15
Pagi hari di kediaman Permana.
"Kenapa Kenzi belum turun juga? Apa dia mau mangkir lagi?" Pria Paruh baya yang memiliki kuasa penuh di rumah Permana harus memanjangkan leher melihat lantai dua mencari keberadaan putranya yang belum menampakkan diri. "Ini sudah jam 8. Harusnya dia bisa kasih contoh yang baik untuk karyawan, datang ke kantor tepat waktu, bukan molor seperti ini!"
Kalau seperti ini setiap hari, emosi ini bisa membunuhnya, darah tingginya bisa mengancam nyawa. Kedatangan Kenzi ke rumah tanpa membawa tunangannya saja sudah membuat Permana kecewa, ditambah lagi Kenzi seperti enggan datang ke perusahaan semakin membuat emosinya memuncak sampai ke ubun-ubun. Kenzi semakin dewasa semakain susah diatur.
"Papa, jangan terlalu keras sama anak, Mama yakin Kenzi tahu apa tugas yang harus dikerjakan. Kalau kemarin Kenzi tidak datang ke kantor 'kan karena masih di Surabaya."
Mama Kenzi ikut angkat bicara, ia hapal betul seperti apa tabiat suaminya, jika marah bicaranya tidak bisa dikontrol itu membuat ia khawatir akan terjadinya pertengkaran antara suami dan anaknya.
Permana sudah membuka mulut ingin mendebat istrinya, namun suara ketukan kaki mulai menggema di ruang makan membuat ia mengurungkan niat.
Kenzi datang dengan memakai pakaian kantor, kemeja hitam, celana bahan, sepatu pantovel hitam mengkilat melengkapi penampilannya. Hari ini ia akan datang dan menggantikan posisi Permana di perusahaan tersebut.
"Rasanya telingaku berdengung." Kenzi melirik sekilas papa sebelum duduk di kursi tepat di samping mamanya. "Ada yang menyinggung namaku di sini?" Ia bertanya sembari mulai menyantap nasi goreng telur mata sapi setengah matang kesukaannya.
Permana menggelengkan kepala, heran melihat keras kepala anaknya semakin menjadi. "Jangan main-main, apalagi mempermainkan pernikahanmu dengan Usy," ucap Permana, hati kecilnya takut kalau Kenzi diam-diam masih mencari wanita dari masa lalunya.
"Jangan bahas itu sekarang, Pa." Mama Kenzi mengelus punggung tangan Permana memberi kode agar suaminya tidak memancing emosi Kenzi.
"Aku pergi." Kenzi menghempaskan sendok lalu beranjak pergi tanpa menghiraukan Permana yang kemudian memanggil namanya.
Kenzi masih menaruh dendam kepada papa karena sudah mengusik hubungan percintaannya dengan Rachel dan mengatur perjodohannya dengan Usy. Kenzi selalu emosi bila Permana mengaturnya sesuka hati.
"Kenapa nggak dia aja yang nikah sama tuh cewek?" Kenzi memukul strir kemudi, menumpahkan amarahnya di sana, kemudian mulai mengoperasikan mesin kendaraan yang akan membawanya ke kantor pagi ini.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, sepanjang perjalanan Kenzi lebih sering memerhatikan ke luar Jendela di mana sebagian tempat itu pernah menjadi saksi kebahagiaannya dengan Rachel.
***
Para karyawan dihebohkan dengan berita kedatangan Bara. Sebelumnya, sudah di konfirmasikan kalau kali ini bukan hoax seperti kemarin. Hari ini bisa dipastikan seribu persen kalau Bara akan menduduki posisinya.
"Gue denger pak Bara itu orangnya emosian, suka marah-marah!"
"Hoax itu, yang gue tau pak Bara itu orangnya baik dan pengertian."
"Sok tau, lu! Namanya aja Bara, udah kebayangkan gimana orangnya. Pasti emosinya sering menggebu-gebu. Gue cari aman aja lah, gak mau memercik api!"
Tasya menghela nafas jengah mendengar bisikan-bisikan dan obrolan cewek-cewek satu devisinya. Ia melemparkan kepalan kertas kepada Rachel.
"Lo, kok bisa tenang gini, sih?" tanya Tasya ketika Rachel melihatnya. "Nggak heboh kayak mereka?"
"Memangnya ada apa?"
Rachel terpaksa menyimpan benda pipihnya, padahal ia masih berkirim pesan. Audy bilang kalau belakangan ini ada orang yang mengintai rukonya. Orang itu terlihat mencurigakan. Rachel takut Kalea dalam bahaya, hingga ia berinisitif meminta Audy dan Jordy mengantar Kalea ke Jakarta.
"Pak Bara ngantor hari ini. Bisa dipastikan kedamaian di ruangan ini akan berakhir."
Kening Rachel mengkerut, ia baru sadar kalau dari kemarin nama itu menjadi topik utama di kantor.
"Udahlah, kita fokus sama kerjaan aja! Datang untuk kerja, pulang dapat uang sesimple itu!"
Tasya menggelengkan kepala. "Tapi, El. Nggak ada salahnya juga kita caper ke pak Bara. Siapa tahu nasip kita seperti Cinderella!"
"Aku nggak pernah punya mimpi kayak gitu! Apa lagi merebut calon suami orang!"
Obrolan mereka terputus karena kedatangan Lian. Seperti jadwal yang sudah disusun kalu hari ini mereka akan mengecek kondisi lapangan.
***
Ketukan sepatu pantovel menggema menarik perhatian semua orang yang mendengarnya, mereka setengah membungkukkan badan saat pemilik kaki jenjang itu melewati mereka. Wajahnya terlihat kaku dan datar, tidak menyahut ketika para karyawan menyapanya. Pria itu hanya berlalu tanpa menoleh ke kiri kanan sampai masuk ke ruangannya.
Baru 10 menit Kenzi menempati ruangan yang tidak sesuai keinginan, ia sudah tidak betah di sini.
"Siapkan ruangan khusus untuk saya. Ruangan ini terlalu kuno, tidak cocok untuk saya!"
"Bapak mau ruangan seperti apa? Nanti saya akan meminta orang merancang ruangan seperti yang Bapak mau," jawab pria yang terpilih menjadi asisten Kenzi.
"Selera kalian payah, kita tidak sefrekuensi." Kenzi berdecih.
"Maaf, Pak. Tapi kita punya arsitektur yang bisa diandalkan, karena itu juga dia dipindahkan dari Surabaya ke kantor utama ini, Pak," jawabnya hati-hati. Ia tahu bos kali ini tidak suka berbasa-basi.
"Kamu sudah terlalu banyak bicara, gajimu saya potong kalau hasilnya tidak sesuai ucapanmu," ancam Kenzi tidak main-main.
Dion menelan ludah kasar, ancaman itu terlalu menyeramkan. Cicilan rumah dan mobil tidak boleh nunggak, kalau gajinya dipotong kang kredit pasti mencarinya. Dion tidak mau itu terjadi, ia cepat-cepat membuka salah satu file di laptop lalu ia tunjukkan kepada Bara.
"Bapak bisa menilainya sendiri," ucapnya berharap Kenzi berpihak padanya, jangan memotong gajinya.
Kenzi mulai memerhatikan apa yang ada di layar datar tersebut, ternyata ia sangat tertarik dengan apa yang ada di depan matanya. Setiap detail sesuai seleranya. Tumben sekali, hanya melihat designnya sudah terbayang kenyamanannya.
"Ada yang cocok, Pak?" Dion bertanya sambil mengamati wajah Kenzi. Sepertinya ia bisa bernafas lega lagi, raut wajah Kenzi tidak sekaku tadi. "Kalau ada, biar saya minta Rachel untu--
"Siapa?" pungkas Kenzi cepat, ia melihat Dion penuh tanya, mendengar nama Rachel disebut membuat dadanya berdebar. Timbul harapan di hatinya jika pemilik nama itu adalah Rachel miliknya.
"Rachel ... Florensia."
Deg!!!!!
Harapan Kenzi kian membesar. Aliran darahnya mengalir deras membuat sekujur tubuhnya hangat dan bergetar hebat. Nama itu ... Nama wanita pemilik hatinya. Kenzi tidak salah dengar.
"Di mana dia?" tanya Kenzi dengan suara lirih. Matanya mulai berkaca-kaca membayangkan pertemuannya dengan Rachel akan segera menjadi nyata. Tolong katakan jika itu memang Rachel miliknya. Kenzi sangat berharap.
Setelah Dion mengatakan kalau saat ini Rachel sedang meninjau lapangan. Kenzi langsung bergegas menyusul Rachel seorang diri.
***
Masih pagi, tapi cahaya matahari sudah menyilaukan mata. Kenzi memarkirakan mobil sembarangan. Ia berlari mencari Rachel di lahan luas namun tidak terlalu gersang.
Kenzi mengabaikan beberapa orang yang mengenalinya dan menyapanya, ia terus berlari mencari wanita yang masih bertahta di hatinya. Feelingnya mengatakan Rachel ada di sini. Hati ini bisa merasakan pasangannya semakin dekat. Jantung ini kian tak terkontrol saat melihat wanita itu ada di sana. Memakai topi proyek berdiri di bawah terik matahari.
Setetes air mata membasahi pipi. Pria itu bahagia melihat Rachel baik-baik saja. Kenzi sangat ingin memeluknya. Kenzi mulai memungkas jarak yang ada di antara mereka. Rachel masih belum menyadari kehadirannya. Wanita itu terlihat serius meneliti lahan sambil melihat papan di tangannya. Rachel sesekali mengangguk dan bicara kepada lawan bicaranya. Rachel terlihat lebih dewasa dari terakhir kali mereka bertemu di malam itu. Rachel yang sekarang masih miliknya, bukan mantannya.
Jarak mereka kian dekat, jantung Kenzi hampir luruh ketika tiba-tiba Rachel melihatnya hingga pandangan mereka bertemu.
"Ra...." Pria itu semakin memungkas jarak sampai berdiri tepat di hadapan Rachel. Wanita yang semakin terlihat cantik itu tampak terkejut melihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Akira Pratiwie
aq ikut nangis .ada cwok sprti kenzi 6 THN brpisah msih tetep Rachel dihati..giliran aq baru 1thn LDR aq sudah diduakn..hahaha
2022-08-31
2
Sidieq Kamarga
Waddduh aku nengokin terus ini yang up kemanaaaaa , Author Viola ku sebut namamu di novel ini biar semangat upnya
2022-07-27
0
Desy Noviana
yah gantung
2022-07-27
0