4. Luangkan waktu

Maysa memasuki rumahnya dengan langkah gontai. Tenaganya seolah terkuras dengan semua kejadian hari ini. Setelah memasuki rumah, dia mengunci pintu dan bersandar di sana. Tubuhnya luruh ke lantai. Hatinya sudah benar-benar tidak berbentuk lagi. Air matanya terus saja mengalir.

Wanita itu merutuki kebodohannya karena percaya begitu saja dengan omong kosong sang suami. Entah berapa banyak lagi kebohongan yang sudah pria itu lakukan. Semua kenangan keganjilan Rafka satu persatu muncul diingatannya. Seharusnya dia tidak percaya begitu saja dengan ucapan suaminya. Sekarang hanya dirinya yang terlihat bod*h di sini.

Maysa teringat dengan Eira—putrinya—dia pun mencoba untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu. Bisa-bisanya wanita itu melupakan sang putri yang saat ini pasti sudah menunggunya untuk dijemput. Maysa harus secepatnya menghubungi mamanya.

Wanita itu memasuki dapur dan meminum air untuk meredakan emosinya. Dia tidak mungkin menjemput Eira saat ini. Keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Maysa akan meminta ibunya untuk memperbolehkan putrinya menginap di sana semalam.

Sebagai seorang ibu, dia tidak ingin Eira melihat dia dan sang suami berdebat. Wanita itu sudah memperkirakan apa yang akan terjadi nanti. Maysa akan mempertanyakan semuanya. Dia tidak ingin dibodohi lagi.

Setelah perasaannya baik-baik saja, wanita itu mencari ponsel dan menghubungi ibunya. Maysa menarik napas dalam-dalam agar tidak membuat curiga ibunya. Dia sangat tahu jika Mama Rafiqah sangat peka dengan keadaan anaknya.

"Halo, assalamualaikum," ucap Rafiqah yang ada di seberang telepon.

"Waalaikumsalam. Bagaimana Eira, Ma? Apa dia rewel? Dia nggak nyusahin Mama, kan?" tanya Maysa beruntun yang justru membuat Rafiqah menyernyitkan keningnya karena dia mendengar suara putrinya yang serak.

Dia yakin jika putrinya sedang ada dalam masalah, tetapi wanita itu tidak akan memaksanya berbicara. Rafiqah ingin Maysa sendiri yang mengatakannya. Jika putrinya tetap diam, barulah dirinya akan bertanya. Begitulah orangtua, meski kita sudah berusaha untuk menutupi apa pun dari mereka, pasti mereka akan tahu tanpa dikatakan.

"Tidak, dia baik-baik saja. Dia tidak pernah membuat orang lain susah. Seperti biasa, dia hanya bermain dengan adikmu. Kamu jam berapa mau jemput dia? Ini sudah hampir petang. Jangan malam-malam menjemputnya, dia pasti mengantuk di jalan."

"Maaf, Ma. Sepertinya aku tidak bisa jemput Eira. Tidak apa-apa, kan, dia menginap satu malam di sana. Di butik banyak sekali pekerjaan. Aku harus lembur buat bantu Bu Nadia. Kalau pulang, nggak enak sama beliau. Kemarin, kan, Bu Nadia memberi bonus besar."

"Tentu saja tidak apa-apa, Mama malah senang kalau ada cucu Mama menginap di sini. Rumah ini jadi ramai."

"Terima kasih, Ma. Sudah mau jaga Eira. Sekali lagi maafin Maysa yang nggak bisa jemput," sesal Maysa.

"Tidak apa-apa, tidak usah merasa bersalah." Keduanya terdiam beberapa saat hingga pertanyaan dari Rafiqah membuat Maysa gelagapan. "May, kamu baik-baik saja, kan? tanya Rafika dengan suara pelan.

"A–aku baik-baik saja, Ma. Memangnya kenapa? Apa ada yang sesuatu yang mengganggu Mama?" tanya Maysa balik.

"Tidak, entah kenapa Mama merasa kamu sedang tidak baik-baik saja. Kamu bisa cerita sama Mama atau sama adikmu."

"Iya, Ma. Terima kasih sudah perhatian, tapi aku baik-baik saja. Mama mau menjaga kesehatan saja itu sudah membuatku bahagia."

Rafiqah menghela napas, memang sangat susah untuk membujuk Maysa agar menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Wanita paruh baya itu tahu sifat putrinya yang menurun dari almarhum suaminya. Ayah Maysa juga keras kepala, tetapi putrinya jauh lebih keras kepala, bahkan mamanya tidak bisa menebak apa yang ada dalam pikiran wanita itu.

"Jaga dirimu baik-baik, May. Jangan bekerja terlalu keras. Kalau kamu sakit bagaimana dengan Eira, dia juga masih sangat membutuhkan kamu. Terkadang dia juga merajuk sama Mama, katanya kamu nggak ada waktu buat dia jadi, sesekali juga kamu perlu meluangkan waktu untuknya. Kamu, kan, punya suami yang masih memiliki tanggung jawab padamu dan Eira jadi, jangan terlalu keras kerjanya," ucap Mama Rafiqah yang justru membuat Maysa meneteskan air mata.

Seharusnya dia meluangkan banyak waktu untuk putrinya dan tidak bekerja terlalu keras. Sehingga membuat suaminya melupakan tanggung jawabnya pada keluarga karena merasa Maysa masih mampu menghidupi anaknya. Rafiqah yang mendengar isakan sang putri jadi merasa bersalah.

Tidak ada maksud sama sekali untuk membuat Maysa bersedih, apalagi merasa bersalah. Dia hanya ingin putrinya meluangkan waktu sedikit saja untuk cucunya. Wanita itu tidak menyangka jika hal itu membuat Maysa menangis.

"May, maafkan Mama. Bukan maksud Mama untuk melarang kamu bekerja. Mama hanya kasihan sama Eira, tapi kamu tidak perlu terlalu memikirkan kata-kata Mama."

"Tidak, Ma. Apa yang Mama katakan memang benar. Aku seharusnya tidak terlalu bekerja keras dan melupakan tanggung jawab kepada Eira. Sekarang aku malah melimpahkan tanggung jawabku pada Mama. Sekali lagi maafkan aku," ucap Maysa sambil terisak.

Air mata yang sudah dari tadi dia coba hapus, kini kembali tumpah. Wanita itu telah melupakan banyak hal karena pekerjaannya. Namun, kini semuanya hancur. Maysa tidak sanggup mengatakan kepada Mama Rafiqah bagaimana keadaan rumah tangganya kini.

"Mama tidak ada masalah dengan Eira, Mama malah senang bisa menghabiskan waktu dengannya. Hanya saja anak terkadang juga masih membutuhkan ibunya." Mama Rafiqah mencoba memberi pengertian dengan halus.

"Iya, Ma. Terima kasih atas nasehatnya. Maysa akan ingat semua ini. Sudah, ya, Ma. Bu Nadia manggil aku. Nanti aku hubungi Mama lagi," ucap Maysa beralasan.

Dia hanya tidak ingin berlama-lama berbicara dengan mamanya, yang akan semakin membuatnya merasa bersalah dan semakin menumpahkan air matanya di depan wanita yang sudah melahirkannya.

"Iya, kamu jaga diri baik-baik. Jangan terlalu malam pulangnya. Suamimu pasti di rumah menunggu."

"Iya, Ma. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Maysa memutuskan panggilan dan kembali menangis, meratapi nasib rumah tangganya kini.

Cukup lama Maysa menangis. Dia pun bangkit karena ingin membersihkan dirinya terlebih dahulu. Wanita itu akan menunggu sang suami dan bertanya mengenai apa yang dilihat tadi. Maysa tidak ingin dibodohi lagi.

Dia akan memperjelas semuanya. Sudah cukup semua kebohongan yang dilakukan Rafka. Wanita itu berharap sang suami mau mengatakan yang sejujurnya tanpa menutupi apa pun, tentang siapa wanita yang ada di mall tadi dan dari mana pria itu memiliki uang untuk membeli kalung tersebut. Apakah selama ini yang dikatakan mengenai uang untuk diberikan kepada mertuanya itu bohong atau tidak.

Maysa yakin ada sesuatu yang tidak beres di sini. Meskipun begitu, Maysa berharap apa yang ada dalam pikirannya tidak terjadi.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Semangat Maysa 💪💪💪

2022-11-24

0

Imam Sutoto Suro

Imam Sutoto Suro

nice story thor lanjutkan

2022-11-18

0

️W⃠️️CeMeRLa️nG🌹

️W⃠️️CeMeRLa️nG🌹

maysa harus bangkit jangan mau jadi sapi perah sementara suamimu enak" diluar sana

2022-08-25

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pekerjaan
2 2. Memastikan penglihatan
3 3. Terluka
4 4. Luangkan waktu
5 5. Bertanya tentang keseharian
6 6. Balik marah
7 7. Teman kerja
8 8. Mencari tahu
9 9. Kepercayaan yang hilang
10 10. Menggali informasi
11 11. Menginap di rumah Mama
12 12. Tawaran dari Bu Rina
13 13. Gajimu berapa?
14 14. Sama-sama emosi
15 15. Rafka bingung
16 16. Orang tua Rafka
17 17. Aku tidak mau berbagi
18 18. Terbuka
19 19. Mama adalah segalanya
20 20. Ingin bercerai
21 21. Yakin ingin berpisah
22 22. Kebahagiaan Eira
23 23. Ingin menikah
24 24. Membuat kejutan
25 25. Bertemu sahabat lama
26 26. Rafka datang
27 27. Buka hatimu
28 28. Masalah
29 29. Rencana reuni
30 30. Mengunjungi Eira
31 31. Bertemu Bu Ira
32 32. Penjual kain
33 33. Eira masih tanggungjawabmu
34 34. Dio
35 35. Untuk Eira
36 36. Anak Mama
37 37. Datang ke pesta
38 38. Tama
39 39. Rasa
40 40. Bertemu lagi
41 41. Bukan wanita baik
42 42. Semua demi Dio
43 43. Tawaran taaruf
44 44. Dio sakit
45 45. Ingin menjenguk
46 46. Karena Dio
47 47. Tante Maysa
48 48. Setuju
49 49. Ikut kerja
50 50. Menitipkan Dio
51 51. Bertemu Papa
52 52. Permintaan Dio
53 53. Pelan
54 54. Berkunjung ke rumah Maysa
55 55. Makan siang
56 56. Pergi ke sekolah
57 57. Sampai kapan?
58 58. Berbicara berdua
59 59. Berbohong
60 60. Adit
61 61. Lamaran
62 62. Papa dan Mama
63 63. Jangan menyesal
64 64. Menuju halal
65 65. Sah
66 66. Resepsi
67 67. Bersama anak
68 68. Janji yang belum terlaksana
69 69. Keluarga baru
70 70. Ibu
71 71. Mamanya Dio
72 72. Dio tidak suka Oma
73 73. Tuduhan atau kenyataan
74 74. Marahnya Mama Rafiqah
75 75. Pelukan Kakak
76 76. Rasa cinta Adit
77 77. Tidak akan setuju
78 78. Memaafkan
79 79. Istri Adit
80 80. Bertemu Adit
81 81. Mengertilah
82 82. Berita
83 83. Luka Adit
84 84. Beda pendapat
85 85. Pria baik
86 86. Baikan
87 87. Pergi berempat
88 88. Bertemu kembali
89 89. Hatiku milik orang lain
90 90. Penolakan
91 91. Meminta restu
92 92. Usaha
93 93. Liburan yang gagal
94 94. Liburan yang gagal 2
95 95. Masak untuk calon mertua
96 96. Ingin liburan
97 97. Liburan bersama
98 98. Restu Mama Rafiqah
99 99. Akan ada lamaran
100 100. Persiapan lamaran
101 101. Keluarga Adit
102 102. Diterima
103 103. Ikut Maysa
104 104. Kedatangan Rafka
105 105. Ingin meminjam rumah
106 106. Sakit hati
107 107. Aku minta maaf
108 108. Mengambil hati
109 109. Penyesalan Rafka
110 110. Mengingat kebersamaan
111 111. Tama sakit
112 112. Tama Sakit 2
113 113. Obrolan malam
114 114. Pergi memeriksa persiapan pernikahan
115 115. Demamnya turun
116 116. Rencana sekolah anak-anak
117 117. Ikut ke butik
118 118. Kedatangan Bu Nadia
119 119. Kembali
120 120. Ajakan melayat
121 121. Datang
122 122. Perdebatan di tengah duka
123 123. Mengenang Rumah dulu
124 124. Senyum anak-anak
125 125. Persiapan pernikahan
126 126. Untuk pengajian
127 127. Makan kue bersama
128 128. Pengajian
129 129. Papa Dimas sakit
130 130. Tidak bisa dihubungi
131 131. Halal
132 132. Ingin menjenguk mertua
133 133. Undangan
134 134. Pasrah pada keadaan
135 135. Pesta resepsi
136 136. Calon?
137 137. berharap datang
138 138. Pertama
139 139. Sakitnya Papa Dimas
140 140. Uang dan tisu
141 141. ART baru
142 142. Mencari perawat
143 143. Kak Tama
144 144. ART baru 2
145 145. Perawat untuk Papa Dimas
146 146. Rencana kejutan
147 147. Memasang CCTV
148 148. Calon adik
149 149. Terima kasih
Episodes

Updated 149 Episodes

1
1. Pekerjaan
2
2. Memastikan penglihatan
3
3. Terluka
4
4. Luangkan waktu
5
5. Bertanya tentang keseharian
6
6. Balik marah
7
7. Teman kerja
8
8. Mencari tahu
9
9. Kepercayaan yang hilang
10
10. Menggali informasi
11
11. Menginap di rumah Mama
12
12. Tawaran dari Bu Rina
13
13. Gajimu berapa?
14
14. Sama-sama emosi
15
15. Rafka bingung
16
16. Orang tua Rafka
17
17. Aku tidak mau berbagi
18
18. Terbuka
19
19. Mama adalah segalanya
20
20. Ingin bercerai
21
21. Yakin ingin berpisah
22
22. Kebahagiaan Eira
23
23. Ingin menikah
24
24. Membuat kejutan
25
25. Bertemu sahabat lama
26
26. Rafka datang
27
27. Buka hatimu
28
28. Masalah
29
29. Rencana reuni
30
30. Mengunjungi Eira
31
31. Bertemu Bu Ira
32
32. Penjual kain
33
33. Eira masih tanggungjawabmu
34
34. Dio
35
35. Untuk Eira
36
36. Anak Mama
37
37. Datang ke pesta
38
38. Tama
39
39. Rasa
40
40. Bertemu lagi
41
41. Bukan wanita baik
42
42. Semua demi Dio
43
43. Tawaran taaruf
44
44. Dio sakit
45
45. Ingin menjenguk
46
46. Karena Dio
47
47. Tante Maysa
48
48. Setuju
49
49. Ikut kerja
50
50. Menitipkan Dio
51
51. Bertemu Papa
52
52. Permintaan Dio
53
53. Pelan
54
54. Berkunjung ke rumah Maysa
55
55. Makan siang
56
56. Pergi ke sekolah
57
57. Sampai kapan?
58
58. Berbicara berdua
59
59. Berbohong
60
60. Adit
61
61. Lamaran
62
62. Papa dan Mama
63
63. Jangan menyesal
64
64. Menuju halal
65
65. Sah
66
66. Resepsi
67
67. Bersama anak
68
68. Janji yang belum terlaksana
69
69. Keluarga baru
70
70. Ibu
71
71. Mamanya Dio
72
72. Dio tidak suka Oma
73
73. Tuduhan atau kenyataan
74
74. Marahnya Mama Rafiqah
75
75. Pelukan Kakak
76
76. Rasa cinta Adit
77
77. Tidak akan setuju
78
78. Memaafkan
79
79. Istri Adit
80
80. Bertemu Adit
81
81. Mengertilah
82
82. Berita
83
83. Luka Adit
84
84. Beda pendapat
85
85. Pria baik
86
86. Baikan
87
87. Pergi berempat
88
88. Bertemu kembali
89
89. Hatiku milik orang lain
90
90. Penolakan
91
91. Meminta restu
92
92. Usaha
93
93. Liburan yang gagal
94
94. Liburan yang gagal 2
95
95. Masak untuk calon mertua
96
96. Ingin liburan
97
97. Liburan bersama
98
98. Restu Mama Rafiqah
99
99. Akan ada lamaran
100
100. Persiapan lamaran
101
101. Keluarga Adit
102
102. Diterima
103
103. Ikut Maysa
104
104. Kedatangan Rafka
105
105. Ingin meminjam rumah
106
106. Sakit hati
107
107. Aku minta maaf
108
108. Mengambil hati
109
109. Penyesalan Rafka
110
110. Mengingat kebersamaan
111
111. Tama sakit
112
112. Tama Sakit 2
113
113. Obrolan malam
114
114. Pergi memeriksa persiapan pernikahan
115
115. Demamnya turun
116
116. Rencana sekolah anak-anak
117
117. Ikut ke butik
118
118. Kedatangan Bu Nadia
119
119. Kembali
120
120. Ajakan melayat
121
121. Datang
122
122. Perdebatan di tengah duka
123
123. Mengenang Rumah dulu
124
124. Senyum anak-anak
125
125. Persiapan pernikahan
126
126. Untuk pengajian
127
127. Makan kue bersama
128
128. Pengajian
129
129. Papa Dimas sakit
130
130. Tidak bisa dihubungi
131
131. Halal
132
132. Ingin menjenguk mertua
133
133. Undangan
134
134. Pasrah pada keadaan
135
135. Pesta resepsi
136
136. Calon?
137
137. berharap datang
138
138. Pertama
139
139. Sakitnya Papa Dimas
140
140. Uang dan tisu
141
141. ART baru
142
142. Mencari perawat
143
143. Kak Tama
144
144. ART baru 2
145
145. Perawat untuk Papa Dimas
146
146. Rencana kejutan
147
147. Memasang CCTV
148
148. Calon adik
149
149. Terima kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!