6. Balik marah

“Bukan begitu, Mas. Aku hanya bertanya kamu seharian ini ke mana saja? Bukan menuduhmu yang tidak-tidak.” Maysa mencoba membela diri.

“Alah, itu pasti alasan kamu saja. Kamu pasti berpikir aku pemalas karena aku memberimu uang belanja sedikit, kan? Padahal aku sudah menjelaskan jika uangnya untuk mama. Kenapa kamu sekarang perhitungan seperti ini?”

“Aku bukannya perhitungan. Aneh saja, setiap hari kamu lembur, tapi gaji kamu masih tetap sama. Buat apa capek-capek kerja kalau nggak digaji."

Maysa tidak menyangka jika Rafka sangat pandai bersilat lidah. Tidak bisakah pria itu berkata jujur? Selama ini dirinya selalu percaya dan menuruti perkataan suaminya, tetapi setelah apa yang dia lihat tadi, rasanya ada yang berbeda saat wanita itu menatap Rafka.

"May, kamu tentu tahu kalau cari kerja saat ini sangat sulit. Kalau aku berhenti dari sana, bagaimana aku kerja? Iya, kalau aku langsung diterima kerja di tempat lain, kalau tidak? Kita mau makan pakai apa?"

"Kita? Aku rasa cuma kamu yang kebingungan, bukan aku."

"Maksud kamu apa? Aku semakin nggak ngerti, apa yang terjadi padamu hari ini?"

"Mas, aku ingin kamu jujur padaku. Tadi aku melihat kamu bersama dengan seorang wanita di mall dan kalian terlihat sangat mesra. Apa ada yang ingin kamu jelaskan mengenai hal itu?" tanya Maysa dengan nada tegas. Dia memang wanita, tapi bukan berarti dirinya harus terlihat lemah.

"Ma–mana mungkin aku ke mall, Sayang. Aku ... seharian ini ada di kantor. Kamu mungkin salah orang," jawab Rafka dengan sedikit gugup.

"Mas, aku tidak mungkin salah orang. Itu benar-benar kamu. Pakaiannya juga sama seperti yang kamu pakai hari ini. Jadi kamu tidak perlu beralasan." Maysa masih mempertahankan keyakinannya karena dia yakin tidak salah lihat.

"Kamu ini kenapa, sih? Kan, sudah aku katakan berkali-kali. Kalau aku seharian ini di kantor. Aku sibuk banyak pekerjaan di sana. Mana mungkin aku punya waktu jalan-jalan di mall. Kamu jangan menuduhku yang tidak-tidak. Kamu sendiri ngapain di mall? Bukankah kamu bekerja?" tanya Rafka balik.

"Aku sedang bertanya padamu, Mas. Kenapa kamu malah balik bertanya?"

Maysa dibuat kesal oleh suaminya. Dia ingin Rafka menjawab pertanyaannya dengan jujur, tetapi malah balik bertanya padanya. Apa mungkin pria itu sengaja mengalihkan pembicaraan?

"Aku heran saja, kenapa kamu ada di mall? Sementara saat itu, masih jam kerja."

"Akhirnya kamu ngaku juga, kan, kalau saat itu jam kerja. Padahal aku tidak mengatakan jam berapa aku melihatmu berada di mall," ucap Maysa dengan pandangan sinis.

Sepandai-pandainya orang menyembunyikan bangkai, akhirnya akan tercium juga. Meski Maysa sudah mengira sebelumnya, tetap saja hatinya sakit. Namun, Rafka sepertinya belum mau mengakui kesalahannya dan masih tetap kekeh mengatakan jika itu bukan dirinya.

"Itu ... itu ... aku cuma asal saja. Bukannya tadi kamu menanyakan aku ada di mana seharian ini? Berarti itu masih jam kerja, kan?"

"Kamu pandai sekali berkilah, Mas. Sejak kapan kamu pandai berbohong?"

"Kamu itu maunya apa? Aku sudah menjawab pertanyaanmu bahwa aku tidak ada di mall. Kamu sendiri yang ada di mall disaat jam kerja atau jangan-jangan kamu yang jalan sama pria lain. Maling teriak maling, apa itu keahlianmu sekarang?" cibir Rafka.

"Mana mungkin aku jalan dengan pria! Aku di mall karena ingin membelikan Eira mainan. Sudah lama aku tidak membelikannya, tapi saat aku sampai, malah aku melihatmu bersama wanita jalan dengan begitu mesra. Yang lebih parahnya lagi kamu membelikan wanita itu sebuah kalung. Aku yakin, itu harganya pasti sangat mahal. Padahal di sini kamu hanya memberiku uang belanja lima ratus ribu. Tidakkah kamu berpikir uang segitu cukup untuk apa?"

"Wanita yang mana? Membeli kalung apa? Dari mana aku uang sebanyak itu? Kamu jangan mengada-ngada! Sudah, tidak usah berdebat lagi. Aku capek seharian kerja, sampai rumah kamu malah marah-marah. Menuduhku yang tidak-tidak. Suami pulang bukanya dilayani dengan baik, ini malah marah-marah. Aku tidur di kamar tamu saja. Lebih baik kamu merenungkan diri kamu terlebih dahulu," gerutu Rafka.

Rafka segera meninggalkan kamar dengan menutup pintu dengan keras. Untung saja Eira tidak di rumah. Pria itu menuju kamar tamu dan tidur di sana. Maysa benar-benar terluka. Hatinya begitu perih melihat perubahan sang suami.

Dulu Rafka adalah suami yang sangat pengertian. Setiap pulang kerja dia akan selalu membantu Maysa mengerjakan pekerjaan rumah. Di hari libur, pria itu akan mengajak istrinya jalan-jalan ke mana pun wanita itu mau. Bahkan jika harus menguras dompet, Rafka tidak pernah mengeluh.

Semua berubah sejak dirinya hamil hingga sekarang usia Eira—putri mereka—berusia tiga tahun. Selama ini Maysa mencoba memaklumi sikap sang suami karena berpikir jika tanggung jawab Rafka Sekarang bertambah. Jadi pria itu harus lebih giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan anaknya.

Maysa tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dia sangat yakin jika yang dilihatnya di mall adalah sang suami, tetapi ternyata Rafka tidak mau mengakuinya dan malah menuduhnya yang jalan dengan pria lain. Selama ini kegiatan wanita itu hanya seputar rumah dan butik. Mana ada waktu untuk jalan dengan pria lain? Untuk putrinya saja waktunya sangat terbatas.

Tidak mau terlalu larut dalam kesedihan. Maysa memutuskan untuk tidur. Dia berharap setelah bangun nanti semuanya baik-baik saja. Namun, hingga tengah malam wanita itu tidak bisa tidur. Maysa membolak-balikkan tubuhnya berharap menemukan tempat nyaman yang bisa membuatnya terlelap.

"Ya Allah, hamba pasrahkan semua pada-Mu. Engkau maha membolak-balikkan hati manusia. Tidak ada yang tahu nasib yang akan kami jalani. Mudahkanlah urusan kami. Hanya Engkau yang Maha pengasih dan Maha penyayang." Doa Maysa dalam hati.

Sementara di kamar tamu, Rafka memaki dirinya. Andai saja tadi siang dia tidak menuruti keinginan Vida untuk pergi ke mall. Maysa tidak akan melihatnya. Kalau sudah seperti ini, istrinya akan marah.

Sebelumya Fadil—papa Rafka—sudah memperingatkannya agar tidak bermain api, tetapi dia tidak menghiraukannya. Pria itu selalu berkata bahwa Maysa tidak akan pernah tahu karena Rafka selalu bermain cantik. Sekarang semuanya sudah terbongkar. Sudah pasti semua orang akan menyalahkannya.

Ponsel dalam saku Rafka berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Vida. Pria itu mendes*h pelan. Saat ini bukan waktunya untuk membalas pesan dari wanita itu. Lebih baik dia menyimpannya saja. Namun, saat akan memasukkan ponselnya ke saku. Benda pipih itu berbunyi kembali.

Mau tidak mau, Rafka akhirnya membukanya daripada mengganggu, pikirnya. Seketika dia membuka matanya melihat foto yang dikirim Vida. Berkali-kali pria itu menelan salivanya melihat pemandangan indah di ponselnya. Amarah yang tadi sudah di ubun-ubun seketika menguap begitu saja.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Sunarmi Narmi

Sunarmi Narmi

Besok lgi lbih cerdas dn jgan gegabah...rekam dn foto..ambil bukti yg banyak jgan cuma sekali kegiatan...klo kmu ngak mau di hujat yg baca 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2025-02-01

0

S

S

Jangan.maysa yg kepalanya mau pecah aku juga rasanya pingin gampar laki kek gitu.dasar d segerakan karmanya ya thor..😁

2023-03-28

0

Siti Asmaulhusna

Siti Asmaulhusna

liat Foto tlanjang pacar nya x badan si Vuda sendiri

2023-01-29

1

lihat semua
Episodes
1 1. Pekerjaan
2 2. Memastikan penglihatan
3 3. Terluka
4 4. Luangkan waktu
5 5. Bertanya tentang keseharian
6 6. Balik marah
7 7. Teman kerja
8 8. Mencari tahu
9 9. Kepercayaan yang hilang
10 10. Menggali informasi
11 11. Menginap di rumah Mama
12 12. Tawaran dari Bu Rina
13 13. Gajimu berapa?
14 14. Sama-sama emosi
15 15. Rafka bingung
16 16. Orang tua Rafka
17 17. Aku tidak mau berbagi
18 18. Terbuka
19 19. Mama adalah segalanya
20 20. Ingin bercerai
21 21. Yakin ingin berpisah
22 22. Kebahagiaan Eira
23 23. Ingin menikah
24 24. Membuat kejutan
25 25. Bertemu sahabat lama
26 26. Rafka datang
27 27. Buka hatimu
28 28. Masalah
29 29. Rencana reuni
30 30. Mengunjungi Eira
31 31. Bertemu Bu Ira
32 32. Penjual kain
33 33. Eira masih tanggungjawabmu
34 34. Dio
35 35. Untuk Eira
36 36. Anak Mama
37 37. Datang ke pesta
38 38. Tama
39 39. Rasa
40 40. Bertemu lagi
41 41. Bukan wanita baik
42 42. Semua demi Dio
43 43. Tawaran taaruf
44 44. Dio sakit
45 45. Ingin menjenguk
46 46. Karena Dio
47 47. Tante Maysa
48 48. Setuju
49 49. Ikut kerja
50 50. Menitipkan Dio
51 51. Bertemu Papa
52 52. Permintaan Dio
53 53. Pelan
54 54. Berkunjung ke rumah Maysa
55 55. Makan siang
56 56. Pergi ke sekolah
57 57. Sampai kapan?
58 58. Berbicara berdua
59 59. Berbohong
60 60. Adit
61 61. Lamaran
62 62. Papa dan Mama
63 63. Jangan menyesal
64 64. Menuju halal
65 65. Sah
66 66. Resepsi
67 67. Bersama anak
68 68. Janji yang belum terlaksana
69 69. Keluarga baru
70 70. Ibu
71 71. Mamanya Dio
72 72. Dio tidak suka Oma
73 73. Tuduhan atau kenyataan
74 74. Marahnya Mama Rafiqah
75 75. Pelukan Kakak
76 76. Rasa cinta Adit
77 77. Tidak akan setuju
78 78. Memaafkan
79 79. Istri Adit
80 80. Bertemu Adit
81 81. Mengertilah
82 82. Berita
83 83. Luka Adit
84 84. Beda pendapat
85 85. Pria baik
86 86. Baikan
87 87. Pergi berempat
88 88. Bertemu kembali
89 89. Hatiku milik orang lain
90 90. Penolakan
91 91. Meminta restu
92 92. Usaha
93 93. Liburan yang gagal
94 94. Liburan yang gagal 2
95 95. Masak untuk calon mertua
96 96. Ingin liburan
97 97. Liburan bersama
98 98. Restu Mama Rafiqah
99 99. Akan ada lamaran
100 100. Persiapan lamaran
101 101. Keluarga Adit
102 102. Diterima
103 103. Ikut Maysa
104 104. Kedatangan Rafka
105 105. Ingin meminjam rumah
106 106. Sakit hati
107 107. Aku minta maaf
108 108. Mengambil hati
109 109. Penyesalan Rafka
110 110. Mengingat kebersamaan
111 111. Tama sakit
112 112. Tama Sakit 2
113 113. Obrolan malam
114 114. Pergi memeriksa persiapan pernikahan
115 115. Demamnya turun
116 116. Rencana sekolah anak-anak
117 117. Ikut ke butik
118 118. Kedatangan Bu Nadia
119 119. Kembali
120 120. Ajakan melayat
121 121. Datang
122 122. Perdebatan di tengah duka
123 123. Mengenang Rumah dulu
124 124. Senyum anak-anak
125 125. Persiapan pernikahan
126 126. Untuk pengajian
127 127. Makan kue bersama
128 128. Pengajian
129 129. Papa Dimas sakit
130 130. Tidak bisa dihubungi
131 131. Halal
132 132. Ingin menjenguk mertua
133 133. Undangan
134 134. Pasrah pada keadaan
135 135. Pesta resepsi
136 136. Calon?
137 137. berharap datang
138 138. Pertama
139 139. Sakitnya Papa Dimas
140 140. Uang dan tisu
141 141. ART baru
142 142. Mencari perawat
143 143. Kak Tama
144 144. ART baru 2
145 145. Perawat untuk Papa Dimas
146 146. Rencana kejutan
147 147. Memasang CCTV
148 148. Calon adik
149 149. Terima kasih
Episodes

Updated 149 Episodes

1
1. Pekerjaan
2
2. Memastikan penglihatan
3
3. Terluka
4
4. Luangkan waktu
5
5. Bertanya tentang keseharian
6
6. Balik marah
7
7. Teman kerja
8
8. Mencari tahu
9
9. Kepercayaan yang hilang
10
10. Menggali informasi
11
11. Menginap di rumah Mama
12
12. Tawaran dari Bu Rina
13
13. Gajimu berapa?
14
14. Sama-sama emosi
15
15. Rafka bingung
16
16. Orang tua Rafka
17
17. Aku tidak mau berbagi
18
18. Terbuka
19
19. Mama adalah segalanya
20
20. Ingin bercerai
21
21. Yakin ingin berpisah
22
22. Kebahagiaan Eira
23
23. Ingin menikah
24
24. Membuat kejutan
25
25. Bertemu sahabat lama
26
26. Rafka datang
27
27. Buka hatimu
28
28. Masalah
29
29. Rencana reuni
30
30. Mengunjungi Eira
31
31. Bertemu Bu Ira
32
32. Penjual kain
33
33. Eira masih tanggungjawabmu
34
34. Dio
35
35. Untuk Eira
36
36. Anak Mama
37
37. Datang ke pesta
38
38. Tama
39
39. Rasa
40
40. Bertemu lagi
41
41. Bukan wanita baik
42
42. Semua demi Dio
43
43. Tawaran taaruf
44
44. Dio sakit
45
45. Ingin menjenguk
46
46. Karena Dio
47
47. Tante Maysa
48
48. Setuju
49
49. Ikut kerja
50
50. Menitipkan Dio
51
51. Bertemu Papa
52
52. Permintaan Dio
53
53. Pelan
54
54. Berkunjung ke rumah Maysa
55
55. Makan siang
56
56. Pergi ke sekolah
57
57. Sampai kapan?
58
58. Berbicara berdua
59
59. Berbohong
60
60. Adit
61
61. Lamaran
62
62. Papa dan Mama
63
63. Jangan menyesal
64
64. Menuju halal
65
65. Sah
66
66. Resepsi
67
67. Bersama anak
68
68. Janji yang belum terlaksana
69
69. Keluarga baru
70
70. Ibu
71
71. Mamanya Dio
72
72. Dio tidak suka Oma
73
73. Tuduhan atau kenyataan
74
74. Marahnya Mama Rafiqah
75
75. Pelukan Kakak
76
76. Rasa cinta Adit
77
77. Tidak akan setuju
78
78. Memaafkan
79
79. Istri Adit
80
80. Bertemu Adit
81
81. Mengertilah
82
82. Berita
83
83. Luka Adit
84
84. Beda pendapat
85
85. Pria baik
86
86. Baikan
87
87. Pergi berempat
88
88. Bertemu kembali
89
89. Hatiku milik orang lain
90
90. Penolakan
91
91. Meminta restu
92
92. Usaha
93
93. Liburan yang gagal
94
94. Liburan yang gagal 2
95
95. Masak untuk calon mertua
96
96. Ingin liburan
97
97. Liburan bersama
98
98. Restu Mama Rafiqah
99
99. Akan ada lamaran
100
100. Persiapan lamaran
101
101. Keluarga Adit
102
102. Diterima
103
103. Ikut Maysa
104
104. Kedatangan Rafka
105
105. Ingin meminjam rumah
106
106. Sakit hati
107
107. Aku minta maaf
108
108. Mengambil hati
109
109. Penyesalan Rafka
110
110. Mengingat kebersamaan
111
111. Tama sakit
112
112. Tama Sakit 2
113
113. Obrolan malam
114
114. Pergi memeriksa persiapan pernikahan
115
115. Demamnya turun
116
116. Rencana sekolah anak-anak
117
117. Ikut ke butik
118
118. Kedatangan Bu Nadia
119
119. Kembali
120
120. Ajakan melayat
121
121. Datang
122
122. Perdebatan di tengah duka
123
123. Mengenang Rumah dulu
124
124. Senyum anak-anak
125
125. Persiapan pernikahan
126
126. Untuk pengajian
127
127. Makan kue bersama
128
128. Pengajian
129
129. Papa Dimas sakit
130
130. Tidak bisa dihubungi
131
131. Halal
132
132. Ingin menjenguk mertua
133
133. Undangan
134
134. Pasrah pada keadaan
135
135. Pesta resepsi
136
136. Calon?
137
137. berharap datang
138
138. Pertama
139
139. Sakitnya Papa Dimas
140
140. Uang dan tisu
141
141. ART baru
142
142. Mencari perawat
143
143. Kak Tama
144
144. ART baru 2
145
145. Perawat untuk Papa Dimas
146
146. Rencana kejutan
147
147. Memasang CCTV
148
148. Calon adik
149
149. Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!