Tidak berapa lama, mobil Ryan berhenti di depan toko mainan. Pria itu turun dan masuk ke sana. Maysa tidak ingin membuang kesempatan ini. Dia segera membayar taksi itu dan mengikuti Ryan masuk ke toko mainan.
Wanita itu mencari keberadaan Ryan di setiap lorong mainan anak-anak. Akhirnya dia menemukan pria itu sedang memilih beberapa mainan. Maysa memikirkan cara bagaimana agar bisa berbincang dengan pria itu. Namun, wanita itu ingin semua terlihat natural dan tidak dibuat-buat.
Dia tersenyum setelah mendapatkan ide. Maysa membawa satu buah mainan dan mendekati Rian. Wanita itu berpura-pura tidak sengaja menabrak tubuh pria itu, hingga membuat mainan yang tadi dipegang jatuh ke lantai. Kejadian itu tentu saja membuat beberapa pengunjung menatapnya. Namun, dia berusaha untuk biasa saja.
"Maaf, Mas. Saya tidak sengaja," ucap Maysa sambil memungut mainan yang jatuh tadi.
"Ah, saya yang harusnya minta maaf, Mbak. Karena saya sudah membuat mainan yang Mbak pegang jatuh."
"Saya tidak apa-apa. Kamu bukannya Ryan?" tanya Maysa berpura-pura terkejut.
Berakting memang sungguh melelahkan. Kenapa justru sang suami suka sekali melakukannya. Entah kapan Rafka akan mengakhiri permainannya.
"Iya, saya Ryan, tapi apa kita saling kenal? Maaf saya lupa."
"Tidak apa-apa, saya Salwa. Saya istrinya Rafka. Kita pernah bertemu beberapa kali di pesta," ucap Maysa sambil mengulurkan tangannya.
"Oh, iya, maaf saya tidak mengenali Anda." Ryan menyambut uluran tangan wanita itu.
"Tidak perlu sungkan panggil saja Maysa. Oh ya, bagaimana kalau kita minum teh sebentar. Anggap saja sebagai permintaan maaf saya karena sudah menabrak kamu."
Terlihat Ryan sedang berpikir. Sepertinya dia ragu untuk menerima tawaran itu, mengingat wanita itu sangat membutuhkan informasi dari Ryan. Maysa harus sedikit memaksa demi tercapai keinginannya. Untuk saat ini biarlah dia membuang rasa malunya.
"Ayolah! Jangan tolak rezeki, kapan lagi kita bisa ngobrol."
"Baiklah, hanya sekedar minum teh, kan? Bagaimana kalau di kafe sebelah saja."
"Boleh."
Maysa lega karena tidak harus memaksa pria itu untuk pergi bersama. Dia bisa merasakan ketidaknyamanan yang Ryan rasakan. Hanya saja wanita itu mencoba berpura-pura tidak tahu. Maysa tidak ingin merasa bersalah dan membatalkan rencananya.
"Kamu sudah selesai?" tanya Ryan. Maysa mengangguk dan mengikuti langkah pria itu.
Keduanya menuju kafe. Di sana cukup ramai, untung saja masih ada kursi yang kosong. Ryan pun memesan dua minuman sekaligus cemilan untuk mereka. Maysa mencoba memulai pembicaraan mengenai pekerjaan pria itu. Sedikit dia menyinggung Rafka, berharap ada sesuatu yang Ryan ceritakan.
Pria itu bercerita panjang lebar mengenai pekerjaannya membuat Maysa mengembuskan napas. Dia hanya ingin mendengar cerita tentang sang suami. Ternyata cukup sulit untuk memancing Ryan, tetapi setidaknya pria itu mudah akrab dan menceritakan segala hal.
"Cukup lama, ya, kamu kerja di sana!" seru Maysa.
"Iya, aku dan Rafka, kan, ngelamar di sana sama-sama, tapi sayangnya nasibku tidak sebaik Rafka. Hah ...."
Ryan membuang napas kasar. Tidak ada rasa iri di sana, hanya rasa kesal sesaat. Maysa mengerutkan keningnya tidak mengerti maksud Ryan. Bukankah dia dan suaminya sama-sama pekerja? Kenapa berkata seolah-olah suaminya punya jabatan tinggi di kantor?
Maysa mulai merasakan hal yang tidak enak. Dia mencoba untuk bersikap tenang agar tidak membuat pria yang ada di depannya, batal untuk menceritakan segala hal tentang suami. Andai saja wanita itu bisa, ingin sekali dia berteriak agar Ryan menceritakan semuanya.
"Kamu bisa saja, Ryan. Kalian, kan, masih satu kantor. Jadi masih bisa saling membantu. Siapa tahu nasib kamu juga beruntung," ucap Maysa berusaha sok tahu.
"Beruntung apaan? Jabatan manager keuangan cuma satu dan itu sudah di tempati suami kamu. Mana bisa aku menempati jabatan manager lainnya!"
Ryan terkekeh dengan ucapannya sendiri. Berbeda dengan Maysa yang terkejut hingga wajahnya memutih. Otaknya masih mencerna apa yang dia dengar. Wanita itu pun memastikan pendengarannya tidak bermasalah.
"Ma–manager ke–keuangan?" tanyanya tergagap.
"Iyalah, suamimu, kan, manager keuangan."
Maysa benar-benar tidak bisa berpikir. Otaknya dipenuhi dengan banyak sekali pertanyaan yang ingin diutarakannya. Namun, semua terhenti di tenggorokan. Dia masih tidak bisa mencerna apa yang sudah terjadi.
Benarkah apa yang wanita itu dengar? Apa ini bukan mimpi? jika selama ini Rafka bekerja sebagai manajer keuangan, berarti gajinya juga cukup besar. Kenapa di rumah dia hanya diberi uang lima ratus ribu? Ke mana perginya semua uangnya? Apa diberikan kepada mertuanya atau kepada wanita yang selama ini jalan bersamanya? Sejak kapan sang suami menjadi manajer keuangan?
Sungguh berita yang sangat mengejutkan. Apa mertuanya juga tahu jika anaknya sekarang sudah naik jabatan? Kalau iya, kenapa tidak ada yang memberitahunya? Kenapa sekarang Maysa terlihat sangat bodoh. Bahkan di depan orang lain yang bukan keluarganya.
"May ... Maysa," panggil Ryan dengan mengibaskan tangannya di depan wajah wanita itu. Dia merasa ada sesuatu yang aneh dengan Maysa karena seperti orang yang terkejut dan pandangannya pun kosong.
"Oh, iya!" seru Maysa dengan gelagapan. Saking terkejutnya dengan berita yang dia dengar, sampai lupa kalau di depan ada orang.
"Kamu sepertinya terkejut! Apa ucapanku sangat mengejutkan? Apa kamu tidak tahu jika suamimu naik jabatan?"
"Tidak, aku tahu, kok, hanya saja aku tidak menyangka kalau dia menjadi manajer keuangan. Sebelumnya aku mengira dia menjadi manajer pemasaran atau apa," kilah Maysa.
Dia tidak mungkin mengatakan sejujurnya pada orang lain yang tidak memiliki kepentingan terhadap keluarganya. Meski saat ini pria itu tengah menolongnya dengan cerita yang dia beberkan mengenai suaminya. Maysa harus menanyakan semuanya pada Rafka. Wanita itu ingin tahu sejak kapan Rafka menjadi manager dan ke mana gajinya selama ini?
"Rafka, kan, pandai dalam bidang hitungan, mana mungkin dia jadi manajer pemasaran."
"Iya, sih, Mas Rafka memang pandai dalam hitungan," sahut Maysa. "Bahkan dia juga sangat pandai memperhitungkan uang untuk kebutuhan keluarganya," lanjutnya dalam hati.
"Tidak heran, sih, Rafka naik jabatan. Dia orangnya gigih, dari pertama kali bekerja di sana. Apa pun dia kerjakan asal mendapat uang lebih. Tidak heran dia banyak kenal atasan. Hingga setahun yang lalu dia diikutsertakan tes untuk jadi manager."
Maysa menganggukkan kepalanya dengan hati yang sudah remuk redam. Ternyata sudah satu tahun sang suami naik jabatan. Dia di rumah seperti orang bod*h yang tidak tahu apa-apa. Wanita itu bekerja keras tanpa mengenal waktu demi tercukupinya kebutuhan keluarga.
Sekarang kenyataan ini benar-benar telah menghancurkan segalanya. Kemarin cintanya, sekarang kepercayaannya. Berharap sudah tidak ada lagi rahasia yang akan semakin menyakitinya. Sudah cukup luka yang Rafka berikan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
lhoh ... Maysa ganti nama jadi Salwa, tor ... 🤭😁😁
2022-12-10
0
Yani
Bagus thor ceritanya seru
2022-11-24
0
Imam Sutoto Suro
gile lanjut thor seruuuu
2022-11-19
0