BAB 15
Hari yang cukup menegangkanpun tiba. Semua perlawanan ternyata tidak hanya menghadapi para direktur tapi juga pemegang saham. Yang ternyata punya kepentingan menggemboskan nilai salah satu saham perusahaan milik Tuan Rahardi.
Kali ini Pelangi tidak diperbolehkan ikut dalam rapat. Abyseka, Abimanyu, Zaki dan Rizki.
Pelangi dengan sabar menunggu di ruangan Abyseka. Dan berharap semoga semua berjalan seperti yang diharapkan. Bagaimanapun Pelangi sudah terjun dalam peprangan internal perusahaan. Rasa was-was pasti menyergapnya.
Hampir dua jam lebih Pelangi mondar-mandir gelisah dalam ruang kerja Abyseka. Namun masih belum ada tanda-tanda rapat sudah selesai.
Karena bosan dan lelah menunggu, Pelangi tertidur di atas sofa dengan kepala tersandar di sisi sandaran tangan sofa.
Entah berapa lama Pelangi tertidur. Sampai di rasakannya ada seseorang yang menyentuh dahinya.
"Apa kau lelah sekali?" Abyseka mengusap lembut rambut dan pipi Pelangi.
"Tidak. Hanya bosan tidak melakukan apa-apa di sini. Kalau saja aku ikut masuk ruang rapat, aku pasti bisa membantumu."
"Belum saatnya. cukup Zaki dulu. Turun dan tinggulah aku di cafe perusahaan. Ini sudah waktuny makan siang."
"Bisakah aku bergabung dengan teman-teman ku?"
"Bila kau kebetulan bertemu dengan mereka di sana silahkan. Tapi begitu aku datang, kau wajib bergabung denganku. Tapi tidak usah menghubungi mereka untuk bergabung, ada beberapa hal yang mereka tidak perlu tahu."
"Seperti itu. Baiklah." Pelangi cukup mengerti untuk tidak membantah Abyseka.
Ia segera turun menuju cafe perusahaan dan memilih duduk di kursi bagian luar cafe. Menurut petunjuk dari Abyseka.
Sebelumnya Pelangi mengambil jatah makan siang karyawan dan membawanya ke tempat duduk yang di pilihnya.
Tanpa menunggu lama Pelangi mulai melahap makanan di hadapannya. Sesekali ia melempar pandangannya ke jalanan yang ramai. Lalu lalang para pejalan kaki, kendaraan bermotor dan para pedagang keliling. Kota ini memang jarang sepi, hampir duapuluhempat jam ramai terus.
Sejurus kemudian, Pelangi melihat ada sesuatu yang janggal. Sebuah sepeda motor yang melaju kencang, tiba-tiba saja motor itu terjatuh dan pengendaranya terguling-guling di atas aspal. Sedang motornya ambruk meluncur kencang ke arah Pelangi.
Spontan Pelangi melompat dari duduknya dan berlari menghindar. Alhasil meja kursi serta makanan yang ada di atas meja berhamburan. Sepeda motor kemudian membentur dinding cafe menghasilkan suara benturan yang sangat keras.
Dengan jantung yang masih berdebar-debar mata Pelangi mencari pengendara motor. Di lihatnya pengendara itu berdiri dan hendak pergi meninggalkan kekacauan yang di buatnya.
Pelangi berlari berusaha mengejar si pengendara. Begitu melihat Pelangi sedang berlari ke arahnya pengendara itupun berlari menjauh.
Pelangi mempercepat langkahnya, namun sebuah tangan yang kuat melingkar kuat di pinggangnya dan menahannya untuk tidak berlari. Abyseka.
"Kak...itu orangnya mau pergi. Dia...."
"Biarkan saja..."
"Tapi...."
"Sudahlah....ikut aku. Biar kulihat apa kau terluka atau tidak."
Abyseka menarik tangan Pelangi agar mengikutinya. Sekali lagi Pelangi menoleh pada pengendara itu yang semakin menjauh.
Apasih maunya orang itu? Batin Pelangi. Sudah niat banget pingin nyelakain aku?
"Sudahlah... Kalau kau masih penasaran. Kucium di sini. Biar semua orang melihat kita."
"Eh...ja...jangan! Sembarangan banget deh Kak."
Abyseka mengandeng tangan Pelangi sampai masuk ke dalam ruang makan putih. Ruang makan khusus untuk pemilik perusahaan, CEO, dan tamu khusus.
Ini pertama kalinya Pelangi masuk ruang makan putih. Kesan pertama yang di tangkapnya adalah, mewah. Ruangannya tidak begitu besar, namun terkesan elegan. Furniturnya di buat dari kayu jati berkualitas terbaik. Begitu pulang dengan peralatan makan yang berkesan sangat moderen.
Ada tiga buah set meja makan. Satu set meja makan dengan meja yang besar dan panjang. Dengan enam kursi makan mengelilinginya.
Satu set lagi dengan meja yang lebih kecil dengan empat kursi makan yang mengelilinginya. Dan satu set lagi dengan hanya terdiri dari dua kursi makan. Di meja makan inilah sudah tersedia beberapa macam menu.
"Ayo makan." Abyseka membimbing Pelangi duduk.
"Jadi ini ruangan putih itu. Hampir semua karyawan penasaran seperti apa ruangan ini."
"Tidak ada yang istimewa sebenarnya. Mungkin karena tertutup jadi banyak yang penasaran."
"Iya...ya..."
Abyseka mengambilkan Pelangi nasi dan menaruhnya di atas piring di hadapan Pelangi yang masih saja takjub dengan ruang makan putih ini. Padahal menurut Abyseka tidak ada yang istimewa dengan ruang makan putih ini. Hanya berisi perabotan dan beberapa hiasan dinding.
Abyseka makan sembari memperhatikan Pelangi. Gadis itu makan dengan santainya. Hampir semua makanan yang ada di atas meja di cicipinya.
"Kau tidak apa-apakan Lany?" tanya Abyseka
"Ya...memangnya aku harus kenapa-kenapa ya?"
"Bukan begitu...kau tidak takut atau trauma? Beberapa kali mengalami hal yang tidak mengenakan. Aku khawatir kau mengalami guncangan kesadaran. Kamu merasa tidak apa-apa, tapi alam bawah sadarmu mengatakan tidak baik-baik saja."
"Kalau itu, aku tidak tahu. Selama ini tidak terjadi apa-apa. Aku tidur pulas, tidak ada mimpi buruk. Ada rasa khawatir, tapi tidak cukup menggangguku."
Abyseka tersenyum, "Kalau kamu merasakan sesuatu yang salah. Cepat beritahu aku, biar cepat bisa di atasi. Jangan pendam sendiri. Kalau tidak, aku akan memaksamu tinggal di apartemenku supaya bisa selalu kuawasi."
"Kak...bukannya itu berlebihan? Apa kata orang?"
"Aku tidak hidup karena perkataan orang-orang. Jangan pernah berpikir aku akan menuruti kata orang. Apalagi menyangkut dirimu. Kamu punyaku, bukan punya orang lain."
Pelangi mendengus perlahan. Ampun deh Kak Aby ini. Ternyata orangnya keras kepala sekali.
"Jangan cemberut gitu. Jelek! Ayo ke ruanganku. Sudah selesai makannyakan?" Abyseka menjentik hidung Pelangi.
"Ya..."
Baru saja mereka sampai di ruangan Abyseka, Zaki masuk diikuti seorang wanita perawakannya lebih tinggi dari Pelangi. Bahkan tingginya menyamai Zaki. Yang menurut pelangi sudah sangat menjulang dengan tinggi 185centimeter.
"Tuan, perkenalkan ini nona Lusi." Zaki memperkenalkan perempuan yang bersamanya.
"Oh, ya. Nona Lusi sudah di jelaskan apa tugas anda?"
"Ya Tuan."
Abyseka memandang ke arah Pelangi, tinggal menjelaskan keadaan sesungguhnya pada gadis ini. Dan kelihatannya akan banyak terjadi perdebatan. Hahhh.....
"Pelangi, kenalkan ini Nona Lusi yang akan menjadi sekertarisku."
Lusi mengulurkan tangannya pada Pelangi. Dan di sambut dengan senyum ramah oleh Pelangi.
"Hai, namaku Pelangi. Mudah-mudahan kita bisa bekerjasama."
Abyseka menarik nafas berat, diikuti senyum masam dari Zaki.
"Tugas utama Lusi bukan sebagai sekertaris, tapi menjadi bodyguardmu. Tugas sekertaris hanya penyamaran saja. Tugas utamanya adalah menjagamu."
Pelangi memandang Abyseka dan Zaki bergantian. Meminta kepastian atas apa yang di dengarnya barusan. Abyseka mengangguk meyakinkan. Begitu pula dengan Zaki.
"Tapi Kak!..maaf...Tuan. Saya bisa menjaga diri sendiri. Apasih yang bakalan terjadi? Paling cuma tabrak lari, atau di dorong ke trotoar. Saya masih bisa mengatasinya Tuan."
"Bagaimana kalau tabrak lari pakai mobil, dan lukamu tidak ringan. Bahkan bisa cacat seumur hidup? Atau tidak hanya di dorong ke trotoar tapi dari gedung bertingkat?"
"Tapi ini berlebihan Kak... Aku tidak mau!" Pelangi duduk di samping Abyseka dengan kesal.
"Ok kalau tidak mau, tapi ada syaratnya."
Senyum sumringah langsung terukir di wajah Pelangi, "Apa itu?"
"Berhenti bekerja, tunggal di apartemenku. Biar pengawasanku padamu duapuluhempat jam. Kemanapun harus bersamaku atau Zaki."
"Iihhh....bukan muhrim. Dosa Kak."
"Ok. Kita nikah siri dua hari lagi, kamu pindah tempatku dan di umumkan di kantor siapa istriku. Ok? Aku lebih suka opsi ini. Betulkan Zaki?"
"Nggak! Aku bisa mati kalau harus diam saja."
"Lalu, apa sebulan kemudian kita menikah dan kau tetap bisa bekerja di di sini?"
"Kenapa sih ujung-ujungnya menikah? Apa tidak memikirkan keluarga kita masing-masing dan pendapat mereka?"
"Kalau tidak mau menikah ya...tetap kembali pada aturan pertama. Lusi tinggal di apartemenmu. Dan menjagamu sepanjang hari."
"Kalau aku mengundurkan diri dan bekerja di tempat lain bagaimana? Bukankah ini karena aku membantumu membongkar pencurian yang ada di perusahaankan."
"Aku akan langsung meminta ke Papa untuk menikahimu dan menguraikan semua alasanku. Dan kita tetap akan pindah ke apartemenku."
"Ujung-ujungnya tetap ke sana."
"Ikuti yang pertama tadi. Tetap bekerja, tinggal di apartemenmu sendiri dengan Lusi. Kau masih agak bebas pergi ke manapaun. Deal?"
"Kak Aby nggak asik!"
Abyseka tersenyum puas mendapati Pelangi yang akhirnya pasrah pada keputusannya. Padahal dia dan Zaki sudah berdiskusi argumen apalagi yang harus dikeluarkannya bila Pelangi masih saja mencari-cari alasan.
Zaki menarik nafas lega. Melihat Pelangi tidak melakukan perlawanan yang cukup sengit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ummu Jihad Elmoro
Ahaha... semua opsi nggak ada yg mengenakkan..😂
2024-07-11
0
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
seru ouy....💖
2024-02-13
1