Bab 4

Suasana kembali hening.

Apa??? Laki-laki selingkuh itu normal??? Yang benar Saja!!!

"Kamu itu harusnya bersyukur karena Adji masih mau sama kamu ... "

"Kita pulang yuk, sudah malam." Mas Adji memotong kalimat ibunya.

Aku sampai tidak menyadari jika dia sudah berdiri di hadapanku. Sepertinya Mas Adji tahu, ada pertengkaran lain yang menanti di rumah jika aku tidak segera dibawa keluar dari rumah ibunya.

Mendengar ajakan Mas Adji, sontak aku langsung berdiri. Memang sejak tadi aku sudah tidak tahan dan ingin segera keluar dari rumah ini. Aku sudah hampir melangkahkan kakiku, tetapi kemudian Keisha menarik tanganku dan menunjuk kotak berisi makanan ringan di atas meja.

"Ma, Keisha mau itu," bisiknya kepadaku.

"Ambil aja Kei," sahut papanya yang ternyata mendengar bisikan Keisha.

Keisha menatapku meminta persetujuan. Aku pun mengangguk mengijinkan dia mengambil makanan yang Keisha maksud. Dengan wajah sumringah Keisha berjalan menghampiri kotak itu dan mengambil beberapa bungkus makanan ringan di dalamnya.

"Jangan banyak-banyak! Itu camilannya Vino!" hardik mertuaku.

Keisha terlihat takut-takut setelah mendengar neneknya menghardiknya. Dia menatapku dengan tatapan bimbang antara jadi mengambil makanan itu atau tidak.

Aku yang sudah terlanjur sakit hati langsung menghampiri Keisha dan merebut semua makanan ringan itu dari tangannya. Lalu ku kembalikan semua yang telah diambil Keisha ke tempatnya semula.

Betapa campur aduk perasaanku. Ini hanya makanan ringan, jajanan anak-anak yang harganya tidak sampai seribu perak. Apa salahnya jika Keisha mengambil beberapa bungkus?! Bukankah Keisha juga cucunya?!

Keisha diam saja melihatku mengembalikan makanan itu ke kotaknya. Meski belum genap enam tahun, dia sudah cukup mengerti apa yang sedang terjadi. Dia juga tahu jika simbahnya papa ini tidak begitu ramah padanya dan juga pada mamanya.

Aku heran kenapa Mas Adji hanya diam kami diperlakukan seperti ini. Dia hanya melihat apa yang aku lakukan. Dia tidak berani mencegahku tapi dia juga tidak menegur ibunya.

"Nanti kita beli ya Kei ... Kita beli yang banyak buat Keisha semua. Sekarang kita pulang."

Aku menggandeng tangan Keisha dan keluar dari rumah mertuaku tanpa berpamitan lebih dahulu. Aku tidak peduli mau dicap sebagai menantu durhaka, menantu tidak tahu diri, menantu tidak tahu sopan santun, atau apapun itu aku tidak peduli. Toh mertuaku dari awal memang tidak menyukaiku.

"Aku pulang dulu Bu ..."

Terdengar suara Mas Adji berpamitan pada ibunya. Sementara aku dan Keisha sudah menunggu di luar. Sayup-sayup aku mendengar mertuaku mengomel atas sikapku tadi, tapi aku sudah tidak peduli.

Kami semua diam selama perjalanan pulang. Mas Adji juga tidak berani bersuara. Dia memang sudah tahu jika ibunya tidak pernah memperlakukan aku dengan baik. Tetapi kali ini dia sadar jika membawa aku ke rumah ibunya adalah sebuah kesalahan besar.

Sampai di rumah, Keisha langsung masuk ke kamarnya dan tertidur. Sepertinya dia sudah menahan kantuknya sejak di perjalanan pulang tadi. Melihat keisha sudah terlelap aku segera menghampiri Mas Adji. Ada hal yang harus kami selesaikan.

"Sudah puas Mas? Setelah kemarin Mas Arya, sekarang ibumu?! Kamu senang sekarang? Kamu memang sengaja membuat aku terlihat buruk di mata keluargamu atau bagaimana sih?!"

Mas Adji menundukkan kepalanya. Dari raut wajahnya terlihat kalau dia merasa bersalah.

"Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin mengunjungi ibu bersama kalian. Sudah lama kita tidak ke rumah ibu bersama. Ibu tidak bersungguh-sungguh, jangan diambil hati."

"Apanya yang tidak sungguh-sungguh? Ibumu bahkan tidak mau menatap aku! Dia bahkan tidak mau menyapa Keisha!" ucapku berapi-api.

"Dan soal makanan? Apa pantas ibumu bersikap seperti itu pada Keisha? Kenapa kamu diam saja melihat ibumu bersikap tidak adil seperti tadi? Aku tidak terima! Ibumu boleh tidak menyukaiku, tapi apa salah Keisha hingga dia juga mengacuhkannya?! Apa Keisha ini tidak dianggap cucunya?!"

"Itu cuma makanan Win, jangan dibesar-besarkan. Aku bisa membelikannya."

"Kalau ibumu masih tidak menyukaiku lalu kenapa dia tidak mengijinkan kita bercerai? Bukankah dia yang mengatakan kalau aku sendiri yang rugi jika sampai bercerai denganmu?!"

"Sudahlah Win, jangan bahas ini lagi," jawab Mas Adji malas. Dia sudah berdiri dan hendak menuju kamar.

"Jangan menghindar Mas, kita selesaikan dulu masalah kita!" bentakku tidak sabar.

"Masalah apa Win? Jika soal ibu, baiklah aku minta maaf atas sikap dan kata-kata ibu tadi. Aku tahu ibu sudah keterlaluan."

"Aku ingin bercerai! Aku ingin berpisah denganmu! Aku sudah tidak tahan denganmu juga ibumu!!!"

"Tidak akan ada perceraian!" jawab Mas Adji tegas.

"Soal ibu, kamu sudah hafal bagaimana dia. Dan masalah kemarin, kamu cuma salah paham. Aku anggap masalah kita selesai dan jangan bicarakan ini lagi." Mas Adji melangkah meninggalkan aku dengan sejuta kata yang masih ingin ku ungkapkan kepadanya.

"Mas! Aku belum selesai bicara! Jangan pergi begitu saja!!!" teriakku, tapi Mas Adji mengacuhkannya.

Aku terduduk sendiri sambil memikirkan kata-kata mertuaku tadi. Apa benar suamiku berkencan dengan tukang pijat plus-plus itu karena penampilanku sekarang?

Aku berlari masuk ke kamar Keisha. Aku berdiri menghadap ke cermin di lemari Keisha. Kuamati diriku di depan cermin. Tidak ada yang berubah dari wajahku. Aku masih terlihat cantik seperti dulu. Lalu aku berputar, melihat tubuhku dari kiri dan kanan, depan dan belakang.

Setelah melahirkan Keisha, tubuhku membengkak. Pakaianku yang dulu berukuran S, sekarang menjadi XXL. Selama ini aku merasa percaya diri dan baik-baik saja meski ukuran tubuhku di atas rata-rata. Itu karena Mas Adji tidak pernah mempermasalahkannya. Bahkan dia mengatakan jika dia lebih suka tubuhku yang sekarang dibandingkan tubuhku yang langsing dulu.

Dan itu membuatku merasa semakin nyaman dengan kondisiku hingga aku tidak berniat untuk mengembalikan tubuhku ke ukuran semula. Aku merasa beruntung karena Mas Adji menerimaku apa adanya. Setiap kali aku mengeluh pakaianku kesempitan karena berat badanku naik, Mas Adji langsung memberiku uang. Dia menyuruhku membeli baju baru, bukannya menyuruhku menurunkan berat badanku.

Tetapi kata-kata mertuaku membuatku berpikir lagi, seperti membangunkan aku dari mimpi. Baru kali ini aku merasakan tidak percaya diri atas penampilanku. Apa benar Mas Adji tidak mempermasalahkan penampilanku sekarang? Ataukah kata-katanya itu hanyalah bualan manis agar aku tidak curiga atas apa yang dia lakukan di belakangku.

Selama ini Mas Adji memang tidak menuntutku harus begini atau begitu. Semua terserah aku. Kami bisa pesan makanan atau makan di luar jika aku sedang tidak ingin masak. Aku juga boleh mengirimkan pakaian kotor ke laundry jika aku sedang malas mencuci. Bahkan dia juga memperbolehkan aku membayar orang untuk membereskan rumah, jika aku sedang capek atau tidak enak badan. Itu semua tidak masalah buat Mas Adji.

Aku kembali melihat bayangan tubuhku di cermin. Aku pegang perutku yang terlihat seperti tengah hamil empat bulan. Belum lagi lengan dan pahaku yang ukurannya tiga kali lipat dibandingkan dulu.

Kalau kamu tidak mempermasalahkan ini, lalu kenapa kamu mau mengencani pelacur itu?!

Terpopuler

Comments

Tri Soen

Tri Soen

Biasa lah laki2 kalau ketahuan selingkuh pasti gitu ...

2022-11-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!