"RACHEL!!!"
Teriakan Kenzi dikalahkan oleh suara pengumuman keberangkatan pesawat selanjutnya, sehingga pemillik nama itu tidak mendengar suara lantang Kenzi. Hanya sebagian orang yang berada di sekitar Kenzi memerhatikannya, tapi Kenzi tidak perduli menjadi tontonan di Bandara. Fokusnya hanya pada wanita yang memakai blus warna peach mulai tergeasa-gesa menuju Departures.
"Tunggu, Ra...!" Meskipun Kenzi belum melihat wajah wanita itu, namun naluri membawa ia berlari ke arah pintu keberangkatan. Sementara wanita yang ia yakini adalah Rachel sudah semakin mengecil dari penglihatannya. Ini tidak bisa dibirkn, ia ingin memastikan jika wanita itu yang ia cari selama ini. Kenzi berlari membawa harapan membelah keramaian, tidak perduli berapa banyak orang yang terganggu karena ia tidak sengaja menyenggol bahu mereka, hingga akhirnya sampai di Departures yang dijaga dua orang satpam.
"Ijinkan saya masuk sebentar, Pak!" Nafas Kenzi masih tersenggal-senggal, namun ia tetap mengutarakan keinginannya.
"Boleh tunjukkan tiketnya, Mas?" pinta satpam dengan ramah tamah.
"Saya nggak punya tiket, Pak. Saya cuma mau memastikan sesuatu saja, Pak," jelas Kenzi terus mendesak.
"Maaf, Mas. Saya tidak bisa meloloskan orang yang tidak memiliki tiket, itu melanggar SOP," terang satpam agar anak muda ini memahami peraturan yang ada di Bandara.
"Ayolah, Pak. Ini demi masa depan dan kelangsungan hidup saya. Saya nggak mau kehilangan wanita yang saya cintai untuk yang kedua kalinya, Pak."
Mata Kenzi mulai berkaca-kaca, ia sangat mengharapkan pertemuannya dengan Rachel akan menjadi nyata.
Satpam mendesahkan nafas berat, ada rasa haru juga tidak tega mendengar ucapan anak muda ini. Tapi, ia tidak bisa mempertaruhkan pekerjannya.
"Maaf, Mas...saya juga nggak mau kehilangan pekerjaan dan jadi pengangguran."
"Saya bisa memperkerjakan Bapak dan menggaji lebih besar dari sini." Kenzi tidak mau menyerah.
"Maaf, Mas. Saya tetap nggak bisa melanggar SOP. Ada tanggung jawab di sini!" ucapnya sambil meletakkan tangan di dada.
Kenzi menjambak rambut frustasi, ia kecewa pada waktu yang masih tidak berpihak padanya.
"Arrggghhhhhhh, Rachel!!!!" teriaknya berharap pemelik nama itu mendengar suaranya.
Sementara itu, Rachel gelisah di dalam kabin pesawat. Denyut jantungnya berdebar tidak menentu, seperti ada yang mengganjal di hati ketika pesawat mulai take off.
"Kenapa, El? Kayaknya kamu nggak nyaman gitu," tanya Lian menyadari kalau Rachel sedang gelisah.
"Nggak apa-apa, Pak. Saya cuma ingat sama anak saya." Rachel mengulas senyum mengingat Kalea. Ya, semua tentang Kalea, hati ini berdebar karena anaknya.
"Ayolah, El ...mau sampai kapan kamu bicara formal sama aku? Lupakan soal cintaku yang udah kamu tolak, jangan sungkan, El ...aku nggak apa-apa. Hati ini masih kuat dan tetap setia menunggu sampai kamu menerimanya. Hati ini punya Lian, bukan bos kamu. Jangan anggap aku bosmu, anggap aku seperti temanmu."
Lian tahu, Rachel masih belum bisa melupakan mantannya di masa lalu. Apalagi hubungan itu menghadirkan putri secantik Kalea. Lian hanya perlu menunggu waktu dan membantu menghapus nama itu di hati Rachel. Lian yakin, perlahan Rachel pasti mau membuka hati untuknya. Ah, mengingat Kalea membuat Lian berpikir lagi. Wajah Kalea sangat familiar untuknya.
"Aku coba, ya, Pak ...,em maksudku Lian." Meskipun Rachel tidak yakin bisa benar-benar melupakan Ken, tapi ia akan tetap berusaha menghapus sisa cinta yang masih ada di dalam dada.
***
Kenzi mengeram kesal di bangku belakang, kepalan tangannya meninju apapun yang bisa dijangkaunya, kecewa menguasai diri, bahkan sopir pun tidak berani meliriknya.
"Dasar payah ... lo nggak berguna, goblok!" umpatnya pada diri sendiri. "Jarak satu jengkal aja nggak bisa lo tembus? Itu pasti Rachel! Lo kehilangan moment berharga, arrggggghhh!!! Kok bisa sebodoh ini?!" teriaknya di dalam mobil. Kenzi berhenti mengumpat saat mendapatkan notif pesan di hanponenya.
"Jakarta?" lirihnya saat menemukan secercah harapan. 6 tahun sudah membuat kisah cinta ini berakhir tapi. "Cintaku belum usai, Ra...," lirihnya bersamaan dengan setetes air mata yang jatuh dari wadahnya.
Mobil jemputan dari kakaknya berhenti di halaman sebuah ruko bertuliskan KALEA BAKERY. Sepertinya, memang ia yang harus turun tangan menjemput tart ulang tahun keponakannya.
"Kalea." Kenzi masih hapal betul kalau wanita yang ia yakini Rachel tadi juga menyebut Kalea dan ntah mengapa sukses membuat hatinya berdesir.
"Nama toko? Lalu apa hubungannya?" Ia mengusap wajah gusar berusaha menjaga kewarasannya. Kalea Bakery hanya nama sebuah toko yang terletak di tepi jalan raya, tapi membingungkan dirinya.
Pintu berbahan kaca transparan menjadi tujuan utama Kenzi saat ini. Masih memakai kaca mata hitam ia melangkah tegak untuk mengambil pesanan kakaknya. Langkah kaki Kenzi terhenti saat melihat sosok gadis kecil termenung di balik meja. Seketika emosinya memudar.
Ser!!!
Kenzi terpaku dan fokus memerhatikan anak kecil yang baru pertama kali ia lihat, bahkan jarak yang tidak terlalu dekat seperti saat ini, berhasil menarik perhatian seorang Kenzi Barata Abimana.
Pintu berbahan kaca ia dorong hingga terbuka. Tempat ini cukup bersih dan tertata rapi dilengkapi beberapa meja bundar dan kursi untuk para pembeli. Terlihat beberapa pekerja sedang sibuk melayani pembeli, hanya gadis kecil itu saja yang duduk santai di wilayah kekuasaannya. Dan mata Kenzi hampir tidak berkedip saat anak perempuan itu mulai menyadari kehadirannya. Wajah imut itu ... mata itu ... hidung itu... Kenzi merasa tidak asing.
Boneka pemberian bos ibunya terlepas dari genggaman Kalea saat menyadari ada orang yang memerhatikan dirinya. Biasanya Kalea tak acuh pada kehadiran orang asing seperti pembeli yang sering keluar masuk toko, tapi saat ini Kalea memiliki ketertarikan lebih untuk sekedar melihat wajahnya, bahkan Kalea tsampai turun dari kursi kemudian keluar dari area kasir.
Kalea mengayunkan kakinya perlahan mendekati laki-laki dewasa yang juga mulai berjalan ke arahnya. Kalea merasa keadaan di sekitar sangat sunyi. Ntah kemana perginya kebisingan yang tadi mengisi ruangan ini. Yang pasti tidak ada hambatan untuk Kalea memungkas jarak dengan orang asing yang baru pertama kalia ia lihat. Tidak ada Jordy dan Audy. Hanya Kalea dan... ntah siapa.
Kalea terpaku tepat di hadapan laki-laki yang mungkin seumuran dengan ibunya. Ia mendongak sementara orang itu tertunduk melihatnya. Tidak ada keinginan Kalea untuk lari atau bersembunyi seperti sebelumya. Matanya berbinar saat orang asing ini membuka kaca matanya, hingga mereka bertemu pandang.
Mata dan wajah polos ini menghipnotis Kenzi. Ia menekuk lutut mensejajarkan tingginya dengan anak kecil yang juga hampir tidak berkedip melihatnya. Kenzi tidak tahu kenapa ia bisa seperti ini, tidak tahu harus bilang apa, yang Kenzi tahu ... ia ingin dekat dengan anak ini tanpa alasan pasti.
"Hai...," sapa Kenzi sesaat setelah mereka terdiam dan saling mengunci pandangan. Kenzi tidak berpengalaman berhadapan dengan anak kecil seperti ini.
Kalea tersenyum, suara itu terdengar merdu di telinganya.
"Om...," jawab Kalea lirih.
Kenzi memegang dadanya, suara anak kecil ini membuat dadanya berdebar. Aneh sekali, bukan?
Info update ada di ig: Violla536.
Makasih🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Tiahsutiah
memang insting ayah dan anak tak bisa d ragukan lagi ya sejauh apa pun jarak yg memisah kan mereka
2022-07-27
1
Violla
Sepertinya sistem lagi bermasalah, dari padi Kenzi dan Kalea belum lolos review, ditunggu, ya
2022-07-16
0
Aulia A
bagus .. aku suka cerita ini...❤️❤️❤️❤️
2022-07-15
1