12
Ini tidak bisa dibiarkan! Besar kemungkinan Kenzi akan mengambil Kalea dari mereka. Meskipun selama ini Kenzi tidak ikut andil dalam merawat dan membesarkan Kalea, tapi tidak bisa dipungkiri kalau darah yang mengalir di tubuh Kalea adalah darah Kenzi, mau menyangkal seperti apapun juga, pria itu tetap ayah kandung Kalea. Tapi agar semua aman dan baik-baik saja. Lebih baik tidak ada pertemuan di antara mereka.
Tidak ... Audy tidak akan membiarkan Kenzi membawa Kalea dari mereka. Di detik itu juga Audy menghubungi salah satu pekerjanya yang ada di lantai bawah, memintanya menutupi semua informasi tentang Rachel atau Kalea Elga jika ada yang bertanya tentang mereka. Meskipun saat ini Audy belum memastikan siapa pria yang dimaksud Jordy, tapi tidak ada salahnya mencegah 'kan?
.
.
.
.
.
Kaki Rachel gemetaran saat keluar dari pintu kedatangan, tangannya keringat dingin menarik koper untuk ia bawa ke tempat yang baru. Akhirnya, setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih, tibalah ia di tempat tujuan.
Jakarta merupakan tempat terindah dipenuhi kenangan manis bersama Kenzi, namun sekaligus menjadi tempat terkutuk yang menghantui hidupnya selama ini.
6 tahun Rachel telah berhasil menahan diri tidak menginjakkan kaki di Jakarta, tapi selama itu pula Rachel masih belum berhasil melupakan Kenzi. Semakin ia mencoba melupakan Kenzi, justru Rachel semakin terbayang saat masih bersamanya. Sepertinya mulai hari ini Rachel harus siap membuka luka lama yang belum mengering sepenuhnya. Kenangan saat masih bersama Kenzi menari-nari depan mata.
"Kamu kenapa, El? Kok mukanya pucet gitu?" tanya Lian setelah mengakhiri percakapannya via telepone dengan sopir yang sudah menunggunya. Lian meletakkan telapak tangannya di kening Rachel untuk mengechek suhu tubuh wanita itu. "Sakit?"
"A-enggak aku nggak apa-apa."
Rachel menoleh ke sembarangan arah, sehingga tangan Lian yang tadi sempat menyentuh keningnya jatuh begitu saja.
Lian tersenyum tipis, ia tahu kalau Rachel masih tidak nyaman berada di dekatnya. Tapi Lian tidak akan pernah menyerah mendekati Rachel. Ia melanjutkan langkahnya, diikuti Rachel berjalan di sampingnya.
"Mau langsung ke apartmen atau liat kantor?" Lian memecah kecanggungan antara mereka. "Unit apartmen yang akan kamu tempati tidak terlalu jauh dari kantor. Kalau kamu mau kita bisa langsung ke sana."
"Kayaknya nggak etis kalau aku datang sekarang, tapi gak langsung kerja. Takut mengganggu yang lain juga."
"Gak masalah, sih. Tapi kalau kamu maunya begitu, ya gak apa-apa. Aku antar kamu ke apartmen, ya!"
Sebenarnya, Rachel tidak nyaman. Tapi, ia tidak mungkin menolak tawaran Lian mengingat Lian bertanggung jawab penuh atas kepindahannya di kantor pusat, apartmen itu pun merupakan fasilitas kantor.
"Maaf, aku udah terlalu banyak ngerepotin, kamu."
"Santai aja, El. Kamu menjadi tanggung jawabku selama di Jakarta. Aku wajib memastikan kenyamanan, keamanan kamu selama di sini. Apalagi, aku harus ngembalikan kamu sama putrimu, nanti," goda Lian.
Rachel tertawa, mengingat putrinya membuat ia rindu.
Tidak terasa mereka sudah keluar dari Bandara. Lian menyerahkan koper kepada sopir untuk dimasukkan ke dalam bagasi mobil, kemudian ia membukakan pintu mobil untuk Rachel.
"Mak--
Lian memungkas ucapan Rachel. "Eits, jangan sungkan. Jangan terus-terusan bilang makasih, karena aku takut tidak sanggup menerimanya, nanti." Lian tersenyum menutupi perasaan gelisah ini.
"Maksudnya?" Rachel tidak mengerti maksud ucapan Lian.
Lian merapikan rambut Rachel yang berantakkan karena tertiup angin. Ditatapnya mata Rachel lekat. "Tidak apa-apa, masuklah."
Beberapa saat kemudian, mobil yang membawa Rachel dan Lian melesat ke jalan raya. Memasuki gerbang tol yang belum pernah dilalui Rachel. Sepanjang perjalanan mereka tidak banyak bicara. Rachel selalu menatap ke luar jendela, sedangkan Lian diam-diam mencuri pandangan terhadap Rachel.
'Aku nggak akan maksa kamu untuk menerimaku, El. Aku yakin suatu saat nanti waktu pasti mendukungku untuk memilikimu,' batin Lian penuh harap.
***
Pesta ulang tahun anak laki-laki berusia 7 tahun berlangsung meriah di taman rumah. Para tamu saling berbaur merayakan kebahagiaan keponakan Kenzi. Namun, Kenzi justru berdiam diri di balkon menatap box ulang tahun bertuliskan Kalea Bakery. Tidak ada yang bisa mengalihkan pikirannya dari kejadian di toko roti tersebut termasuk sang keponakan, tidak ada yang bisa menghibur seperti bocah perempuan tadi, bahkan brownies yang tersedia di pesta ini rasanya tidak selezat brownies pemberian Elga yang rasanya seperti buatan Rachel. Tadi, Kenzi sempat bertanya tentang hubungan Rachel dengan toko itu, tapi tidak ada seorang pun yang mengenal Rachel.
"KALEA ... BAKERY."
"KALEA ... El ... El ... El."
Kenzi mencoba mengingat apa yang tadi ia dengar dari wanita yang berselisihan jalan dengannya.
Deg!!!
"Elga?" Kenzi mengacak rambutnya asal saat menghubungkan kedua nama tersebut.
"Kalea Elga! Oh, God!"
Kenzi berlari menuruni beberapa anak tangga menuju lantai dasar. Taman menjadi tempat tujuannya kali ini. Beberpa pasang mata terarah padanya saat ia membelah kerumunan mencari keberadaan Ivanka, sang kakak.
"Kak, aku mau bicara sebentar." Kenzi berbisik di telinga Ivanka. Kakaknya mencolos melihatnya. "Sebentar aja." Menarik lengan Ivanka sedikit menjauh dari kerumunan anak-anak.
"Apa, sih? Kenapa kamu bawa kakak ke sini? Kamu nggak liat keponakan kamu mau potong kue?" Adiknya ini memang tidak peka, pantas saja anaknya jarang mau didekatinya.
"Do, tunggu sebentar, ya!" seru Kenzi kepada keponakannya. "Nanti Om kasih hadiah mahal!" imbuhnya lagi ketika keponakannya cemberut melihatnya.
"Beneran, ya!"
Kenzi mengangkat jempol. "Beres!"
"Awas, ya kalau hadiahnya nggak mahal!" Ivanka membulatkan mata.
"Iya, aku udah pesen dari luar negri, barangnya masih otw, sekarang kakak jawab dulu pertanyaanku! Siapa nama pemilik Kalea Bakery tempat kakak mesen kue ulang tahun Dodo!" desak Kenzi berharap kakaknya menjawab nama Audy atau Rachel.
Ivanka mengangkat bahu dan menjawab, "Nggak tahu, temen arisan kakak yang rekomendasikan toko itu. Rasanya enak,'kan?"
Kenzi menghela nafas kecewa. "Serius kakak ngak tahu siapa nama pemiliknya?"
"Nggak! Semua temen kakak yang ngatur. Kakak tinggal terima bersih aja. Karena kamu kebetulan ngelewati toko itu, ya sekalian kamu yang kakak suruh
ngambil. Lagian kenapa kamu kepo?" Ivanka menatap adiknya curiga, Kenzi tidak terlihat seperti adiknya selama ini.
"Jangan-jangan, kamu teringat sama mantanmu, ya? Jangan macem-macem, Ken. Bisa habis kamu kalau papa tau kamu masih mikirin dia!"
"Dia bukan mantanku, kak. Gak akan pernah jadi mantan!" Rahang Kenzi mengeras, hatinya teriris mengingat hubungan tanpa status yang sedang berusaha ia perjuangkan.
"Tapi kenyataannya, di Amerika kamu udah---
"Nggak!" pungkas Kenzi ketika Ivanka mengingatkan akan statusnya. "Itu bukan kemauanku! Semua itu papa yang atur, bukan aku! Dan aku pastikan itu untuk yang terakhir kali, aku nggak mau nuruti kemauan papa lagi!"
"Gila! Kamu mau kejadian 6 tahun lalu terulang lagi? Kamu mau papa ngerahin orang-orangnya u----
"Nggak akan aku biarkan ...nggak akan!" tegas Kenzi dengan rahang mengeras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Lilis As
iih bikin greget cerita
2022-07-17
1
Desy Noviana
masih kepo 6 tahun lalu
2022-07-17
1
mida
Jangan smpai Kenzi udh nikah di Amerika sumpah bikin sesek dada .
next kak seru🤗🤗
2022-07-17
1