Bab 3

Mas Adji dan Keisha masih betah di depan televisi. Sementara aku sudah beranjak untuk menyiapkan makan malam.

"Kei, nanti setelah makan malam kita ke rumah simbahnya papa mau nggak?" Mas Adji membuka suara.

Keisha terbiasa memanggil ibunya Mas Adji dengan sebutan simbahnya papa, bukan nenek. Aneh memang, tapi Keisha tetap tidak mau memanggilnya nenek, seperti dia memanggil ibuku. Mungkin karena dia memang tidak begitu dekat dengan ibu dari papanya itu.

Aku sendiri heran kenapa tiba-tiba Mas Adji mengajakku ke rumah ibunya. Biasanya dia mengunjungi ibunya sendirian tanpa mengajak kami berdua. Karena dia tahu, hubunganku dengan ibunya tidak begitu baik.

Walaupun rumah kami tidak begitu jauh, kami jarang sekali mengunjungi satu sama lain. Aku merasa tidak diterima di rumah mertuaku. Dan mertuaku juga seolah enggan untuk lebih dekat denganku ataupun Keisha.

"Mmm ... nginap nggak Pa?" tanya Keisha ragu.

"Nggak nginap, kita main ke rumah simbah sebentar aja kok. Papa kangen sama simbahnya Papa. Sudah lama kita nggak main ke sana kan?"

Mas Adji diam menunggu jawaban dari Keisha.

"Mama ikut kan?" Keisha menoleh ke arahku.

"Tentu saja ... " Belum sempat aku menjawab, Mas Adji sudah mendahuluiku.

"Iya kan Ma?" Mas Adji mencoba meyakinkan Keisha. Dia bersikap seperti biasa seolah hubungan kami baik-baik saja.

Keisha menatapku, menunggu jawaban dariku. Dengan terpaksa aku pun mengangguk.

"Iya deh, tapi sebentar aja ya Pa?" Mas Adji tersenyum dan mengangguk mendengar jawaban Keisha.

Selesai makan malam, Mas Adji benar-benar mengajak aku dan Keisha ke rumah ibunya. Dan sekarang kami bertiga sudah berdiri di depan rumah mertuaku.

Rumah ini cukup luas dan masih sangat asri. Dari luar, rumah ini terlihat sangat nyaman untuk ditinggali. Tapi bagiku rumah ini tak lebih dari rumah penuh teror.

Dulu ketika Mas Adji ingin menikahiku, aku mengajukan syarat jika dia harus mau tinggal bersamaku. Walaupun tidak sekaya keluarga Mas Adji, keluargaku mempunyai beberapa bidang tanah kosong, dan kami bisa membangun rumah di salah satunya setelah menikah. Aku tidak mau tinggal satu atap dengan ibunya dan Mas Adji pun menyetujui itu.

Bapaknya Mas Adji sudah meninggal, tinggal ibunya seorang. Agar tidak merasa kesepian, sang ibu meminta adik perempuan Mas Adji, Maya dan suaminya untuk tinggal bersamanya.

Entah ada maksud apa Mas Adji membawa kami ke sini, tapi perasaanku sudah tidak enak sejak memasuki halaman tadi.

"Yuk kita masuk," ucap Mas Adji.

Keisha terlihat ragu, begitu juga aku. Kami berdua bengong, tidak segera melangkahkan kaki kami. Akhirnya Mas Adji berinisiatif untuk menggendong keisha dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Mas Adji langsung berjalan menuju ruang keluarga dan menemukan ibunya sedang duduk di karpet bersama Vino, anak Maya yang masih balita.

"Ibu sedang apa?" tanya Mas Adji setelah mendaratkan pantatnya di samping sang ibu.

"Ini lagi menemani Vino bermain," jawab ibu mertuaku singkat.

"Apa kabar Bu?" sapaku.

Mertuaku tidak menjawab sapaan dariku. Dia hanya menoleh sebentar kepadaku setelah itu kembali memperhatikan Vino. Dia bahkan tidak menyapa Keisha yang duduk di samping kiriku.

"Kei, salim sama simbahnya papa dulu," ucapku lagi.

Keisha pun beranjak dari duduknya dan bersalaman dengan sang nenek setelah itu kembali lagi duduk di sampingku.

Tidak ada kata terucap dari mulut mertuaku untuk Keisha, cucunya yang sudah beberapa bulan tidak bertemu. Kami semua diam hingga suasana terasa hening.

"Memangnya Maya kemana Bu? kok Ibu yang jagain Vino?" Mas Adji berbasa-basi untuk memecah keheningan.

"Mereka sedang ada urusan di luar."

Suasana kembali hening. Tidak ada satupun yang berbicara. Hanya sesekali terdengar celoteh dari Vino yang belum genap berusia dua tahun.

Mertuaku sama sekali tidak mau menatapku maupun Keisha. Dia terus memperhatikan Vino sambil sesekali menoleh ke arah Mas Adji untuk menunjukkan betapa lucunya Vino. Pandangan mertuaku terus saja ke Vino dan Mas Adji, seakan-akan hanya mereka bertiga yang ada di ruangan ini.

Tiba-tiba mertuaku berdiri dan mengambil anggur yang terletak di meja tepat di sebelah kananku. Dia membawa anggur itu kehadapan Vino dan membersihkannya.

Satu persatu dia suapkan anggur itu ke mulut Vino, tanpa menghiraukan Keisha yang melotot sambil menahan air liurnya.

"Anggur ini Maya yang beli, jadi hanya untuk Vino," ucap mertuaku entah dia bicara dengan siapa karena matanya terus tertuju pada Vino.

"Kita juga punya anggur kan di kulkas?" bisikku pada Keisha. Dia langsung mengalihkan pandangannya dari anggur itu dan menoleh kepadaku.

"Nantinya kita makan sepulang dari sini," bisikku lagi. Keisha pun tersenyum dan mengangguk.

"Perempuan itu hanya bergantung pada laki-laki," ucap mertuaku tiba-tiba.

"Jangan asal minta cerai kalau nggak bisa cari duit!"

Ah ... Harusnya aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Masalah kemarin pasti sudah sampai ke telinga mertuaku tercinta ini.

"Adji ini seorang laki-laki, wajar kalau dia kenal satu atau dua perempuan. Seorang laki-laki akan dengan mudah mendapatkan istri lagi jika dia bercerai. Apalagi Adji, jabatannya di kantor sudah tinggi, gajinya banyak dan punya mobil pula. Pasti banyak perempuan yang mau sama dia meskipun dia duda."

Jeng ... Jeng ... Jeng ...!!!

"Harusnya kamu merawat diri kamu! Kalau Adji bersama wanita lain kan mungkin karena dia bosan melihat penampilan kamu."

Kalimat ini adalah sebuah konfirmasi jika Mas Adji memang bersama wanita lain, tetapi kenapa justru aku yang terlihat buruk di sini?

"Kamu itu pengangguran, cuma ibu rumah tangga! Hidup juga cuma mengandalkan uang dari Adji. Kalau kamu mau bercerai dari Adji, memangnya kamu bisa apa untuk menghidupi dirimu sendiri dan anakmu?!"

Aku kesal sekali mendengarnya. Memangnya kenapa kalau aku pengangguran? "cuma" ibu rumah tangga?! Mungkin mertuaku lupa, jika sebelumya aku juga bekerja, bahkan gajiku lumayan banyak. Aku berhenti bekerja karena melahirkan. Dan setelah itu Mas Adji tidak mengijinkan aku kembali bekerja agar aku bisa fokus mengurus putri kami.

"Yang rugi kamu sendiri kan? Janda pengangguran mana ada yang mau? Apalagi tubuhmu sebesar itu. Sedangkan Adji, dia bisa memilih wanita manapun yang dia suka!"

Betapa pedasnya kata-kata dari mulut mertuaku ini. Sampai detik ini aku masih diam meskipun telingaku sudah panas dan wajahku memerah. Tapi aku masih bisa menahan diriku. Aku hanya melirik ke arah Mas Adji untuk melihat reaksinya.

"Ibu bicara apa sih?" sela Mas Adji.

"Loh ... benar kan?! Yang mau sama kamu itu banyak!"

Mertuaku menoleh ke arah Mas Adji kemudian menatapku sebentar dan kembali lagi ke Vino.

"Adji memang tinggal di rumahmu. Tapi dia yang mencari nafkah. Kamu dan Keisha hanya bergantung padanya. Jangan asal minta cerai lalu mengusir Adji keluar dari rumahmu! Rumah itu memang orang tuamu yang membuatkan, tetapi Adji juga punya hak karena dia sudah membiayai hidupmu selama menikah dengannya!"

Semakin lama kata-kata yang keluar dari mulut mertuaku semakin tidak masuk akal. Pertengkaranku dan Mas Adji bukan soal rumah dan uang. Kami bertengkar karena pelacur bernama Eva itu. Kenapa jadi menjalar kemana-mana begini?!

"Sudah! Nggak ada cerai-ceraian! Laki-laki selingkuh itu normal. Bapaknya Adji juga dulu selingkuh, tapi ibu tetap memaafkan. Dan buktinya, rumah tangga ibu bertahan sampai bapaknya Adji meninggal." Aku melotot tidak percaya dengan yang satu ini.

Apa??? Laki-laki selingkuh itu normal ??? Yang benar Saja!!!

Terpopuler

Comments

Nicky Nick

Nicky Nick

mertua ga' PNY perasaan

2022-12-26

1

Tri Soen

Tri Soen

Duuuuh punya mertua mulut nya sepedas itu gak tau apa dia punya anak laki-laki yg udah berkeluarga tapi kelakuan nya gak baik ...yg sabar ya ...

2022-11-06

1

Tri Soen

Tri Soen

Duuuuh punya mertua mulut nya sepedas itu gak tau apa dia punya anak laki-laki yg udah berkeluarga tapi kelakuan nya gak baik ...yg sabar ya ...

2022-11-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!