"Kamu jangan pesimis begitu. Bu Rina yakin kamu bisa jadi besar suatu saat nanti. Kalaupun nanti gagal, Bu Rina tidak akan meminta kembali uangnya," ujar Bu Nadia mencoba memberi semangat.
"Tapi, Bu—"
"Jangan terburu-buru. Pikirkan dulu semuanya. Siapa tahu nanti kamu mau menerimanya."
"Baiklah kalau begitu. Akan saya pikirkan kembali, tapi apa, Ibu, tidak takut tersaingi?"
Bu Nadia tersenyum sebelum menjawab, "Rezeki sudah ada yang ngatur, kenapa harus repot memikirkannya? Saya ikut senang jika kamu sukses."
"Terima kasih, Bu."
'Kalau begitu saya kembali. Kamu pikirkan semuanya baik-baik."
"Iya, Bu."
Nadia pun kembali ke ruangannya. Sementara Maysa masih memikirkan tawaran dari Bu Rani yang memang menggiurkan. Apalagi dengan masalah yang tengah dihadapi. Mungkin dia juga akan membutuhkan banyak uang untuk Eira nanti.
Jika Maysa dan Rafka memang harus berpisah, dia harus memiliki rencana untuk kehidupannya dan ini adalah jalannya. Wanita itu tidak ingin merepotkan sang mama terus-terusan. Saatnya Maysa bangkit dan berusaha maju. Dia sangat berterima kasih pada orang-orang yang mendukungnya
Sore hari, Maysa pulang dengan menggunakan motornya ke rumah Mama Rafiqah. Dia akan pulang bersama dengan Eira. Untung saja putrinya itu tidak meminta untuk tinggal lagi di sana. Wanita itu berpamitan pada mamanya.
Maysa juga mengucapkan banyak terima kasih pada wanita yang sudah melahirkannya. Mama Rafiqah tidak pernah mengeluh saat direpotkan Eira, justru dia senang bisa menghabiskan waktu dengan cucunya. Apalagi Riri juga sekarang sudah bekerja.
Sesampainya di rumah, semua nampak sepi. Maysa melihat gelas kopi yang masih ada di meja. Dia yakin jika itu bekas buatannya dua hari yang lalu. Berarti semalam Rafka tidak pulang. Hal itu semakin membuat dada Maysa bergemuruh.
Di mana sang suami tidur semalam? Apa hubungan suaminya dengan wanita itu sudah sampai sejauh itu, sampai harus menginap atau Rafka menginap di rumah orang tuanya. Akan tetapi, kenapa pria itu tidak mengatakan apa pun? Padahal tadi malam dia mengirim pesan pada suaminya.
"Mama kenapa diam saja? Apa papa belum pulang?" tanya Eira.
"Tidak apa-apa. Eira mau makan apa mau mandi dulu?"
"Mau mandi."
"Ayo, Mama mandiin!"
Setelah memandikan Eira, Maysa menikmati makan malam bersama dengan putrinya. Dia tadi membelinya di jalan. Tubuhnya begitu lelah jadi, wanita itu malas untuk memasak. Lagi pula kalaupun nanti memasak pun sang suami tidak akan makan. Selalu beralasan sudah makan di luar.
Meskipun dirinya tengah bersedih, sebisa mungkin dia berusaha terlihat baik-baik saja di depan putrinya. Maysa juga mengajak Eira bercerita kegiatannya sehari-hari. Gadis itu tentu saja sangat bersemangat menceritakan semuanya.
Usai makan malam, Maysa menemani Eira tidur sambil membacakan buku cerita. Hingga akhirnya putrinya tertidur. Tidak sulit memang menidurkan gadis kecil itu. Hanya dengan membacakan buku cerita bisa membuatnya menuju ke alam mimpi.
Maysa menunggu sang suami di ruang tamu. Dia perlu mendengar apa yang Rafka akan katakan mengenai kenaikan jabatannya. Wanita itu juga perlu tahu ke mana larinya semua gaji suaminya. Kalau nanti pria itu mengatakan uang itu diberikan pada orangtuanya, Maysa juga perlu menanyakan hal ini pada mertuanya.
Dia tidak mau dibodohi lagi. Sudah cukup satu tahun ini. Mudah-mudahan saja orangtua Rafka mau berkata jujur. Bagaimanapun dirinya sangat menghormati keduanya dan menganggap mereka seperti orangtua sendiri.
Terlalu lama menunggu Rafka, tanpa sadar wanita itu tertidur. Tubuh dan hatinya juga lelah, perlu istirahat karena sudah dua malam Maysa kurang tidur. Bayangan pengkhianatan sang suami terus saja menghantuinya.
Tidak berapa lama sebuah mobil memasuki halaman rumah. Itu adalah Rafka yang sudah pulang dengan tampilan yang sudah kusut. Terlihat wajahnya juga kelelahan. Maysa yang tadi mendengar suara mesin mobil pun terbangun.
"Kamu belum tidur?" tanya Rafka sambil melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Ternyata sudah jam sepuluh.
"Aku sengaja menunggumu. Ada yang perlu aku bicarakan, tapi sebaiknya kamu mandi dan makan dulu."
"Kalau yang ingin kamu bicarakan itu seperti kemarin, sebaiknya tidak usah. Aku malas mendebatkan hal yang sama berulang kali," ujar Rafka dengan nada malas.
"Bukan, ini masalah lain."
"Apa itu?"
"Mandilah dulu. Akan aku siapkan makan malam."
"Baiklah, aku mandi dulu. Tidak usah menyiapkan makan malam. Aku sudah makan di jalan tadi."
Rafka segera pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Maysa pun mengikuti sang suami. Dia menyiapkan baju untuk pria itu dan menunggunya di tepi ranjang. Kata demi kata dirangkainya untuk bertanya pada Rafka nanti. Wanita itu berharap tidak ada lagi kebohongan.
Sambil menunggu suaminya mandi, Maysa memainkan ponsel dan melihat akun media sosial Rafka. Wanita itu memang jarang sekali menggunakan media sosial, apalagi sampai memposting sesuatu. Berbeda dengan sang suami yang hampir setiap hari selalu ada postingan baru.
Pintu kamar mandi terbuka, Maysa sedikit terkejut karena sang suami sudah memakai pakaian. Padahal dia sudah menyiapkan baju. Namun, wanita itu tidak mau ambil pusing. Hanya masalah kecil, tidak ada pengaruh apa pun.
"Kamu mau bicara apa, sih?" tanya Rafka begitu duduk di tepi ranjang, sedikit jauh dari Maysa.
"Apa, Mas, kemarin tidak pulang?"
"Tidak, kemarin aku nginap di rumah Mama. Lagian kalau pulang juga nggak ada siapa pun jadi, lebih baik aku menginap di rumah mama."
"Aku mau tanya sama kamu, Mas. Aku harap kamu jujur. Gaji kamu sebulan berapa, sih?" tanya Maysa sambil menatap wajah suaminya. Dia ingin tahu ekspresi wajah pria itu.
"Kenapa kamu tiba-tiba tanyain gaji aku? Tidak biasanya, apa uang kamu sudah habis?" tanya Rafka dengan menyernyitkan keningnya.
"Tentu saja sudah habis. Banyak keperluan yang harus aku tutupi. Uang lima ratus ribu hanya cukup seminggu lebih."
"Kamu kenapa, sih! Akhir-akhir ini sering sekali mengeluh soal uang. Padahal sebelumnya kamu biasa saja, berapa pun yang aku kasih, kamu selalu menerimanya."
"Dulu itu berbeda dengan sekarang. Dulu kamu hanya pegawai biasa, sedangkan sekarang kamu seorang manajer keuangan. Masa gaji sebesar itu hanya memberi aku lima ratus ribu! Ke mana saja uangnya, Mas? Kamu nggak sedang macam-macam, kan, di luar sana?"
Rafka terkejut mendengar apa yang dikatakan istrinya. Dalam hati dia bertanya-tanya dari mana Maysa tahu tentang pekerjaannya? Padahal selama ini dia berusaha untuk menutupi semuanya.
"Dari mana kamu tahu jabatanku? Kamu datang ke kantor dan bertanya tentang pekerjaanku?"
"Buat apa aku datang ke kantor kamu? Kamu lupa kalau di dalam sosial media kamu, ada teman-teman yang komentar kalau betapa hebatnya manajer keuangan mereka. Aku terkejut sekali mendengarnya padahal selama ini suamiku hanya memberi uang belanja lima ratus ribu. Namun, bisa mentraktir teman-temannya untuk makan di restoran mewah, tanpa peduli di rumah anak dan istrinya hanya makan tempe."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Yani
Aduh biki panas dada
2022-11-24
1
Imam Sutoto Suro
luar biasa thor lanjutkan
2022-11-19
0
baiq fathiyatirrohmi
biasalah laki-laki klo lg berduit, traktir sini traktir sini sedangkan jika istri minta uang belanja, bilangx uang uang uang trus padahal istri belanja utk keperluan semua anggota keluarga 😐 tp klo lg apes, nempel ma istri, bilangx ada uang lebihnya ga atau bisa bantuin pinjemin uang ga gthu🤔🤔🤔 lanjut Thor, ceritamu kutunggu slalu 🤗
2022-07-21
3