BAB 9
Abyseka meninggalkan Ratry dengan wajah kesal. Ia sangat tidak suka dengan wanita yang terlihat tidak mengenakan baju. Apalagi ditambah dengan sifat yang agresif.
Abyseka menyerahkan kartu kreditnya pada Zaki untuk membayar belanjaan.
"Tuan, ini keperluan saya jadi..."Pelangi berniat membayar namun dengan cepat Abyseka menggandeng tangan Pelangi menuju mobil. Meninggalkan Zaki mengantri dan membayar semua banjaan.
"Maaf Pelangi, kita belum membeli kebutuhan pribadimu." kata Abyseka ketika mereka sudah berada dalam mobil menunggu Zaki selesai membayar.
"Tidak apa-apa Tuan, bukan hal yang urgent. Besok saya bisa pergi sendiri."
"Tidak. Kamu harus di antar."
Pelangi tersenyum, "Apakah Tuan yakin? Kebutuhan wanita tidak hanya kapas dan bedak saja. Ada pembungkus, daleman, peralatan bulu, karet, berkawat dan berbusa. Yang bersayap bahkan yang berisi gel juga ada. Bagaimana?"
"Eh...it...itu...biar kamu saja yang beli." wajah Abyseka sedikit memerah.
Pelangi tersenyum menggoda. Bisa juga ia mengganggu Bossnya. Namun dalam hatinya penuh dengan tanda tanya. Siapa wanita yang kekurangan bahan tadi? Ratry? Apa hubungan Ratry dengan Abyseka?
Apakah dia seseorang dari masa lalumu Arjun? Tanya batin Pelangi. Diakah yang merubahmu menjadi seperti bongkahan es? Atau salahsatu wanita penggemarmu? Dia cantik dan sangat menarik. Wanita dengan daya pikat tinggi dan dapat mengunci pandangan seorang pria.
Sepanjang perjalanan pulang, Pelangi hanya memandangi jemarinya. Menunduk dan diam. Ia bingung dengan perasaannya sendiri. Kecewa, tapi mengapa? Abyseka samasekali bukan siapa-siapa baginya.
Abyseka tidak memiliki perasaan apapun padanya. Bahkan melupakannya. Hanya ia sendiri yang tenggelam dalam cinta sepihak. Hanya dirinya yang memandang Abyseka dengan penuh kehangatan. Namun tidak dengan sebaliknya. Sakit memang, tapi mau bagaimana lagi.
Abyseka sesekali melirik pada Pelangi. Ia melihat gurat kecewa dan sedih di wajah gadis itu.
Apa yang membuatmu sedih? Batin Abyseka. Tidak jadi belanja kebutuhan pribadimukah atau karena kehadiran Ratry? Dia bukan siapa-siapa di mataku. Tolong, jangan tampilkan wajah kecewamu itu. Aku tidak suka! Tapi, buat apa aku memikirkan apa yang kau rasakan? Kamu bukan seseorang yang harus kupikirkan perasaannya.
Abyseka melemparkan pandangannya keluar jendela dengan kesal. Bisa-bisanya dia memikirkan perasaan orang lain. Bodo amat!
Setelah membantu menurunkan belanjaan, Pak Hadi langsung berpamitan pada Pelangi. Sedang Abyseka langsung naik lift menuju apartemennya tanpa berkata apapun. Setelah melepas sepatunya ia bergegas masuk dalam kamarnya. Dengan kasar melempar handphone ke atas kasur dan mengacak rambutnya dengan kasar.
Apasih Mauku. Teriak batin Abyseka. Mengapa aku kesal melihat gadis itu kecewa. Aku kesal tidak bisa membuatnya tersenyum.
Begitu Pelangi masuk ke dalam apartemen, ia langsung menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Dia bingung mengapa harus kecewa. Abyseka tentu punya kehidupan ya sendiri. Hubungan pribadi dia dengan oranglain bukanlah urusan Pelangi.
Mengapa harus kecewa? Mengapa harus sakit hatiku?
Pelangi menepuk-nepuk dadanya yang terasa nyeri.
Sudahlah....lupakan, hilangkan rasamu...move on hatiku. Cari orang lain yang menyayangimu.
#######
Pelangi keluar shelter bus yang ada di dekat apartemennya. Berjalan perlahan menuju rumahnya. Sampai di depan gedung apartemen, tiba-tiba ada seseorang yang menegurnya.
"Pelangi? Pelangikan?....Arya, ingat?" seorang pria berbadan tegap berdiri di samping Pelangi.
Tentu saja ingat, bagaimana bisa lupa. Si jago voli yang semasa SMU mampu melelahkan hatinya.
"Arya...masih ingat. Apa kabarmu?"
"Baik. Kau tinggal di mana? Aku di Seruni. Apartemen Seruni. Yang di jalan Tandean. Tau?"
Pelangi mengangguk dan tersenyum, "Aku disini Langit Biru. Ada temanmu yang tinggal di sini?"
"Ya, teman kerja. Kebetulan aku mau ambil flashdisk yang terbawa olehnya. Baru pulang kerja? Sudah makan malam? Ayo ke kafe sebrang itu. Aku traktir deh....sudah lamakan kita nggak ngobrol-ngobrol."
Tanpa menunggu persetujuan Pelangi, Arya langsung menggamit lengannya dan membawanya menyebrang menuju kafe di seberang apartemen Pelangi.
Arya memesankan makanan kesukaan Pelangi. Dia masih hafal betul setiap kali pelangi diajak makan di luar pesanannya selalu sama. Ayam goreng dengan sambal geprek dan minumnya pasti es lemontea. Tidak ketinggalan sayurnya cah kangkung saos tiram.
Semasa SMU mereka pernah berpacaran, namun ketika hampir lulus di kelas 12,Pelangi memergoki Arya menambatkan hatinya ke gadis lain. Pelangi tidak mau lagi kembali pada Arya, meski pria itu terus memohon maaf padanya. Sampai akhirnya, Pelangi pindah ke kota P dan melanjutkan kuliahnya. Mereka benar-benar terpisah.
Abyseka melihat Pelangi sedang berbicara dengan seseorang di depan gedung apartemen, ketika ia sedang di antar masuk ke area parkir oleh Pak Hadi.
Ketika hendak masuk dalam lift Abyseka juga melihat Pelangi sedang di gandeng menuju kafe di seberang jalan. Matanya menajam melihat dua orang itu menyebrang jalan. Siapa pria itu?
Setelah mandi Abyseka berdiri mematung memandangi lampu-lampu dari balik dinding kaca apartemennya. Ia gelisah memikirkan pria yang tadi bertemu dengan Pelangi. Temannyakah itu? Kekasihnya? Abyseka menimang-nimang telepon genggamnya. Haruskah ia menghubungi Pelangi. Tapi apa yang harus di tulis ya? Tidak mungkinkan bila langsung ku tanya siapa yang bersamanya saat ini. Abyseka menjentikkan jemarinya, idenya muncul tiba-tiba.
Abyseka
Kamu di mana? Bisakan buatkan aku makan malam? Aku sudah sangat lapar.
Pelangi
Maaf Tuan, tidak bisa malam ini.
Abyseka
Kenapa?Apa kamu sakit atau sedang keluar?"
Pelangi
Saya sedang di luar. Makan malam dengan teman. Mungkin pulangnya agak malam.
Abyseka meremas telponnya kesal. Huh....dengan siapa dia sebenarnya? Mengapa tidak mengatakan sedang bersama seorang pria? Apa sengaja di sembunyikan?
Pukul sembilan malam Pelangi baru masuk ke dalam apartemennya. Tadi Arya meminta maaf atas apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Dulu Pelangi menolak mendengarkan penjelasan Arya. Menurutnya bukti di depan matanya sudah jelas. Mau di jelaskan apa lagi.
Berbeda dengan sekarang, Pelangi bisa mendengarkan penjelasan Arya dengan kepala dingin. Ternyata Arya sengaja diajak Nunung untuk pergi ke kafe. Nunung mengatakan bahwa Pelangi juga ada di sana. Sementara Pelangi juga di ajak Santi ke kafe yang sama. Di sana dilihatnya Nunung sedang mergelayut manja di lengan dan pundak Arya.
Arya sendiri sebenarnya sedang menolong Nunung yang katanya ada seorang cowok yang selalu mengikutinya kemanapun. Meskipun sudah menghindar bahkan di usir untuk menjauh. Masih saja menempel. Mungkin dengan mengira Nunung memiliki kekasih cowok itu akan menjauh.
Ternyata itu hanya akal-akalan Nunung untuk memisahkan Arya dan Pelangi. Dan usahanya berhasil. Pelangi marah sehingga mereka Purus. Harapan Nunung adalah ketika Arya putus dengan Pelangi, ia yang akan masuk mengisi kekosongan hati Arya.
kali ini usaha Nunung sia-sia. Arya tetap menolaknya sekeras apapun ia berusaha. Beberapa tahun lamanya Nunung berusaha menggapai hati Arya, namun tetap gagal.
Bahkan Arya menaruh hatinya pada gadis lain.
Sekarang Arya sedang sendiri. Sudah beberapa lama ia putus dengan kekasihnya karena jarak yang memisahkan mereka. Mantan kekasihnya itu lebih memilih studynya di bandingkan dengan hubungan mereka.
Sudah hampir jam sebelas malam, Pelangi belum juga bisa memejamkan matanya. Pikirannya melayang masih terfokus pada Arya.
Apa akan terjadi CLBK antara aku dan Arya? Lalu bagaiman perasaanku pada Arjuna? Yang satu, aku pasti di terima dengan tangan terbuka. Sok yakin gue. Tapi hatiku masih condong pada Arjuna. Yang lainnya, Aku yang terlanjur suka, tapi belum tentu di balas perasaanku. Coba kalau ada yang kusuka diapun menyukaiku. Palaku tidak sekusut ini. Ah...bodo ah...Tidur....besok masih harus buat sarapan.
######
Pelangi terkejut Ratry langsung masuk dalam ruangannya. Ia berdiri dan mencegahnya untuk masuk dalam ruangan Abyseka.
"Maaf Non, anda tidak bisa langsung masuk begitu saja. Biasanya Tuan Abyseka tidak suka." Kata Pelangi.
""Kenapa harus ijin dulu? Dia sudah biasa denganku. Kamu tidak punya hak untuk melarangku !"
"Tapi..."belum lagi Pelangi selesai berbicara, Ratry sudah masuk dan langsung mendekati meja Abyseka, diikuti oleh Pelangi.
"Maaf Tuan...."kata Pelangi agak meninggikan suaranya.
Abyseka mengngkat wajahnya dari beberapa file di hadapannya. Matanya langsung menajam melihat Ratry yang sudah ada di dekatnya.
"Hai Aby...kaget ya?!" sapa Ratry lebih mendekat lagi. Sontak Abyseka berdiri dan menjauh.
Ratry langsung memasang wajah cemberut.
"Apa aku menakutkan sampai kau ketakutan seperti itu?"
"Mau apa kamu?"
"Aby..." suara Ratry terdengar sangat lembut. "Sudah hampir makan siang, Ayo makan Bersamaku."
"Maaf...terimakasih. Sudah ada yang membuatkan makan siang untukku."
"Saya permisi Tuan." Pelangi pamit undur ke ruangannya.
"Tunggu...Pelangi ambilkan makan siangku. Dan.. Ratry, tolong tinggalkan ruangan ini."
"Aby..."
"Aku tidak menerima penolakan." Abyseka melihat Pelangi kembali dari ruangannya sambil membawa kotak bekal makan siangnya.
"Baiklah....aku pesan makanan saja. Kita bisa makan bersama di sini." Ratry mengeluarkan hp nya mulai memesan makanan.
Abyseka langsung mengambil kotak bekalnya dan langsung keluar kantornya.
"Beresi filenya dan kunci di laci." perintah Abyseka pada Pelangi.
"Baik."
"Eh...mau ke mana?" Ratry menyusul Abyseka.
Pelangi segera membereskan file yang berserakan diatas meja. kemudian memasukkan dalam laci dan menguncinya. Kunci ia masukkan dalam kantong. Kemudian membuka laptop Abyseka, menutup file-file yang masih terbuka dan memasukkan password. Dan laptoppun di tutup. Aman.
Pelangi kembali ke mejanya, melanjutkan yang tertunda tadi. Mencoba fokus pada pekerjaannya. Namun bayangan Ratry dan Abyseka yang makan bersama, cukup mengganggunya. Duduk berdua saling bercerita sambil menikmati makan siang. Saling bertukar lauk, mencicipi hidangan masing-masing. Ahkkk....
Brak!!
Pintu kantor tiba-tiba terbuka. Ratry. Masuk dengan wajah memerah dan kesal.
"Aby di mana?" tanya Ratry dengan mata berapi-api. Pelangi hanya bisa menggelengkan kepala.
"Bukannya tadi keluar bersama Non Ratry?"
" Jangan sok menutup-nutupi, bicara di mana dia?" suara Ratry mulai meninggi, cenderung melengking.
"Saya tidak tahu Non."
"Kau....Kalau berani menyembunyikan Aby. Tanggung akibatnya!" Ratry menunjuk-nunjuk wajah Pelangi.
"Sebaiknya Nona hati-hati bila berbicara!" Tuan Zaki. "Jangan sampai nanti Tuan Abyseka sendiri yang akan membuat perhitungan dengan anda."
"Kamu! Jangan coba-coba mengancamku. Bisa-bisa kalian berdua di pecat!"
Tuan Zaki tersenyum, "Aku kira Tuan Abyseka lebih percaya padaku dan Nona Pelangi daripada Anda. Anda yang akan di singkirkan Tuan Abyseka. Sekarang, tolong tinggalkan kantor ini."
Tuan Zaki membuka pintu kantor lebar-lebar dan mengulurkan tangannya mempersilahkan Nona Ratry pergi. Dengan wajah memerah kesal Nona Ratry keluar kantor, pintu pun di tutup Tuan Zaki. Ia ikut keluar memastikan Nona Ratry pergi.
Pelangi menarik nafas lega sambil duduk di kursinya. Hahhh....drama apa yang barusan terjadi?
Tuan Abyseka dan Non Ratry tidak makan bersama. Lega rasanya.....Tapi, dimana Tuan Abyseka makan. Apa iya dia bersembunyi di gardu satpam? Atau di kantin?
Pelangi mengambil ponselnya, mengirim pesan pada Tuan Abyseka.
Pelangi
Tuan ada di mana? Non Ratry sudah pergi.
Abyseka
Di belakang pabrik. Makan siang
Hari ini pasti akan menjadi hari panjang buat Tuan Abyseka. Batin Pelangi. Bayangkan saja di kejar-kejar kucing garong sampai lari terbirit-birit. Bakalan mimpi buruk nanti malam.
Abyseka sedikit bernafas lega setelah mendapat pemberitahuan dari Pelangi. Bahwa Ratry sudah pergi. Untungnya jangkahan kakinya lebar jadi ia bisa menghindar dari kejaran Ratry.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ummu Jihad Elmoro
Ahaha.. segitunya Aby ngehindar..😅
2024-07-11
0
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
ha...ha...ha....seru udah kyk apaan aja menghindarinya....😃
2024-02-11
0