"Kenapa kamu begitu egois, Mas? Bukankah kamu sudah mendapatkan wanita itu? Dia juga lebih cantik dan seksi jadi, buat apa lagi kamu menahanku? Sudah tidak ada gunanya," ujar Maysa dengan emosi.
"Sampai kapan pun aku tidak akan pernah melepaskanmu. Kamu adalah istriku. Kamu wanita yang baik, pasti mengerti bahwa dalam agama juga tidak melarang seorang laki-laki memiliki istri lebih dari satu," sahut Rafka.
"Tapi sayangnya aku tidak termasuk dalam wanita-wanita itu. Aku masih memiliki perasaan dan aku tidak mau berbagi dengan siapa pun. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah dimadu."
"May, jangan bersikap egois. Pikirkan juga perasaan Eira."
Maysa tertawa sumbang. "Apa kamu juga memikirkan perasaan Eira saat kamu jalan dengan wanita itu? Apa kamu juga memikirkan perasaan Eira saat kamu memutuskan untuk menikah lagi? Di mana perasaan kamu? Kenapa kamu hanya menyalahkanku? Tidakkah kamu mengerti bagaimana perasaanku dan perasaan Eira? Suatu saat nanti, aku yakin aku dan Eira akan tersisih, jadi sebelum Itu semua terjadi, lebih baik aku yang pergi. Aku masih bisa bahagia tanpa kamu."
"Jangan seperti itu, May. Kamu dapat uang dari mana untuk membesarkan Eira, kalau kalian berpisah?" tanya Mama Ishana yang masih berusaha menahan menantunya.
"Kebetulan Mama mengingatkanku. Kedatanganku ke sini juga ingin menanyakan hal itu sama Mama. Apa Mama setiap bulan selalu meminta uang pada Mas Rafka untuk kebutuhan keluarga sehari-hari?" tanya Maysa tanpa rasa sungkan sekalipun. Padahal dia sebelumnya berencana untuk bertanya dari hati ke hati, tetapi semuanya hancur begitu saja, saat melihat bagaimana keluarga ini menyakitinya.
"May, kenapa kamu membicarakannya lagi?" sela Rafka. Namun, Maysa sama sekali tidak peduli. Dia masih menunggu jawaban dari mertuanya.
"Apa maksud kamu? Mama tidak pernah meminta uang pada suamimu. Kenapa kamu berkata seolah-olah Mama memoroti uang suamimu?" tanya Mama Ishana dengan nada tidak suka.
"Kalau begitu, silakan tanya pada anak Mama ini. Ke mana gajinya selama ini."
"Apa maksud kamu? Rafka, apa maksud Maysa?" tanya Mama Isyana dengan wajah bingung.
"Mama jangan bahas masalah ini dulu. Maysa cuma sedang emosi saja. Dia sedang mengalihkan pembicaraan." Rafka mencoba untuk membujuk mamanya yang justru membuat Maysa merasa jijik.
Mama Ishana pun menatap Maysa kembali. Menantunya itu hanya tersenyum saja. Dia mencoba terlihat baik-baik saja. Wanita itu tidak ingin kalah dengan keadaan. Apa pun yang terjadi, Maysa akan menghadapi dengan kepala terangkat.
"Aku tidak perlu menjelaskan semuanya pada Mama. Kalau aku jelaskan juga percuma, semuanya sudah lewat. Mengenai Eira, Mama tidak perlu khawatir. Aku masih sanggup membiayai hidupnya, tanpa uang dari anak mama, seperti sebelum-sebelumnya."
Di sini mama Ishana mulai mengerti. Pasti putranya tidak memberi nafkah yang layak kepada istri dan anaknya. Dia sangat tahu jika Maysa tidak pernah berbohong selama ini. Sebaliknya Rafka lah yang terlalu banyak membual dan berkata bohong padanya.
Ishana menatap putranya tajam. Dia benar-benar marah padahal sebelumnya pria itu orang yang baik, tetapi jabatan telah membutakannya. Papa Handi dan Mama Ishana memang sudah tahu mengenai kenaikan jabatan Rafka. Sang anak sendiri yang bercerita.
"Mama kecewa sama kamu," ucap Mama Ishana dengan menatap Rafka.
"Ma, terima kasih. Selama menjadi mertuaku Mama selalu baik padaku. Hanya saja akhirnya memang harus seperti ini. Aku pamit, sekali lagi terima kasih."
Maysa pergi begitu saja. Mama Ishana berusaha untuk memanggil menantunya tersebut, tetapi tidak didengarkannya. Maysa terus saja berjalan meninggalkan rumah mertuanya. Entah apakah dia masih punya waktu untuk kembali ke sana meskipun bukan sebagai yang menantu di rumah itu. Eira yang berada dalam gendongan Maysa pun sudah mulai tenang. Gadis kecil itu sudah tidak menangis lagi. Dia masih tetap memeluk mamanya seolah tahu jika wanita itu telah bersedih.
Sementara itu, di rumah keluarga mertua Maysa sedang tegang karena Rafka sedang diintrogasi oleh kedua orang tuanya. Vida sendiri sudah diminta pulang oleh Papa Fadil dan Mama Ishana. Wanita itu pun juga terpaksa pergi karena dia bisa melihat suasana yang memang sudah tidak enak.
"Jelaskan apa maksud Maysa? Apa kamu tidak melaksanakan kewajibanmu sebagai suami?" tanya Papa Fadil.
Rafka terdiam dan hanya menundukkan kepalanya. Dia tidak tahu harus berkata apa. Melihat putranya yang belum mengeluarkan suaranya, membuat Papa Fadil semakin geram.
"Jawab yang jujur. Apa yang sudah kamu lakukan pada istrimu?"
Rafka masih terdiam. Saat ini dia sangat tahu jika Papa Fadil sangat marah. Pria itu sama sekali tidak berani menatap papanya apalagi mengeluarkan kata-kata. Mia yang ada di ruang keluarga pun tidak tahan. Wanita itu keluar dan bertanya pada kakaknya.
"Berapa uang belanja yang Kakak berikan kepada Kak Maysa?" tanya Mia dengan suara yang lantang. Dari tadi dia mencoba untuk menahan emosi, tapi setelah mendengar cerita dari mamanya dia tidak bisa menahan diri lagi. "Kenapa diam, cepat jawab!"
Papa Fadil dan Mama Ishana juga menatap putranya, menunggu jawaban dari pria itu. Rafka semakin menundukkan kepalanya. Jantungnya berdetak lebih cepat, dia tahu sekarang dirinya dalam bahaya.
"Li—lima ratus ribu," jawab Rafka tergagap.
Mia membulatkan matanya. Bagaimana bisa kakaknya memberi nafkah tidak layak? Pantas saja Maysa merasa sangat terluka. Rafka memberinya secuil dari gajinya, sementara yang lainnya untuk bersenang-senang dengan gund*knya.
Sementara itu, Papa Fadil langsung menghajar putranya itu. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan Rafka. Gaji yang sebesar itu hanya sekecil itu yang dia berikan kepada istrinya. Sudah untung dia memiliki istri sebaik Maysa yang bisa menerima semuanya dengan ikhlas. Rafka malah bermain api dengan wanita lain.
Rafka hanya diam saja saat Papa Fadil mengajarnya. Dia sama sekali tidak berniat membela diri. Mia dan Mama Isyana pun tidak berniat untuk melerainya. Biarkan saja, ini memang kesalahan Rafka.
"Papa benar-benar kecewa padamu. Papa tidak pernah mengajarimu melupakan tanggung jawab sebagai suami. Di keluarga kita juga tidak ada yang berselingkuh. Papa pikir selama ini kamu memperlakukan istrimu dengan baik. Maysa juga tidak pernah menceritakan kejelekanmu. Papa yakin keburukanmu sudah menggunung di mata Maysa, tapi dia berusaha menutupinya. Seharusnya kamu bersyukur memilikinya." ujar Papa Fadil dengan raut wajah yang penuh sesal.
Sebagai orangtua, dia merasa malu dengan apa yang diperbuat putranya. Selama ini dia selalu membanggakan Rafka di depan para saudaranya, tetapi kini mukanya harus tercoreng akibat kebejatan anak itu. Pantas saja Maysa selalu berkilah saat saudaranya membahas kehebatan Rafka. Nyatanya memang tidak ada kehebatan yang bisa dibanggakan.
Mama Ishana menangis memikirkan kesusahan yang selama ini dialami menantunya. Dia malah mendukung apa yang putranya lakukan. Wanita itu merasa dirinya sungguh sangat jahat pada Maysa.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Siti Asmaulhusna
jangan mau balikan May biar kan si Rafka pergi kamu az ntar bahagia bersama anka mu
2023-01-29
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
aneh juga sama mama papa Rafka ...
giliran masalah duit .... koq baru pada ribut ...
lhah anak selingkuh malah dibiarin ..
harusnya ya dihajar juga donk ... apalagi sampe berani bawa pelakor ke rumah ... mesra2an pulak padahal belom halal ...
2022-12-11
1
himawatidewi satyawira
ayoo pak sikat,hajar..masukin ke got paa..hbs itu sunat lg
2022-12-10
0