"Gimana keputusannya, El?" Kehadiran manager HRD di devisi 6 mengejutkan semua orang. Bagaimana tidak? Orang yang berperan penting menyeleksi para karyawan itu mau menginjakkan kaki di kubikel karyawan biasa, apalagi yang baru lulus masa training seperti Rachel. Padahal, kalau mau pria itu bisa saja memanggil Rachel ke ruangannya.
Wah, memang luar biasa si Rachel ini. Belum genap satu tahun bergabung di salah satu perusahaan konstruksi yang ada di Surabaya, tapi sudah menarik perhatian manager HRD. Begitu yang ada di benak beberapa orang yang ada di devisi 6. Tatapan sinis langsung menusuk Rachel.
"Pak, saya--
"Gini-gini, sebentar." Ia memungkas ucapan Rachel kemudian menarik kursi lain dan duduk di samping Rachel.
"Saya sudah kasih kamu waktu satu minggu untuk berfikir. Hari ini saya mau dengar keputusanmu, El. Saya harap kamu tidak mengecewakan saya."
"Apa saya bisa menolak, Pak?" tanya Rachel tidak enak hati.
Pria separuh baya itu menghela nafas berat dan menggelengkan kepala.
"Nggak bisa, El. Saya nggak punya kandidat lain selain kamu. Saya heran liat kamu, kenapa sih kamu menolak dipindahkan ke perusahaan inti? Ini perusahaan besar, El ... karir kamu bisa lebih cemerlang lagi."
Giliran Rachel menghela nafas berat.
"Masalahnya itu Jakarta, Pak. Saya takut merasa asing di sana." Lebih tepatnya takut terkenang masa-masa indah saat bersama Kenzi. Jakarta menyimpan banyak cerita mereka.
"Cek, kamu ini macam anak kecil saja. Kamu 'kan memang dari sana. Jadi, apalagi yang kamu takutkan? Perusahaan Permana bersedia kasih kamu fasilitas lengkap, apartmen, mobil dan yang lebih utama gaji berkali lipat. Ayolah, El ... rambut saya sudah semakin botak gara-gara didesak terus sama SEM. Baru kali ini perusahaan besar melirik arsitek muda sepertimu. Kamu bertanggung jawab mengecek lokasi 'kan? Tolong saya, El...."
Kali ini Rachel tidak bicara, ia mencerna ucapan Darmaji yang memang selama ini sudah sangat baik padanya, bahkan laki-laki yang pantas ia panggil ayah itu mau menjaga rahasianya. Dari sekian banyak orang yang ada di sini, hanya Darmaji yang tahu kalau Rachel memiliki anak di luar nikah. Selama itu pula Darmaji tidak pernah mempersulit dirinya.
Setelah memastikan tidak ada yang mendengarkan obrolan mereka Darmaji kembali bicara.
"El ... saya salut sama kegigihan kamu. Kamu tidak menjadikan masa lalumu sebagai penghalang masa depanmu, buktinya kamu sudah menjadi arsitek muda, tapi setidaknya kali ini lakukan untuk si kecil. Cuma kamu yang bisa membanggakannya. Mau, ya? Pokoknya kontrak kerja kamu di sana."
Sedikit keterlaluan jika Rachel menolak promosi kerja yang ada di depan mata, bukan? Tapi, kenapa harus ke Jakarta?
***
"Oh, jadi ini cewek yang rela ngelakuin apapun demi jabatan?"
Tangan Rachel berhenti mengaduk kopi yang baru ia seduh dengan air panas. Tadi, setelah Darmaji menunggalkan devisinya, konsentrasi Rachel langsung terpecah, akhirnya Rachel berakhir di pantry membuat kopi untuknya sendiri. Hingga saat ini ekor mata Rachel menangkap kedatangan dua wanita dari devisi lain.
"Kira-kira apa yang udah dikasih sama para petinggi di sini? Jangan-jangan udah ngamar!"
Kedua wanita itu menertawakan Rachel yang mereka anggap sudah menjual diri demi mendapatkan promosi jabatan.
"Mulutnya dijaga, ya Mbak! Aku nggak kayak gitu!" sentak Rachel tidak terima dituduh yang bukan-bukan. Ini alasan Rachel tidak terlalu suka bersosialisasi dengan lingkungan kantor yang diisi orang-orang licik dan iri seperti dua wanita yang menatapnya tajam.
"Kok marah? Memangnya kita sebut namamu? Merasa, ya?"
"Sama sekali nggak merasa, aku nggak seperti yang kalian bicarakan. Kalian memang nggak sebut namaku, tapi jelas aku orang yang kalian tuduh!"
Rachel mengeraskan suaranya, hampir tidak bisa mengontrol emosi. Meskipun dulu ia pernah diolok-olok karena hamil di luar nikah, tapi sakit hatinya tidak seberapa dibandingkan dituduh dan direndahkan seperti saat ini.
"Kalau iya kenapa? Mau nyangkal?" Wanita berambut ikal itu menolak bahu Rachel. "Nggak mungkin secepat itu dapat promosi kalau nggak nyerahin tubuhmu sama mereka!"
Plak!!!
Tangan Rachel bergetar sesaat setelah menampar wajah lawan bicaranya.
"Sekali lagi kalian menuduhku, aku robek mulut kalian!" ucap Rachel tanpa merasa takut.
"Sialan nih, anak. Berani banget nampar gue, pakek ngancem segala, lagi!" Ia yang tidak terima ditampar Rachel sontak meraih gelas berisi kopi panas milik Rachel yang kemudian ia siramkan ke wajah Rachel.
"Panas!!!" Rachel mengaduh menahan perih, beruntung ia sempat melindungi wajahnya sehingga air panas itu hanya mengenai tangannya.
"BERANINYA KALIAN!"
Bariton dari pria yang cukup berpengaruh di perusahaan mengejutkan ketiga wanita di dalam pantry. Gelas yang telah kosong itu jatuh dan pecah di lantai.
Lian Keyle pria yang menjabat sebagai site manager di perusahaan konstruksi Permana menghenuskan tatapan tajam kepada wanita yang telah membuat Rachel mengaduh kesakitan. Kedua wanita itu tertunduk di hadapannya.
"Kalian berdua berurusan sama saya!" ucap Lian sambil meraih tangan Rachel. "Ayo, kita obati lukamu, El." Dengan hati-hati Lian menjauhkan Rachel dari serpihan kaca yang berserak di sekitar kakinya tanpa bisa ditolak wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
sarinah najwa
ayo semangat up up up up up up 💪💪💪💪❤️❤️❤️
2022-07-04
0
lilis anggita
lanjut thor
2022-07-04
0
cheepychan
iri tuh mereka gak cepet naik jabatan makanya kerja yg bener mbak jangan cuma pinter nyinyir aja biar naik jabatan juga..😏
2022-07-04
1