11. Brownies (Petunjuk)

11

Selama menetap di Amerika, Kenzi jarang berinteraksi dengan anak kecil seusia bocah yang ada di depannya ini. Bahkan sang keponakan, anak dari kakaknya saja tidak mau mendekatinya. Katanya, wajah Kenzi menyeramkan. Tapi, yang terjadi kali ini justru malah sebaliknya, bocah kecil yang tidak pernah ia lihat sebelumnya mendekat tanpa dipanggil, lihatlah senyumannya itu teramat manis dan polos. Dan yang lebih membingungkan adalah, ia pun sangat ingin mengenal bocah kecil ini.

"Om mau beli kue?" Kenzi terperangah mendengar suaranya, rambut kuncir kuda berpita merah itu terayun saat bocah kecil itu menoleh kearah kasir. "Om coba brownies buatan momy, ya! Rasanya enak!" Kenzi terkesiap saat ujung rambut bocah kecil itu menyapu ujung hidungnya. "Tunggu sebentar, Om!" ucap anak kecil itu sebelum berlari ke meja kasir.

"Dia ...," gumam Kenzi mencoba menerka kenapa anak kecil itu tidak takut padanya, bahkan ramah tamah menawarkan brownies buatan...."Momy katanya?" Kenzi terkekeh sendiri.

Kalea sangat antusias berbagi brownies buatan wanita yang telah melahirkan dirinya. Ia ambil mika berisi brownies panggang bertabur kacang mete dan keju yang dibuat khusus untuknya.

"Sini, Om ... kita duduk di sini," ajak Kalea setelah meletakkan brownies di atas meja sudut jendela. Sepertinya baru sekarang Kalea melupakan peringatan yang sering ia dengar. Jangan sembarangan bicara atau dekat dengan orang yang tidak dikenal. Dan itu tidak berlaku untuk laki-laki dewasa yang kini sudah duduk di kursi persis di depannya.

Kenzi mengernyitkan dahi saat melihat tampilan makanan yang ada di depan matanya. Rachel juga sering membuat brownies seperti ini untuknya. Tapi soal rasa ... pasti jauh berbeda. Bisa dipastikan lebih lezat buatan Rachel.

"Om nggak suka, ya?" tanya Kalea saat melihat laki-laki dewasa itu menghela nafas berat. "Ini enak, loh, Om." Ia meletakan potongan brownies itu di piring kecil kemudian ia angsurkan di depan laki-laki yang dia panggil Om.

"Suka, ini kue kesukaan, Om." Memang apa pentingnya kalau anak kecil ini tau tentang itu? Lagi-lagi Kenzi menggeleng heran dengan tingkahnya sendiri. Semua ini membingungkan.

Kalea tersenyum lebar saat potongan brownies itu mulai masuk ke mulut om tampan, tapi senyumannya memudar ketika si om tak kunjung mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.

Kenzi seperti tersengat aliran listrik ketika potongan brownies itu masuk ke dalam mulutnya, tubuhnya menegang, rahangnya menjadi kaku. Soal rasa lidah tidak pernah berbohong. Dan rasa ini sangat familiar di lidahnya. Hingga akhirnya ia nikmati setiap gigitan yang terasa sangat nikmat seperti buatan Rachel.

"Nggak enak, ya, Om?" tanya Kalea cemas, ia tatap wajah itu lekat-lekat.

Kenzi mengangkat jempol tangannya. "Enak ... ini buatan momy kamu? Momy kamu ada di mana?"

Sejak kapan dia tertarik hal kecil seperti ini? Ayolah ... rasa brownies memang seperti ini, 'kan? Kau mau diamuk suami orang? Bisikan sesat terdengar di telinga kiri, tapi tidak ada salahnya juga bertanya, siapa tahu membawanya pada harapan baru. Telinga kanannya justru mendukungnya. Kenzi jadi berharap kalau bocah ini anaknya. Lucu!

"Momy kamu mana?" Kenzi mengulang pertanyaan yang sama.

"Momy ada di---

"Elga!" Jordy memungkas ucapan Kalea Elga, pemilik nama itu pun melihatnya. "Kenapa kamu di sini?" tanya Jordy setelah berhasil menjangkau Elga. Mereka akan memanggil Elga bila di luar rumah. Tapi pernah ada moment saat Rachel memanggil Kalea di depan umum.

"Makan brownies sama ...." Kalea menjeda ucapannya, dia pun tidak tahu siapa orang yang masih menikmati brownies buatan ibunya. Begitu lahap.

"Enak, 'kan, Om?" Kalea memastikan lagi.

"Ehm, iya. Rasanya ini seperti tidak asing. Boleh Om habiskan?" Kenzi tidak tahu malu, padahal dia sudah makan banyak.

"Huwaaaa, boleh, dong, Om!" Kalea tertawa riang, sama sekali tidak merasa takut dengan orang asing ini.

Jordy terperangah melihat tingkah Elga yang tampak begitu akrab dengan laki-laki asing ini, kenapa sepintas mata mereka terlihat mirip?

"Elga! Naik ke atas sekarang!" Jordy menaikkan suaranya lalu menurunkan Kalea dari kursi. Kalea terkejut menatapnya.

"Kenapa?" tanya Kalea polos, ia tidak tahu kenapa Jordy marah tiba-tiba.

"Kenapa kau memarahinya?" Lagi-lagi rasa ingin tahu Kenzi timbul dan ntah mengapa ia tidak terima Elga dimarahi. "Jangan buat Elga menangis," ucapnya saat melihat wajah Elga yang tadi ceria berubah sendu.

Jordy tidak mengindahkan ucapan laki-laki asing ini, ia mengikuti naluri untuk menjauhikan Elga darinya. Tanpa banyak kata, Jordy menuntun Elga ke anak tangga menuju lantai dua. Elga memberontak tetap melihat ke arah belakang di mana pria itu pun masih melihat mereka.

Kenzi mendadak tidak rela anak kecil itu dijauhkan darinya. Namun, ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menatap Elga dari kejauhan hingga benar-benar menghilang dari pandangannya.

***

"Om Jordy jahat! Kal marah sama, Om!" pekik Kalea sambil memukul lengan Jordy.

"Kamu nggak boleh deket-deket sama orang asing, Kal. Gimana kalau dia nyakitin kamu?"

"Om itu baik! Om Jordy yang jahat huhuhuhu!" Kalea histeris, ia marah karena Jordy sudah membawanya ke lantai atas secara paksa, ia tenggelamkan wajahnya di tempat tidur dan menangis.

"Maaf, ya, Kal..., Om cuma mau jagain kamu seperti perintah Momy mu," ucap Jordy merasa bersalah sudah membuat kesayangan di rumah ini menangis.

Kalea tidak perduli, tangisannya semakin menjadi.

Di waktu yang bersamaan, Audy yang ketika itu berbaring di atas tempat tidur kamarnya langsung terduduk saat mendengar suara tangisan Kalea. Ia singkap selimut yang tadi membalut tubuhnya, kemudian bergegas menemui Kalea di kamar Rachel.

"Kenapa, Dy?" tanya Audy saat mendapati Jordy di ambang pintu kamar berusaha membujuk Kalea.

"Ngambek."

"Kok bisa? Kamu marahin, ya?" Kepala Audy semakin pusing saja, tubuhnya pun menggigil tidak karuan, sepertinya ia memang sedang demam.

"Kalea bicara sembarangan sama orang asing, bahkan sangat akrab." Jordy mulai menjelaskan mengapa Kalea menangis. Audy hampir tidak percaya mendengarnya, sebab selama ini Kalea memang tidak gampang dekat dengan orang asing, bos ibunya saja ia jauhi.

"Kok bisa, sih?"

Jordy diam sesaat, ia menutup pintu kemudian berbisik di telinga Audy.

"Serius kamu?" Jantung Audy mencolos mendengar bisikan Jordy yang tidak masuk akal. "Kalea mirip sama orang itu?" Ia bertanya lirih khawatir Kalea mendengarnya.

"Iya, kalau dilihat sepintas mata seperti itu. Makanya aku cepat-cepat bawa Kalea pergi sebelum dia menyadarinya. Kan bisa gawat kalau dia tau kalau Kalea ini putrinya."

"Hust, diam, gak? Kalea itu cuma anak Rachel. Kalea cuma punya kita." Audy tampak berfikir, jika itu memang Kenzi, ingin sekali menghampirinya dan memberi perhitungan dengannya, tapi bagaimana kalau tindakannya itu malah membuka kesempatan Kenzi untuk mendekati Rachel? Bagaimana kalau Kenzi tahu Kalea adalah putrinya? Dan bagaimana kalau Kenzi sudah menikah?

Terpopuler

Comments

akusaja

akusaja

wkwkkwkwkkwkk kaya iklan

2022-07-16

0

Puja Kesuma

Puja Kesuma

kasihan kamu kalea korban keegoisan org tua yg gk mau menyebutkan siapa ayah kandungmu...

2022-07-16

1

cheepychan

cheepychan

enak nih brownies ya sampe kenzi kesenengan makannya.. bagi dong kal lumayan buat temen ngeteh..😄😆

2022-07-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!