Hari ini Rachel bekerja seperti biasa, merancang hunian mewah yang akan dibangun dalam waktu dekat, sebenarnya semua sudah rampung hanya saja ia ingin memastikan tidak ada kesalahan sekecil apapun di struktur yang ia buat.
Rachel tidak kesulitan beradaptasi dengan lingkungan yang baru, ia yang memang tergolong sebagai seorang introvert lebih suka berdiam diri di kubikelnya, Rachel hanya bicara ketika ada yang bertanya padanya, terutama kepada Tasya yang sedari tadi tidak bisa diam.
"Lo kenal sama pak Lian di mana, sih? Kayaknya dari tadi pak Lian merhatiin lo banget," tanya Tasya setelah tadi ia menangkap basah Lian bolak-balik lewat sambil memerhatikan Rachel.
"Di kantor lama, di Surabaya," jawab Rachel apa adanya.
"Oh, pantesan ..., enak ya jadi SEM, kerja sambil jalan-jalan, nggak kayak kita terkurung di gedung."
Rachel hanya berdehem singkat, fokus menatap monitor di depannya.
Ruangan yang diisi 8 orang itu mulai gaduh membahas satu orang bernama Bara. Namun nyatanya, hingga jam makan siang tiba, Bara belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Si Bara, belum apa-apa udah jadi incaran, aja." Albi terkekeh mendengar nama Bara menjadi topik utama di kantin. "Mereka belum tau aja kalau tu anak gak doyan cewek!" cetusnnya.
"Jangan sebar gosip sembarangan. Lo mau dikubur hidup-hidup?" Niko ikut menimpali.
"Fakta 'kan? Cewek secantik tunangannya aja dianggurin gitu aja, terus menurut kalian selera Bara cewek yang gimana?" Potongan kentang goreng masuk ke mulutnya, namun tidak segera dikunyah sebab fokus melihat perempuan cantik berkemeja baby pink yang duduk tidak jauh dari tempatnya. "Nah, kayaknya itu cewek masuk ke dalam kriteria Bara!"
Albi dan Niko sama-sama mengamati wanita cantik yang sama sekali tidak terusik dengan kehadiran mereka di kantin ini. Padahal, jarang sekali kantor Permana di isi para pria tampan seperti mereka. Albi dan Niko bukan karyawan, mereka hanya numpang makan siang gratisan di kantin perusahaan Permana.
"Setuju!" seru Niko sembari bertepuk tangan. "Bara paling suka sama cewek yang cantiknya natural macam dia."
"Jangan ada yang ganggu dia!" Lian menajamkan mata. "Rachel ... milik gue. Nggak akan gue biarin siapapun deketin Rachel termasuk sahabat gue sendiri!" ucapnya penuh penekanan. Meskipun Rachel belum menerima cintanya, tapi Lian sudah mengklaim Rachel sebagai miliknya.
Niko dan Albian terkejut mendengar penuturan Lian. Pasalnya sudah cukup lama Lian menutup pintu hatinya untuk wanita lain. Namun, kini kehadiran wanita yang baru pertama kali mereka lihat berhasil membuat seorang Lian bangkit dari masa lalu.
"Jadi itu cewek incaran lo? Pantesan lo ngundang kita makan di sini, ternyata ada niat terselubung," ucap Niko ingin memastikan. "Cantik ..., tapi kenapa gue kayak nggak asing sama wajahnya, ya?"
Niko mencoba mengingat kapan dan di mana dia pernah melihatnya, namun daya ingatannya benar-benar lemah.
"Nggak asing gimana? Rachel baru aja datang ke Jakarta, kalau pun lo pernah liat mungkin di Surabaya," terang Lian sambil melihat Rachel. Wanita itu fokus menikmati makan siangnya.
"Wah, ternyata lo udah tau banyak tentang dia. Kalau gitu tunggu apa lagi? Jangan sampek ditikung orang lain!"
Lian menghela nafas dalam, sepertinya tidak mudah menaklukan hati Rachel dan anaknya.
Sementara di meja lain Tasya menyikut lengan Rachel. "Dari tadi pak Lian and the genk merhatiin lo. Kalau gue jadi lo auto meleleh di sini," bisiknya sembari mengunyah makanan.
Rachel melemparkan pandangan ke meja Lian, dua laki-laki yang duduk bersama Lian melambaikan tangan kepadanya, sementara Lian tampak sibuk pada benda pipihnya.
"Imanku kuat, gak kayak kamu." Rachel terkekeh geli
"Gak lucu, ih," cibiknya. Getaran handpone Rachel menarik perhatian Tasya. "Jangan bilang itu pesan dari pak Lian."
Rachel juga berharap seperti itu, namun sayangnya pesan itu memang dari orang yang saat ini mereka bicarakan.
[Pulangnya aku tunggu di simpang tiga, kalau kamu nolak, aku sendiri yang jemput kamu di ruanganmu]
Rachel mencolos melihat Lian, pria itu tersenyum sambil menunjukkan handponenya, hingga akhirnya Rachel tidak punya pilihan selain mengiyakan pesan Lian.
***
Dan di sinilah mereka berada, Rachel tidak tahu mengapa Lian membawanya ke pemakaman umum. Batu nissan bertuliskan nama Maya menjadi titik fokusnya saat ini.
"Gak ada orang yang mau kehilangan orang yang dicintainya, termasuk aku," ucap Lian lirih memecah keheningan yang sempat tercipta. Pria yang baru selesai berdo'a itu masih tertunduk dalam.
"Aku dibesarkan dalam keluarga broken home, kedua orang tuaku bercerai saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Semenjak saat itu hidupku hampa. Aku kehilangan kasih sayang dari mama yang memilih pergi bersama laki-laki lain dan melupakan aku. Ternyata selama ini mama bohong, mama gak pernah benar-benar sayang sama aku, hatiku hancur, El."
Lian menghela nafas dalam sebelum melanjutkan ucapannya, "Semenjak saat itu, aku membenci perempuan mana pun. Bagiku, mereka pengkhianat dan pembohong besar, sampai akhirnya aku dipertemukan dengan Maya yang perlahan berhasil merebut hatiku. Aku pikir, kami bisa hidup bahagia bersama, sudah banyak harapan yang ingin kami raih bersama, tapi ternyata ... kenyataan tidak seperti yang aku khayalkan. Maya membohongiku, dia menyembunyikan penyakitnya dariku, sampai ajal datang menjemputnya."
Rachel tentu tahu bagaimana sedihnya ditinggalkan orang tercinta untuk selamanya, apalagi ditinggalkan begitu saja tanpa meninggalkan pesan. Tapi, Rachel tidak tahu kenapa Lian menceritakan semua ini kepadanya.
"Andaikan Maya tidak berbohong, andai Maya tidak menutupi penyakitnya, aku pasti tidak pernah meninggalkannya sendirian, aku pasti tidak semenyesal ini, aku pasti nggak akan sehancur ini. Aku benci dibohongi, El ... apalagi sama orang yang aku cintai."
Rachel mengusap punggung Lian dan berucap, "Sudahlah, Lian ... kamu nggak boleh rapuh seperti ini, apalagi di depan makam Maya. Maya sudah tenang di alam sana, jangan pernah mengungkit kesalahannya, aku yakin Maya pasti punya alasan sendiri sembunyikan semua itu dari kamu."
Mendengar itu, Lian langsung menoleh melihat Rachel.
"Ya, aku yakin Maya sudah bahagia di sana. Karena itu juga aku membawamu ke sini, El," ucapnya dengan bibir bergetar. "Aku mau kenalin kamu sama Maya, aku mau Maya tahu kalau aku sudah menemukan cintaku lagi, aku yakin perempuan yang sudah berhasil mengalihkan duniaku tidak akan membohongiku, karena dia tahu sakit dan hancurnya dibohongi orang tercinta. Dan orang itu kamu ... Kamu nggak akan pernah membohongiku, El. Maya pasti merestui kita."
Rachel menggeleng lemah. "Tapi, dengan menyembunyikan putriku aku juga sudah--
"Kamu nggak membohongiku secara langsung, El. Aku pun tidak pernah bertanya padamu," pungkas Lian. "Aku tahu ... masih ada satu nama di hatimu. Biarkan aku menghapusnya, El. Aku janji nggak akan pernah berbohong atau mengecewakan kamu."
"Lian, aku perlu waktu untuk menerima kehadiran laki-laki lain di hidupku. Cinta nggak bisa dipaksakan. Aku nggak bisa membuat keputusan mendesak seperti ini," tutur Rachel.
"Ya, nggak apa-apa, kamu tahu dan mau tahu soal perasaanku saja sudah cukup buat aku bahagia. Tapi, aku mohon belajarlah membuka hati untukku dan jangan pernah sembunyikan apapun dariku karena aku ... benar-benar sudah memilihmu, El."
Rachel menarik kesimpulan bahwa ternyata mereka berdua pernah melalui fase menyakitkan dan menyedihkan yang tidak mudah dilupakan. Kalau seperti ini, ia tidak mungkin tega mengecewakan Lian.
Di tempat lain.
Asap terlihat mengepul dari batang rokok yang dibakar dan dihisap Kenzi. Pria itu bersandar di badan mobil yang terparkir di halaman ruko bertuliskan Kalea Bakery, terhitung sudah lebih dari 3 jam ia menunggu di sini, namun pintu roko tersebut masih saja tertutup seperti tidak ada kehidupan di dalamnya.
Sepertinya kali ini Kenzi harus menelan kecewa, padahal ia sengaja menunda kepulangannya ke Jakarta hanya untuk memastikan sesuatu, tapi sampai detik ini bocah perempuan yang membuat ia penasaran, tak kunjung menampakkan diri. Akhirnya, sore itu juga Kenzi memutuskan kembali ke Jakarta, sebab pekerjaannya sudah menumpuk di sana.
***
Happy Reading, jangan lupa tekan jempol❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SEMOGA RACHEL GK TRIMA PRASAAN NYA LIAN..
SBENARNYA RACHEL HRS TRIMA MOBIL DINAS KANTOR, BIAR GK TRIKAT MA LIAN
2023-01-30
0
Suherni 123
Lian memaksa banget ih
2022-10-27
0
aza boris
lm bgt ya upload nya
2022-07-25
0