17
Pertemuan yang dibayangkan Kenzi tidak seperti khayalannya selama ini. Kerinduan yang tertumpuk selama beberapa tahun tidak bisa disalurkan untuk orang terkasih, sebab wanita yang ia cintai menolak kehadirannya.
Sudah banyak harapan yang mereka susun dengan matang, kuliah di tempat yang sama, membuka usaha dari nol berdua, menikah dan menghabiskan hidup bersama anak-anak mereka nanti, namun kenyataannya ia sendiri telah menghancurkan mimpi-mimpi mereka. Kenzi pergi disaat hubungan mereka baik-baik saja, wajar bila Rachel membencinya sekarang.
Tubuh yang tadi meronta itu sudah cukup tenang di brangkar rumah sakit setelah dokter memberikan sedikit suntikan penenang untuknya. Kenzi tidak tahu kalau Rachel bisa shokeed seperti ini. Kenapa?
"Kamu gak kangen sama aku, Ra?" Pria rapuh itu bicara lirih, mengelus rambut halus Rachel yang tergerai begitu indah. "Sedikit saja, diantara kebencian dan kecewa yang kamu rasakan, apa gak ada kerinduan yang terselip di sana? Sedikit aja."
Mengapa rasanya sangat menyakitkan? Mengapa takdir ini begitu getir? Mereka sama-sama mencintai, namun mengapa takdir memisahkan? Kenzi tidak sanggup menerima penolakan Rachel.
Kelopak mata berhias bulu mata lentik itu sudah bergerak perlahan, terbuka menampakan bola mata sayu. Kenzi menyambut dengan mata berbinar, ia genggam tangan Rachel, namun ia tidak mengatakan apapun sebab khawtir Rachel histeris seperti sebelumnya. Kenzi menatap mata itu penuh damba, rindu, cinta, sayang, sesal sungguh ia ingin mendekap pemilik mata itu saat ini juga.
Rachel sekilas memejamkan mata mendapati jika ini bukan mimpi atau ilusi yang sering mengganggu. Kenzi memang ada di sini, pria jahat dan kurang ajar itu berdiri dan memegang tangannya, Rachel tidak tahu harus apa sebab pria jahat itu juga masih ada di hatinya.
"Kamu mau minum?" tawar Kenzi memecah keheningan diantara mereka. Rachel masih bungkam seribu bahasa. Tidak apa ...Kenzi tidak menyerah. Dia mengambil segelas air putih untuk Rachel.
TAR!!!!
Gelas itu ditepis Rachel hingga pecah di lantai. Kenzi terperangah melihatnya.
"Gue bilang ...pergi. Gue gak mau liat lo ada di sini." Bibir Rachel bergetar, tangannya mengepal di bawah selimut. Menahan amarah dan rindu di sana. Pertemuan yang ia bayangkan tidak sama seperti yang ia khayalkan selama ini, harusnya mereka saling bicara, harusnya Kenzi menjelaskan alasan kepergiannya, harusnya ia mendengarkan dengan lapang dada, tapi kenyataannya ini sangat jauh berbeda. Semua percuma sebab ...pria itu sudah dimiliki wanita lain.
Kenzi menghela nafas berat, selama mereka berhubungan Rachel tidak pernah sekasar ini bahkan memakai kata "lo dan gue" telak, ia tahu apa artinya.
"Jangan marah-marah, Ra ...kamu belum benar-benar pulih."
"Gue bilang jangan panggil seperti itu! Kenapa lo gak paham?" sentak Rachel, ia berbalik arah memunggungi Kenzi. Melipat bibir menahan tangis. Bibirnya mengusir Kenzi, tapi hatinya ingin pria itu tetap di sini, bersamanya, menemaninya jangan pergi lagi.
Kenzi menjambak rambutnya frustasi, ia tidak mau memaksa Rachel, namun bukan berarti ia akan pergi begitu saja meninggalkan Rachel di sini. Kenzi tidak mengindahkan ucapan Rachel, pria itu nekat naik ke tempat tidur memeluk Rachel dari belakang.
"Biarkan seperti, Ra ... sebentar aja." Pria itu berbisik di telinga Rachel, ia bisa mendengar isakan yang berusaha ditahan Rachel. Hati Kenzi teriris mendengarnya.
Tidak ada yang berubah. Pelukan ini masih terasa nyaman dan bisa menghangatkan Rachel. Tapi, Rachel tidak mau terbuai lagi.
"Gue benci sama lo, Ken...Gue mohon tinggalin gue sendirian." Rachel mencengkram erat selimut di bagian dada, berusaha menguatkan hatinya.
"Nggak ... aku nggak akan pergi. Aku nggak akan ninggalin kamu sendirian di sini." Kenzi semakin memeluk erat Rachel. Hanya itu cara agar Rachel mau bicara dengannya.
"Kenyataannya lo udah ninggalin gue, lo bisa hidup jauh dari gue, Ken ... lo bisa pergi jauh bahkan sampai gue pikir lo ...." Rachel menjeda ucapannya, dadanya teramat sesak bila harus membahas tentang ini, setelah lebih tenang Rachel memejamkan mata dan berucap, "Bahkan gue pikir lo udah gak ada di dunia ini, Ken...."
Bukan hanya Rachel yang tidak bisa menahan air matanya lagi. Kata siapa pria tidak bisa menangis, lihatlah air mata di pipi Kenzi menjadi saksi betapa Pria itu sangat menyesali apa yang telah terjadi. Kenzi membuat wanita yang dicintainya menangis.
"Aku bisa jelasin alasanku pergi, Ra ...."
"Percuma, gue gak mau dengar apapun. Kita udah usai. Gue udah lupain semua tentang, lo. Jadi, gue mohon jangan ganggu hidup gue." Hanya Rachel yang tahu seperti apa perasaannya terhadap pria itu. Kenzi tidak perlu tahu.
"Nggak, Ra... Kita belum usai. Aku di sini untuk kamu. Kamu masih milikku, Ra. Aku nggak perduli meskipun sudah ada laki-laki lain di hidupmu, aku gak akan pernah lepasin kamu lagi, nggak akan. Bila perlu aku habisi dia yang udah gantikan posisiku di hatimu," ucap Kenzi yakin, cinta membuat ia egois.
Kenzi tidak menghiraukan sekuat apa perlawanan Rachel terhadapnya. Kenzi juga tidak akan memaksa, ia tahu butuh waktu meyakinkan hati Rachel agar mau menerimanya lagi.
Rachel terdiam dan semakin memejamkan mata, ia masih lemah bila harus melawan keras kepala Kenzi sekarang.
***
Rachel menghapus sisa air mata yang ada di wajahnya, ntah sudah berapa lama ia tertidur di sini. Sementara Kenzi sudah tidak ada di ruangannya. Rachel mengambil kesempatan melarikan diri. Dia tertatih menyusuri koridor rumah sakit seorang diri.
"Hpku... kok gak ada?" Rachel panik saat tidak menemukan ponsel di saku celananya. "Aku harus menghubungi kak Audy atau Jordy. Mereka gak boleh bawa Kalea ke Jakarta. Aku nggak mau Kenzi ngambil Kalea dariku."
Rasa takut mulai menghantui Rachel. Benar, ia pernah berhayal memertemukan Kalea dengan ayahnya, tapi kenyataannya Rachel tidak sanggup mewujudkannya. Kalea pasti sedih kalau tahu ayahnya sudah bersama wanita lain.
Sementara Kenzi, begitu keluar dari kamar mandi ia panik karena tidak melihat Rachel di ruangannya. Kenzi tidak mau membuang waktu, ia berlari mencari wanitanya.
"Ra ...," teriak Kenzi saat melihat Rachel menghentikan taxi. Rachel menoleh padanya. "Tunggu! Kamu mau kemana?" tambahnya lagi, ia memanjangkan kaki mengejar Rachel. Tapi, sayangnya wanita itu tidak mau mendengar seruannya. Taxi itu pergi membawa Rachel di dalamnya.
Kenzi tidak hilang akal. Dia mengejar taxi menggunakan mobil dengan kecepatan tinggi. Sumpah demi apapun ia tidak akan melepaskan Rachel lagi.
Taxi mendadak berhenti di tengah jalan saat sebuah mobil menghalangi jalannya. Rachel memicingkan mata melihat pria itu turun dari mobil. Ketika Rachel bersiap untuk pergi, Kenzi sudah lebih dulu membuka pintu taxi.
"Dia sama saya, Pak!" Kenzi memberikan lembaran uang kertas dari bangku belakang kepada supir, kemudin ia meraih tangan Rachel.
"Jangan gila, gue nggak mau ikut sama lo!" ketus Rachel.
"Kamu tahu segila apa aku. Kalau kamu gak mau, kita akan tetap di sini, Ra." Kenzi menunjuk deretan mobil di belakang taxi. "Mobilku, tetap di sana," tambahnya menunjuk mobilnya melintang di jalan.
"Jangan seenaknya, Ken! Ini jalan umum, bukan jalan kelurga lo!"
"Dan aku nggak perduli itu! Kamu tau 'kan kalau aku gak pernah main-main dengan ucapanku!"
Rachel berdecih, tentu ia tahu seperti apa Kenzi. Pembuat onar dan sering memancing ke ributan. Rachel tidak punya pilihan selain terpaksa ikut dengan Kenzi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
GMN PRASAAN LIAN, JIKA TAU RACHEL ADALH ORG MASALALU ATASANNYA, APA LIAN MSH INGIN TTP BRSAING DGN ATASANNYA
2023-01-30
0
Ira-Hazirah Sweetz
next thor
2022-07-30
0
Valent Bie
jgn lama2 tuk ksh penjelasan sama rachelnya thor.. biar tau permasalahannya.. biar cpt baikan lg rachel+kenzi..
2022-07-30
0