BAB 4
Seminggu lamanya Arjuna di Rumahsakit. Keluarga Pelangi dengan sukarela membayar biaya perawatan dan menampung Arjuna sekeluarnya dari Rumahsakit dan melanjutkan perawatan di rumah. Untung saja pihak asuransi setuju dengan pengajuan asuransi yang di ajukan Papa Juanda, meskipun hanya separuhnya dari seluruh total biaya.
Arjuna menempati kamar tamu yang berada di samping ruang tamu. Pelangi dan mama Yuwanti mengaturnya agar Arjuna mudah beraktifitas dengan kaki yang masih sulit digerakkan. Di kamar hanya ada satu nakas kecil di samping tempat tidur dan satu lemari pakaian meja dan kursi yang biasanya ada, ditempatkan di ruang keluarga.
Setiap pagi sebelum berangkat ke kantor Pelangi membantu mama membersihkan luka , mengganti perban Arjuna dan membantunya ke kamar mandi. Sedang Ulfah mempersiapkan obat serta sarapannya sebelum berangkat sekolah.
Sepulang kerja pun Pelangi melakukan hal yang sama. Sebelum tidur Arjuna akan di bantu keluar kamar dan dapat bercengkrama bersama yang lain di ruang keluarga. Sebelum istirahat, Pelangi dan Ulfah akan membantu Arjuna dengan terapi gerak. Karena menurut terapis dari Rumahsakit, kaki Arjuna harus sering di gerakkan supaya ototnya tidak kaku dan mempercepat penyembuhan.
Satu bulan lebih Arjuna tanpa daya,semua kebutuhannya harus dilayani orang lain. Lama kelamaan ia belajar mandiri. Seperti ke kamar mandi, untuk mandi dan lainnya ia sudah bisa melakukannya sendiri. Meskipun masih menggunakan tongkat.
Pelangi kadang juga menanyakan keluarga Arjuna. Memancingnya untuk mengingat siapa keluarganya. Hobinya, kegiatannya sehari-hari atau apa saja yang bisa memancing ingatannya.
Melakukan kegiatan dan menanyakan Apakah Arjuna femiliar dengan kegiatan yang baru saja dilakukan. Siapa tau dengan pendekatan itu, ia ingat sesuatu.
Arjuna masih mengingat bahwa dia tidak pernah naik motor. Sama sekali dia blm bisa naik motor dan sepeda. Pelangi dan Ulfah sampai tidak habis pikir,bagaimana ceritanya cowok modern jaman now, tidak bisa naik motor atau sepeda.
"Apa mamamu pernah menyediakan atau membuat kue black forest seperti ini?" tanya Pelangi pada Arjuna.
Arjuna mengingat-ingat apakah ia pernah di beri kue seperti ini. Dahinya mengkerut sangat dalam. Kemudian ia menggeleng.
"Aku hanya mengingat....makan kue ini di atas meja yang besar sekali. Langsung di beri di hadapanku sudah potongan di atas piring kecil."
"Piring kecil....berarti sudah potongan seperti yang kuberikan padamu? Ingat kuenya yang masih bundar besar seperti tadi, sebelum kupotong?"
"Tidak, bukan lingkaran besar begitu. Potongan."
"Ingat makan dengan siapa? Di mana....maksudnya suasana sekitar."
"Sen....sendiri. Kelihatannya sendiri. Tidak dengan siapapun."
Begitu sunyikah hidupmu Arjun, Samapi alam bawah sadarmu ingin kau melupakan segalanya. Batin Pelangi. Apalagi yang harus kulakukan untuk membantumu mengingat masa lalumu.
"Jangan terlalu memaksanya Lani. Kepalanya bisa sakit lagi."Papa duduk di samping Pelangi dan.enyodorkan piring kosong, "Papa juga mau kuenya."
Lani adalah panggilan kesayangan keluarga untuk Pelangi.
"Lani?"
"Panggilan Ufeh waktu kecil ke Pelangi. karena masih belum pintar ngomong jadi panggil Pelangi jadi Lani. Akhirnya kita semua manggil dia Lani." kata menerangkan.
"Lani....boleh aku juga memanggilmu Lani?"
"Tentu boleh...yakan Laninya Papa."
"Papa lebai"
Papa tertawa di sela-sela mengunyah kue.
"Ufeh..."
"Itu namaku kak," Ulfa muncul. "Nggak tau kenapa jadi Ufeh....jelek bangetkan."
"Lucu kok menurutku...."
"Ah....Kak Arjun gitu....Ulfah Kak. Ul...fah....."
"Ufeh...."
"Sebel....ih."
Ulfah pergi setelah mengambil sepotong black forest. Kolokan anak itu tidak pernah berkurang sedikitpun. Semua yang ada di meja makan tertawa melihat tingkah Ulfah.
"Minggu depan anter Arjuna ke rumah Eyang. Mungkin udara sejuk bisa membantunya kembali mengingat masa lalu. Gimana?"
Pelangi mengangguk setuju
"Papa juga mau liburan di sana?"
"Paling akhir pekan saja kita ke sana."
"Kalu begitu akhir pekan ini saja. Bisa tiap Minggu kita ke sana. Nggak begitu jauh juga"
"Boleh. Lagipula sejak ada Arjuna kita belum pernah ke rumah Eyang."
"Eyang" tanya Arjuna.
"Nenek. Ibunya Mama. Kalau kedua orangtua papa sudah meninggal. Sekarang tinggal Eyang putri. Ibu dari mama."
"Mengapa tidak tinggal di sini juga?"
"Eyang tidak mau. Katanya enak tinggal di kampung. Di sana dekat dengan bukit Pinus, udaranya juga sejuk sekali. Arjun pasti suka."
Kemudian menjadi kebiasaan setiap akhir Minggu, mereka sekeluarga akan menginap di rumah Eyang. Bermain sepuasnya di bukit Pinus. Kebetulan sebagian bukit itu milik Eyang dan di serahkan pada penduduk setempat untuk di kelola menjadi objek wisata.
Udara yang sejuk dan pemandangan perbukitan yang memukau menjadi tempat wisata yang sangat populer. Makanan yang di jajapun harganya sangat terjangkau.
"Kita ke sana saja, tidak banyak orang di sisi bukit sebelah Utara."ajak Pelangi, "Sekalian sedikit latihan buat otot kakimu."
Arjuna mengangguk. Perlahan mereka menapaki jalan tanah menuju sisi Utara. Sesekali Arjuna melepas tongkatnya dan berpegangan pada Pelangi. Dengan sabar Pelangi membantu Arjuna.
Peluh membanjiri keduanya, tapi tidak ada sedikitpun keluhar keluar dari bibir. Mereka tetap tersenyum bahagia.
Sampai di tepi sisi Utara, Pelangi membantu Arjuna duduk di bangku bambu.
"Bagus sekali pemandangan dari sini."
Pelangi tersenyum dan duduk di samping Arjuna, karena itu kami sekeluarga paling senang berlibur di sini."
"Penginapan gratis, makan gratis, masuk ke sini juga gratis."
"Tinggal bilang ke Eyang...."
"Ha..ha..ha .itulah untungnya jadi cucu Eyang."
Arjuna membelai rambut Pelangi. Pemilik rambut pun menoleh, dengan pandangan penuh tanda tanya.
"Suatu saat, bila aku kembali ke masa laluku. Apa aku masih bisa mengingatmu? Ufeh, Mama, Papa,Eyang...."
"Pasti ingatlah ...jangan khawatir. Kenangan itu biasanya tidak hanya tersimpan di otak tapi juga di hati."
"Ada suatu cara agar aku bisa mengingat kalian?"
"Ada....sebentar. Tunggu di sini ya..." Pelangi berlari kecil meninggalkan Arjuna, menuruni bukit. Duapuluh menit kemudian dia sudah muncul di samping Arjuna sambil terengah-engah.
"Kenapa lama? Sampai ngos-ngosan gitu."
Pelangi menunjukkan seikat akar wangi di tangannya.
"Apa itu?"
"Akar wangi."
"Buat apa?"
Pelangi hanya tersenyum, kemudian dengan jemarinya yang terampil ia membuat sebuah anyaman langsung di pergelangan tangan Arjuna. Tidak terlalu lama gelang anyaman akar wangi sudah terjalin kuat di tangan Arjuna. Tidak terlalu besar, tapi kuat dan kencang. Tidak akan mudah melepasnya karena dibuat melingkar pas pada pergelangan tangan Arjuna.
Pelangi menggenggam pergelangan tangan Arjuna yang terlilit gelang akar wangi.
"Ingat....Ini benda penting! Benda yang bisa mengingatkanmu padaku. Pada kami semua.... Kamu harus menyimpannya baik-baik. ya...."
Arjuna lekat memandang gelang akar wangi yang melingkar di pergelangan tangannya.
Benda penting! Tidak boleh sampai lepas. Di simpan baik-baik. Mengingatkanku akan kehadiranmu.
"Bagaimana kamu bisa membuat gelang seperti ini?"
"Eyang yang mengajarkannya padaku. Liat aku akan membuatnya satu lagi, tapi versi cewek agar aku juga selalu mengingatmu."
"Ajari aku."
"Ok....Kita buat yang sederhana dulu ya."
Pelangi mengajari Arjuna membuat sebuah bola kecil. Kemudian digantungnya bola kecil itu pada gelang anyaman yang dipakai Pelangi.
"Lihat hasil karya pertamamu kupakai." Pelangi mengangkat pergelangannya.
Arjuna memandang lekat pada Pelangi.
"Ada apa sih? Dari tadi aneh deh..."Pelangi mengerutkan dahinya.
"Sedang mengingatmu. Agar hatiku tidak akan pernah melupakanmu"
"Di simpan dalam chip memori internal hati." Pelangi terkekeh geli.
"Mengapa aku selalu merasa kamu selalu menghindar setiap kali aku mendekat ke hatimu? Aku kurang baik ya? Atau karena aku cacat."
"Sensi deh...bukan gitu. Aku mau kita dekat seperti biasa aja. Tidak main hati..."
"Kenapa? Karena...."
"Bukan soal fisik. Aku nggak pernah peduli dengan fisik." diam sesaat, " Ini karena kita pasti berpisah...suatu saat kamu akan kembali ke keluargamu. Lalu bagaimana dengan hati kita...tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan."
"Aku tidak akan pernah melupakanmu." Arjuna menggenggam jemari Pelangi.
"Kita tidak tahu pasti."
"Kau tidak menyukaiku?"
"Tidak seperti itu. Aku takut,..."
"Aku pasti mengingatmu!"
"Kita lihat saja nanti" Ayo sudah sore kita harus kembali."
Sepanjang perjalanan menuruni bukit Pinus, Arjuna selalu menggenggam jemari Pelangi. Tidak ada kata-kata gombal atau lebai yang mereka katakan. Hanya pandangan dengan senyum penuh kasih sayang yang terlihat. Memang cinta itu hanya dirasa, bukan di umbar lewat kata-kata.
Tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik lengan Arjuna.
"Kak Abe...Kak Abe kemana saja selama ini?"
Arjuna langsung melepaskan tangannya dan menjauh. Ia memang paling anti di sentuh orang yang tidak di kenalnya.
"Siapa kamu? Seenaknya menyentuh orang lain"
Pelangi menengahi,"Maaf kak. Kenal dengan Arjuna?"
"Arjuna? Dia Abyseka....sepupu aku! Kenapa dia tidak mengenalku?"
"Maaf, Arjuna mengalami keadaan khusus, jadi bisakah menunjukkan apakah Anda mengenal Arjuna?"
"Huh!" wanita di hadapan Pelangi menghentakkan kakinya kesal
"Tunggu di sini! Aku adukan kau pada polisi. Peculik!"
Hah? Penculik? Penculik kok di bawa jalan-jalan.
Wanita di hadapan Pelangi mengambil hp di sakunya dan menelpon seseorang.
"Kami tunggu di pos bawah dekat CS. Kaki Arjuna belum bisa berdiri lama-lama."
"Mau pergi kemana?Mau kabur ya?"
Pelangi hanya menunjuk sebuah bangunan yang bertuliskan CS Bukit Pinus.
Lalu menggandeng Arjuna menuruni bukit.
"Pah, bisa datang ke bagian CS Bukit Pinus?"
Pelangi menelpon papanya.
"Ada orang yang mengenali Arjuna. Dan nuduh Pelangi pencuri. Papah bisakan?
"...."
"Ok. Pelangi tunggu ya Pah."
Pelangi melihat Arjuna yang kebingungan dan cemas.
"Jangan khawatir, Papa tidak akan menyerahkan mu pada sembarang orang. Harus ada bukti jelas."
Beberapa saat kemudian Papa Juanda muncul. Disusul wanita yang tadi mereka jumpai dan beberapa orang lainnya. Juga petugas keamana Bukit Pinus.
Setelah menjelaskan dudukpersoalannya. Barulah orang-orang yang mengaku keluarga Arjuna mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Salahsatu yang Pelangi kenal adalah Abimanyu dan istrinya Almitha. Keluarga Arjuna ternyata berasal dari Ibukota, dan nama Arjuna yang sebenarnya adalah Abyseka Rahardi.
Ketika Abyseka di minta untuk tinggal bersama mereka, jelas-jelas ia menolak karena menurutnya ia sama sekali tidak mengenal mereka.
Keesokan harinya Pelangi sekeluarga mengantar Arjuna,aslinya bernama Abyseka ke rumah keluarga Abimanyu. Untuk bertemu kedua orangtuanya yang datang dari Ibukota.
Ketika Abyseka bertemu mereka, Pelangi melihat wajahnya langsung memucat. Apalagi ketika mereka membawa foto-foto keluarga dan menunjukkan tanda lahir yang ada di pundak Abyseka berupa tiga tahilat yang berjejer.
Perlahan keringat dingin bercucuran dari dahi Abyseka, ia berusaha mengingat dan entah mengapa kepalanya serasa mau meledak, sakit! Tiba-tiba saja ia jatuh tersungkur, tidak sadarkan diri. Beruntung Pelangi yang ada di sampingnya sempat menangkap tubuh besar itu. Dan sama-sama terjungkal ke tanah. Sigap pelangi menangkap kepala Abyseka agar tidak membentur lantai.
Mereka langsung membawa Abyseka ke Rumahsakit. Dua hari kemudian membawa Abyseka ke Ibukota, untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Belakangan pelangi mendapat kabar bila Abyseka dibawa ke Singapura untuk mengobati kakinya agar sembuh total dan dapat berjalan normal kembali.
Sebagai tanda terimakasih, Keluarga Raharja memberi sebuah rumah mewah pada keluarga Pelangi dan mengganti biaya pengobatan Abyseka tiga kali lipat. Papa sebenarnya menolak, namun keluarga Abyseka sangat memaksa. Bahkan Pelangi diwajibkan bekerja di salahsatu perusahaan mereka yang ada di kota ini. Yang dipimpin oleh Abimanyu.
Flashback off.
Pelangi sedang membereskan file-file produk yang sudah selesai masa promonya. Ia akan memasukkan dalam kotak dan di simpan dalam ruang arsip.
"Pelangi...di panggil manager. Ke ruangannya gih," kata Kak Wisnu.
"Kenapa ya Kak?" tanya Pelangi sedikit cemas.
"Tenang...nggak semua karyawan yang di panggil pimpinan itu karena kesalahan. Gih buruan...."
Sebelum masuk ruangan Manager, Pelangi mengetuk pintu.
"Masuk.."
"Selamat siang Pak. Kata Mas Wisnu anda memanggil saya?"
"Ah....ya. Pelangi.Duduk dulu." Pak Manager mempersilakan Pelangi duduk. "Saya mau memindahkanmu ke Departemen lain."
"Kenapa ya Pak, apa hasil kerja saya kurang bagus?"
"Bukan gitu....bagus makanya kamu di pindah biar kinerja Departemen baru nanti, lebih baik lagi. Besok langsung ke bagian SDM ya. Liat kamu di pindah ke bagian apa."
"Ya Pak. Itu saja?"
"Ya, dan pekerjaanmu selesai semua?"
"ya Pak. Ini baru mulai proyek promo yang baru."
"Ok."
"Saya permisi Pak."
Keluar dari ruang Manager, Pelangi langsung mendatangi meja Kak Wisnu.
"Kak, besok saya di suruh pindah departemen. Kenapa ya?"
"Bagus dong, jadi tambah pengalaman. Untung-untung malah naik jabatan."
"Tapi...kenapa?"
"Nggak mikir yang aneh-aneh. Yang penting tidak melakukan kesalahan."
Pelangi mengangguk perlahan. Di kepalanya masih berputar seribu tanda tanya.
Apakah ini ada hubungannya dengan Tuan Abimanyu? Kita liat besok saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ummu Jihad Elmoro
pelangi..sabar, yah..🥰
2024-07-11
0