Bab 5

Beberapa hari berlalu setelah kunjungan terakhirku ke rumah mertuaku. Aku tidak bisa menggambarkan bagaimana hubunganku dengan Mas Adji sekarang.

Aku bersikap dingin padanya dan selalu berusaha menghindarinya. Tetapi Mas Adji tetap bersikap hangat padaku. Dia terus menggoda dan merayuku seakan aku hanya sedang "ngambek" seperti biasanya.

Tetapi yang aku rasakan saat ini bukanlah sekedar "ngambek". Aku merasa marah, kecewa, sedih, terhina dan juga untuk pertama kalinya merasa tidak percaya diri atas penampilanku. Semua itu aku rasakan jadi satu. Aku bingung dan merasa tidak berdaya di saat yang bersamaan.

Aku merasa terjebak di dalam situasi yang sangat tidak aku inginkan tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku sangat ingin berpisah dengan Mas Adji dan mengakhiri rumah tangga yang penuh kebohongan ini. Tapi Mas Adji menginginkan sebaliknya. Dia tidak mau menceraikan aku. Ibunya yang tidak menyukaiku pun tidak mengijinkan kami bercerai, apalagi keluargaku.

Mas Adji memberi aku nafkah yang cukup. Dia juga tidak pernah melakukan kekerasan fisik padaku. Bahkan ketika mabuk pun dia masih bisa mengontrol sikapnya kepadaku. Dan sampai sekarang dia konsisten menyangkal jika dia berkencan dengan wanita itu.

Lantas apa yang akan aku jadikan alasan untuk mengajukan gugatan cerai? Apakah hakim akan mengabulkan gugatanku jika alasan perceraian kami adalah karena Mas Adji sering berjudi dan mabuk-mabukan. Apakah semudah itu?

Apakah ini artinya aku harus bertahan dan terima saja dengan apa yang sudah dilakukan Mas Adji? Atau aku harus mengubah penampilanku seperti dulu agar dia tidak tertarik pada perempuan lain?

"Kei, nanti malam jalan-jalan yuk ... Mau nggak?"

Mas Adji mendekati Keisha yang tengah bermain di lantai sementara aku duduk di sofa sambil menonton televisi. Sejak pertengkaranku waktu itu, Mas Adji selalu diam di rumah sepulang kerja. Dia tidak pernah mabuk atau sekedar keluar bersama teman-temannya.

"Mau Pa ...!" jawab Keisha semangat.

"Kalau gitu kamu bilang sama mama sana. Kita ajak Mama juga kan?" Mas Adji memanfaatkan Keisha untuk mendekatiku.

"Ma ... Nanti malam papa mau ngajak kita jalan-jalan. Mau ya Ma ...? Mama mau ikut kan?" Keisha menghampiriku dan menggoyang-goyangkan tanganku.

"Jalan-jalan kemana Kei? Mama males ah, mending di rumah aja," jawabku malas. Bukan malas jalan-jalan tapi malas dengan Mas Adji.

"Ayolah Ma ... Mama mau ya? Kita kan sudah lama nggak jalan-jalan?" Wajah Keisha sudah berubah cemberut.

Jika Keisha sudah memasang wajah seperti ini aku jadi tidak tega dan mau tidak mau menuruti keinginannya.

"Iya ...iya Mama mau," jawabku kemudian. Keisha lalu berlari menghampiri papanya lagi.

"Kita nanti mau jalan-jalan kemana Pa?" tanyanya dengan wajah kembali sumringah.

"Papa ngikut aja Keisha dan Mama ingin kemana. Pokoknya Papa antar kemanapun kalian mau pergi," jawab Mas Adji semangat.

Aku tahu ini adalah salah satu cara Mas Adji untuk mengambil kembali hatiku. Dia jadi memanjakan aku sejak kejadian malam itu. Dia memberiku uang belanja berlebih. Hampir setiap malam dia mengajak aku dan Keisha makan di luar. Dia juga mengajakku ke toko pakaian dan menyuruhku memilih pakaian yang aku suka. Tentu saja aku tidak bisa menolak untuk yang satu ini karena aku sangat suka membeli baju.

Tetapi itu semua tidak lantas menyurutkan keinginanku dan membuatku memaafkan dia. Aku masih tetap dengan keputusanku semula "Aku ingin bercerai!"

Aku hanya perlu menangkap basah Mas Adji bersama perempuan itu dan aku memiliki bukti nyata perbuatan terlarangnya. Setelah itu keluarganya tidak akan menganggap aku mengada-ada dan aku juga dengan mudah menuntut cerai darinya. Sekarang, aku hanya harus bersabar dan jalani saja.

...****************...

Mas Adji datang menghampiriku saat aku sedang membersihkan dapur. Seperti biasanya, sebelum tidur aku memastikan semuanya bersih, baru aku bisa tidur dengan nyenyak.

"Win, tolong bikinkan aku kopi," ucapnya halus. Aku diam tidak menjawab juga tidak menolak.

"Nanti di antar ke depan ya, aku lagi nemenin keisha main soalnya."

Tanpa menunggu jawabanku Mas Adji langsung kembali ke depan.

Setelah selesai membersihkan dapur, aku bergabung dengan Keisha dan Mas Adji sambil membawakan kopi yang tadi dia minta.

"Kei, waktunya tidur sudah malam," ucapku pada Keisha.

"Sebentar laginya Ma ..."

Aku menganggukkan kepalaku. Mungkin Keisha sedang menikmati waktu dengan papanya karena mereka sangat jarang menghabiskan waktu bersama.

Setelah beberapa saat aku kembali mengingatkan Keisha agar segera tidur.

"Kali ini nggak boleh nolak, harus segera tidur. Besok sekolah kan?"

"Besok papa temenin main lagi," hibur Mas Adji.

Dengan terpaksa Keisha beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya.

"Ma ... nanti tidur di kamar Keisha lagi kan?" teriak Keisha setelah sampai di depan kamarnya.

"Iya ... " balasku juga berteriak.

Setelah mendengar jawabanku, Keisha langsung masuk ke kamarnya. Tiba-tiba Mas Adji menarik tanganku hingga aku jatuh ke pelukannya.

"Tidurlah di kamar kita Win, aku merindukanmu," bisiknya di telingaku.

"Lepaskan aku Mas!" ucapku dingin.

"Sampai kapan kamu akan terus seperti ini?"

Sekuat tenaga aku dorong tubuh Mas Adji hingga aku terlepas dari pelukannya.

"Sampai kapan? Sampai kamu mengakui perbuatanmu!"

"Win, sudah aku bilang kamu cuma salah paham. Aku nggak ngapa-ngapain sama Eva!"

"Lalu untuk apa kamu ke rumahnya? Pijatannya enak hah? Atau tubuhnya yang enak?!" Aku sudah terpancing emosi. Kata-kataku mulai ngawur.

"Kamu bicara apa sih Win?!"

"Nggak usah menyangkal lagi Mas! Eva sudah cerita kepadaku. Aku bertemu dengannya!"

Mas Adji terlihat gelagapan mendengar ucapanku.

"Kamu bertemu dengannya?"

"Iya, kenapa? Kamu tidak percaya? Dia cerita kalau kamu sering berkunjung ke rumahnya minta dipijat. Gimana? Enak? Apa kamu tidak memikirkan perasaanku Mas? Kamu tidak memikirkan harga diriku sebagai istrimu?"

"Win, kamu salah paham, itu tidak seperti yang kamu bayangkan."

"Memangnya kamu tahu yang aku bayangkan? Kamu tahu aku membayangkan tubuhmu digerayangi perempuan itu sementara kamu tidak memakai pakaian? Kamu tahu aku membayangkan apa yang terjadi setelah itu?"

"Sudah Win ... Sudah ... Tidak usah diteruskan! Kamu jangan berpikir macam-macam."

"Bagaimana aku tidak berpikir macam-macam jika mengetahui suamiku sering bersama Eva si pelacur?!!" bentakku. "Kenapa kamu tidak mengaku saja dan kita sudahi kebohongan ini? Apa kamu tidak lelah terus menyangkal padahal aku sudah mengetahui kenyataannya?!!"

"Aku memang tidak melakukan apa yang kamu pikirkan Win."

"Cukup Mas! Aku ingin kejujuranmu! Akui saja perbuatanmu agar kita bisa bercerai secepatnya dan kamu bisa puas bersamanya!"

"Win ... Jangan ucapkan kata itu lagi!"

"Aku tetap ingin berpisah denganmu! Tunggu sampai aku mendapatkan buktinya dan aku akan segera mengurus perceraian kita!" ucapku sambil berlalu meninggalkan Mas Adji.

Aku tidak menuju kamarku, tapi menuju kamar Keisha. Aku sudah tidak mau tidur sekamar dengan laki-laki yang sudah membagi tubuhnya dengan wanita lain.

Terpopuler

Comments

Tri Soen

Tri Soen

Betuuul itu bikin sampai Adji mengakui nya...

2022-11-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!