Jei baru selesai membereskan kedua bangkai ular Bixi dan bersiap menghadap Aruna yang sedang bersandar malas di atas pohon. Gadis itu, ya gak sudah lama tidak menginjakkan kakinya di atas tanah dan terbiasa memandang lautan sejauh mata memandang sedang menikmati pemandangan indah dari atas pohon yang cukup tinggi tak jauh dari sarang ular Bixi.
Siluetnya yang anggun memancarkan keindahan. Kulit putihnya yang secantik batu ginjal putih bersinar terkena sinar matahari yang menyelusup di antar cabang-cabang dan daun-daun. Rambut hitamnya ya gak halus tergerai indah diterbangkan angin. Setiap helainya seakan menari diatas udara. Sikapnya yang malas dan ceroboh malah membuatnya semakin menarik.
Wajahnya yang indah dengan Alisnya yang tipis namun terbentuk dengan tegas membingkai mata berbentuk almond yang jernih dengan pupil mata hitam yang sedalam sumur kuno. Melengkung seperti bulan sabit di antara langit berbintang. Bibir tipisnya berwarna merah cerita alami yang sedikit lembab. Bibir itu bergerak ringan dengan buah apel yang sedang dia makan. Hidungnya yang tinggi namun tidak berlebihan. Yang paling menonjol adalah dagu nya yang memiliki sudut yang pas menggoda untuk menyentuh ujungnya dan menariknya ke atas.
Meskipun Jei sudah lama mengetahui bahwa majikannya adalah gadis yang sangat cantik. Dia masih akan seru terpesona setiap kali melihat kecantikan nonanya yang sepertinya semakin bertambah setiap harinya. Namun, Jei tahu posisinya. Jadi dia hanya memiliki kekaguman tanpa niat apapun yang mengikuti.
"Nona, saya sudah selesai." Jei membungkuk kan tubuhnya meskipun ia tahu nonanya tidak akan melihatnya.
"Hm." Gumam Aruna mengkonfirmasi dan dengan cepat ia melompat turun dan mendarat dengan sempurna di depan Jei.
"Ada yang lain?"Aruna menyipitkan matanya yang berbentuk almond.
"Nyonya meminta nona untuk segera kembali." Ucap Jei agak takut. Meskipun nyonya nya adalah kepala keluarga Han saat ini, tetapi para bawahan sepertinya mengetahui bahwa yang sebenarnya adalah bahwa gadis muda di depannya ini lah yang secara langsung menangani setiap urusan keluarga Han dan bergerak di balik layar.
"Baiklah. Karena ibuku sudah tidak sabar untuk bertemu denganku, lebih baik kita segera pergi." Bibir merah ceri Aruna melengkung dengan indah. Tetapi senyum itu tidak sampai matanya. Sebaliknya, di dalam matanya hanya terlihat jejak kemalasan dan kesembronoan.
Keduanya segera mendekati kuda mereka yang mereka tambatkan pada pohon tak jauh dari mereka. Namun mereka belum sampai naik saat sekelompok orang tiba-tiba sudah berdiri di belakang mereka.
Aruna berbalik dan mengangkat alisnya tidak senang. Bibirnya cemberut yang semakin membuatnya menggoda. "Siapa kalian?" Tanya nya tidak sabar. Bisa saja ia minum bermain-main dengan sekelompok pengganggu ini. Tetapi saat ini Ibunya sudah menunggunya di rumah. Ngomong-ngomong mengenai ibunya, sepertinya ia juga merindukan ibunya yang cerewet yang hanya akan berhenti bicara ketika ia tidur.
"Kalian tidak perlu tahu siapa kami. Yang perlu kalian lakukan adalah menyerahkan bunga Yuna pada kami." Seorang pria dengan bekas luka di pipi kirinya menatap mencemooh pada Jei dan Aruna.
"Bunga Yuna? Kami tidak memilikinya. Apa kalian melihatnya?" Jawab Aruna sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya memancarkan kelicikan.
"Kamu jangan berbohong. Aroma bunga Yuna jelas ada di sini beberapa saat lalu. Dan hanya kalian yang ada di sini. Sudah jelas Kalian lah yang mengambilnya. Serahkan pada kami bunga itu sekarang." Yang berbicara adalah seorang gadis cantik dengan pakaian minim. Dia adalah satu-satunya wanita dalam kelompok itu. Tapi melihat dari bagaimana semua orang memperlakukannya dan juga dia berdiri di depan kelompok, mereka tahu bahwa gadis cantik ini adalah pemimpin dari mereka.
"Jadi bagaimana jika kami menolak memberikannya?" Aruna mengangkat sudut bibirnya.
"Nona muda, tolong pikirkan sekali lagi. Bagaimana kalau kita selesaikan dengan baik-baik. Saya Feng Jun Yu. Kami berasal dari kerajaan Feng Utara. Dan ini adalah putri kedua yang merupakan putri mahkota dari istana Feng Utara, putri Feng Ran Ran. Kami bisa membayar bunga itu berapapun harganya. Jadi tolong serahkan bunga itu pada kami." Seorang pria paruh baya bergerak mamaju dari kerumunan. Bajunya indah yang menunjukkan statusnya dalam kelompok itu juga tidak sembarangan.
Bibirnya tersenyum dengan wajah yang dibuat sedemikian rupa untuk menampilkan sosok yang ramah dan baik hati.
"Ooh... karena kalian memiliki niat seperti itu, kita bisa bicarakan. Lagipula kami juga adalah pedagang yang mencari keuntungan. Jika harga yang kalian tawarkan cocok, kami akan menyerahkan bunga Yuna pada kalian." Jei melirik sekilas nonanya. Bunga Yuna memang bukanlah bunga yang sangat langka. Tapi bunga itu sangat berguna dan juga berharga. Akan sangat sayang jika melepaskan bunga itu begitu saja.
Yang tidak diketahui Jei adalah bahwa Aruna bahkan memiliki yang lebih baik dari bunga Yuna itu sendiri, akar kehidupan Bunga Yuna yang akan dapat ditanam di dalam ruang dimensinya spasial yang dimiliki Yuna. Ruangan ajaib itu segera bertahap berkembang seiring bertambahnya kemampuan sang pemilik. Sekarang, Aruna dapat memasukkan benda bernyawa dan bahkan bisa menanam sesuatu di dalamnya.
Aruna melirik Jei dengan santai. Saat melihat wajah Aruna yang tenang, Jei yakin dengan apa yang dilakukan nonanya. Jadi dia tidak akan lagi memiliki keraguan.
Mata Feng Jun Yu menyipit saat ia menggosok kan tangannya. Ia bersiap untuk melakukan negosiasi. "Bunga Yuna meskipun langka tapi juga tidak bisa dikatakan sangat berharga. Kami akan menghargainya dengan Dua ratus tael emas."
"Naikkan penawarannya. Harga itu terlalu rendah." Harga bunga Yuna di pasaran adalah seribu tael untuk setiap kelopaknya. Dan setiap bunga terkadang memiliki lima atau tujuh. Jadi harga yang ditawarkan sangat jauh. Tentu saja Aruna menolaknya.
"Nona, ini adalah harga yang sesuai."
"Kalau begitu lupakan saja. Kami akan membawanya ke pelelangan. Kami yakin kami akan mendapatkan harga yang pantas." Aruna melipat bibirnya. Orang-orang di depannya menganggapnya tidak mengetahui apa-apa. Pada saat ini ia memang tidak memakai pakaian yang mencolok. Dan juga, hiasan rambut di kepalanya hanyalah sebuah ring biru langit malam yang sederhana. Jadi orang-orang itu pasti mengira bahwa mereka hanyalah pengembara.
"Nona jangan tergesa-gesa. Bagaimana kalau kami menambahkan lima puluh tael lagi."
"Lupakan saja. Kami akan menjualnya pada kalian." Aruna mengabaikan Feng Jun Yu dan segera naik ke atas kuda. Jei juga segera melompat ke atas kuda.
Feng Ran Ran sangat marah. Ia segera mengambil pedang yang dia selipkan di pinggangnya yang seputih giok. Menodongkan senjata itu ke arah Aruna. "Jika kamu tidak memberikan bunga itu dengan suka rela, kami tidak keberatan untuk mengambilnya secara paksa."
"Oh ya? Coba saja kalau bisa." Aruna tersenyum mengejek. Matanya membentuk bulan sabit. "Ingin merampas barang dariku? Aku akan beri pelajaran untuk tidak sekali-kali mendambakan barang yang menjadi milikku." Lanjut Aruna dalam hati menatap puluhan orang di depannya dengan jijik.
"Kau yang meminta. Aku tidak akan segan lagi." Feng Ran Ran memelototi Aruna dengan marah. Ia segera menoleh pada anak buahnya. "Serang mereka!"
Lima orang paling depan mengangkat senjata mereka yang berupa tombak dan juga pedang. Aruna juga mengeluarkan pedangnya dan segera menebas dan mengelak. Jei juga melawan menggunakan pedangnya yang besar. keduanya masih berada di atas kuda.
Dalam sekejap, lima orang itu sudah tersentak dan jatuh di atas tanah dengan luka di beberapa tubuh mereka. Mengerang kesakitan.
"Tidak berguna! Kalian, serang mereka!" Dengan marah Feng Ran Ran menatap anak buahnya yang Sudah kalah.
Kali ini mereka tidak lagi meremehkan lawan mereka. Meskipun mereka hanya berdua, kemampuan mereka tidak boleh diremehkan. Dua puluh orang dari mereka segera maju dan mengepung Aruna dan Jei yang masih duduk dengan tenang di atas kuda mereka.
Melihat puluhan orang di yang akan menyerang, Aruna segera mengangkat kakinya dan menapak di punggung kuda. Dengan gerakan yang Lues ia melompat ke atas dan menukik dengan tajam. Kemudian, kedua kakinya menendang sepuluh orang dan membuat mereka terjatuh ke tanah. Aruna telah mengalirkan energi spiritualnya pada kakinya saat ia menendang. Jadi siapapun yang terkena tendangannya, itu sebanding dengan dipukul dengan batu seberat lima puluh kilogram. Mereka semua muntah darah.
Sepuluh orang yang tersisa secara reflek mundur beberapa langkah. Melihat rekan-rekan mereka yang dengan mudah dijatuhkan dan dilukai dengan begitu serius mereka tiba-tiba kehilangan nyali.
"Tunggu apa lagi? Serang mereka!" Teriak Feng Ran Ran dengan marah. Ia sendiri segera melesat dan menghunuskan pedangnya. Feng Jun Yu tidak memiliki kemampuan bertarung. Yang menjadi keahliannya hanya bersilat lidah. Jadi dia hanya berdiri melihat pertarungan sengit di depannya dengan tenang. Tidak ada kekhawatiran di matanya karena keponakannya adalah gadis yang kuat. Dia pasti mampu mengalahkan Aruna dengan mudah.
Mata Aruna menyipit. Ia memindai dari jauh Feng Ran Ran yang sedang menuju ke arahnya. Ia melihat dimana kelemahan gadis itu. Dia berniat mengalahkannya dalam sekali gerakan. Waktunya bermain sudah hampir habis.
Bibir Aruna kembali tersenyum. Namun siapapun yang mengenalnya dengan baik, mereka akan tahu jika Aruna sudah tersenyum seperti itu, artinya akan ada seseorang yang akan menderita. Bahkan Jei yang tanpa sadar melihat senyum kejam nonanya pun bergidik. Tanpa sadar ia mengasihani siapapun target kekejaman nonanya kali ini.
...~♡♡♡~...
...~☆The Story Oh Han Aruna_6☆~...
Terima kasih sudah mampir •○(♡;♡)○•
Jangan lupa like, Vote, Komen, Favoritkan dan bantu Share. Thank You 😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Nf@. Conan 😎
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣batu ginjal????
batu ginjal ntuh secantik apa thor 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-09-16
0
Marvina
Batu giok x thorr...masa batu ginjal 😂🤣
2023-08-23
0
Syiffa Aulia
aruna dilawan
2023-04-04
0