lima hari kemudian....
Foto Natasha dan Yuno telah dirilis, respon masyarakat cukup bagus terutama kepada model pria. Bahkan beberapa komentar di media sosial memuji ketampanan sekretaris Presdir itu.
Seluruh karyawan memberikan selamat kepada Yuno atas keberhasilannya menjadi model pendamping Natasha.
Tak ketinggalan Rista memberikan ucapan kepada pria itu. "Apa yang saya katakan, kalau anda telah menjadi terkenal."
"Itu hanya kebetulan saja," ujar Yuno.
"Tidak ada yang kebetulan, Tuan. Sepertinya anda harus berterima kasih pada Presdir karena mengusulkan anda!"
"Arta Fashion sukses saja sudah membuat saya senang," ujarnya.
"Ya, ampun ternyata Tuan baik hati sekali. Pantas saja teman saya sudah jatuh hati pada anda pertama kali melihat foto Tuan Yuno bersama Presdir keluar dari rumah sakit."
"Katakan pada temanmu, terima kasih!"
"Nanti akan saya sampaikan," ujar Rista.
Ditengah obrolan keduanya Natasha datang menghampiri mereka.
"Kalau begitu, saya duluan ke ruangan," Rista tersenyum lalu meninggalkan keduanya.
Natasha menampilkan senyumannya.
"Pagi, Nona!" sapa Yuno menundukkan sedikit kepalanya.
Natasha mengulurkan tangannya lalu tersenyum, "Selamat atas keberhasilannya!"
"Keberhasilan apa, Nona?" Yuno hanya melihat uluran tangan itu.
"Duet foto kita cukup diminati dan mereka suka," jawab Natasha.
"Itu hanya kebetulan, anda adalah artis hebat dan terkenal memiliki penggemar. Tentunya mereka hanya melihat Nona saja."
"Itu tidak benar, mereka malah bertanya tentang anda," jelas Natasha.
Yuno menarik sudut bibirnya.
Natasha menarik lagi tangannya. "Sekali lagi selamat!" ia pun berlalu.
-
Tak hanya karyawan Arta Fashion dan Natasha memberikan selamat. Presdir juga memberikan ucapan yang sama.
"Ternyata kau cukup berbakat di dunia modeling," puji Darren.
"Aku tidak mau jadi terkenal," ujarnya.
"Tapi, sekarang kau sudah terkenal!"
"Ini semua karena dirimu!"
"Tapi, aku sangat berterima kasih kepadamu karena sudah membantu Natasha dan Arta Fashion," ungkap Darren.
"Ya, sama-sama."
-
-
Jam makan siang, Yuno keluar hendak mencari makanan untuk dirinya dan Presdir. Namun matanya tertuju pada Natasha yang berjalan seorang diri memasuki mobil, tepatnya dia sendiri yang mengemudinya.
"Tumben sekali, dia menyetir sendiri!" gumamnya.
Mobil Natasha pun meninggalkan Arta Fashion. Yuno penasaran, mengikuti mobil sang artis.
Natasha menghentikan laju kendaraannya di sebuah toko mainan tak lama kemudian ia keluar dengan membawa begitu banyak kantong belanjaan.
Lalu mobilnya melaju ke suatu tempat, ia berhenti lagi. Tampak seorang pria muda masuk ke kendaraan itu.
"Mau ke mana dia sebenarnya?" bertanya dalam hati.
Yuno masih mengikuti Natasha, sampai ia lupa membelikan makanan untuk Darren.
Tak sampai 10 menit, mobil Natasha berhenti di sebuah yayasan amal. Wanita itu turun bersama pria yang bertemu dengannya di jalan.
Membawa begitu banyak kantong berisi mainan. Anak-anak kecil berlarian menghampiri keduanya dengan wajah bahagia, mereka saling berpelukan.
Yuno semakin penasaran lalu ia turun dan mendekatinya.
"Kakak membawa teman, ya!" celetuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Natasha mengerutkan keningnya, ia pun membalikkan tubuhnya dan terkejut Yuno berada di belakangnya.
"Dia siapa, Na?" tanya pria yang berada di samping Natasha.
"Dia temanku, Rel. Tepatnya sekretaris Presdir Arta Fashion," jawabnya.
Pria itu mengulurkan tangannya, "Aku Varrel!"
Yuno menyambut uluran tangan teman Natasha dan menyebut namanya.
"Kenapa anda di sini?" Natasha tampak heran.
"Kebetulan lewat," jawab Yuno berbohong.
"Kakak, kami bawa mainan ini ke dalam," ujar salah satu anak.
"Iya, pergilah dan bermain," Natasha tersenyum begitu hangat pada anak-anak itu.
"Na, aku pergi ke dalam menemui ibu panti," ujar Varrel.
Natasha mengangguk mengiyakan.
Varrel pun pergi meninggalkan keduanya.
"Aku pikir kau adalah artis yang suka hura-hura dan sering ke klub malam," ucap Yuno.
"Aku juga suka hura-hura bahkan mabuk," tuturnya.
"Apa kau melakukannya ini untuk menutupi kelakuan burukmu itu?" tanya Yuno.
"Bisa dikatakan begitu."
"Memang benar, pemain drama sangat pintar berakting." Yuno tersenyum sinis.
"Tentunya," Natasha menyunggingkan senyumnya. "Anda ke sini hanya ingin mengatakan itu saja?" lanjutnya bertanya.
Tanpa menjawab Yuno bergegas meninggalkan Natasha karena tiba-tiba ia ingat untuk membelikan makanan Presdir.
Varrel keluar setelah Yuno pergi, "Kenapa kau berbohong padanya?"
"Lebih baik dia menilaiku buruk," jawab Natasha.
"Kenapa tidak katakan saja sejujurnya jika kau menyukainya?"
"Jika ku mengatakan sejujurnya dia akan menjauhiku," jawab Natasha, ia pun berlalu kembali ke mobil.
"Andai kau tahu perasaanku, apakah dirimu akan membalas perasaan ini?" Varrel bertanya dalam hati menatap punggung wanita yang telah menjadi sahabat masa kecilnya.
"Ayo, Rel. Kau mau disitu saja!" teriak Natasha.
Varrel bergegas mendekatinya.
-
Darren melihat jam arlojinya, jam makan siang telah lewat 15 menit. "Ke mana dia? Lama sekali membeli makanan," gumamnya.
Darren mencoba menghubungi nomor Yuno namun tidak aktif, ia akhirnya menelepon Rista.
"Halo, Tuan!"
"Belikan aku makanan sekarang juga!"
"Tuan, saya sedang makan. Bisakah anda menunggu sebentar?"
"Tidak bisa, ini sudah lewat waktu makan siang. Cepat pergi belikan," perintahnya.
"Iya, Tuan. Kirimkan nama restoran dan makanan apa saja yang ingin dibeli," ujar Rista.
Darren langsung menutup teleponnya dan mengirimkan pesan.
Rista mengerutkan keningnya, "Dari mana Presdir tahu nomorku?"
Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Rista, ia pun membuka dan membacanya. Ia terpaksa menghentikan makannya dan pergi membeli pesanan Presdir.
Beruntung sopir kantor membantunya mengantarkannya ke restoran langganan Presdir.
Darren kembali menghubungi Yuno, "Kau di mana?"
"Maaf, tadi aku ada urusan. Aku akan membelikannya untukmu," jawabnya dari kejauhan.
"Tidak usah, aku sudah menyuruh Rista dan sopir kantor membelinya. Kau kembali saja ke sini," ujar Darren.
"Baiklah, kalau begitu." Yuno menutup teleponnya.
Tak lama Darren menghubungi sekretarisnya, Rista datang membawa pesanannya.
"Sesuai dengan pesanan anda sesuai standar kesehatan dan kebersihan yang diminta," ujar Rista.
"Kau bisa kembali ke bekerja!"
"Kalau begitu, terima kasih!" Rista berkata menyindir.
Darren mengernyitkan keningnya.
"Selamat makan, Presdir!" Rista tersenyum manis.
"Terima kasih!" Darren akhirnya mengucapkannya.
"Nah, begitu dong. Saya jadi senang mendengarnya, jangan lupa di transfer uangnya. Beli makanan itu pakai uang saya," ucap Rista.
"Iya, cerewet! Pergilah ke ruanganmu, jangan lupa rancangan desain buat pameran," ujarnya.
"Siap, Presdir!" Rista tersenyum. Ia kemudian kembali ke ruangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Rini Astuti
lanjuut
2022-07-10
1
𝓐𝔂⃝❥𝑩𝒆𝒍𝒍𝒆𝒛𝒛𝒂❥⃝•ꨄ︎࿐
Cieee bang Darren, nggak sekalian minta siapin neng Rista bang 🤭🤣
2022-07-09
1