Bu Nadia menghubungi klien yang memesan gaun itu. Wanita itu memperlihatkan dua gambar dan meminta klien untuk memilihnya. Di luar dugaan, klien itu malah meminta dibuatkan dua-duanya padahal waktu yang diberikan sudah pasti tidak akan cukup. Akan tetapi, klien tersebut tetap memaksa dan Nadia pun berkata akan mengusahakannya, tetapi tidak bisa berjanji.
"Hah ... dua-duanya, Bu?” tanya Maysa yang terkejut saat diberi tahu jika klien itu minta dibuatkan dua gaun. Padahal dia menggambar dua sebagai bahan pertimbangan, tetapi malah diminta membuat keduanya.
“Iya, sepertinya kita harus bekerja sama dalam membuatnya. Kamu sebagai designer sekaligus pemberi instruksinya," ucap Nadia. "Kamu tenang saja, kalau memang tidak memungkinkan, kita buat satu saja. Putrinya Bu Rina juga tidak memaksa karena waktu kita juga terbatas."
"Iya, Bu. Akan tetap saya usahakan."
Maysa sangat senang karena karyanya disukai klien, tetapi jika keadaannya mendesak seperti ini, dia tidak yakin dengan hasilnya. Wanita itu hanya bisa berdoa semoga saja semua bisa berjalan dengan lancar.
Pekerjaan pun dimulai saat itu juga. Dimulai dari pemilihan kain dan warna sesuai keinginan klien. Untung saja stok di sana masih ada jadi dia tidak perlu pergi membelinya. Maysa mengerjakan semua bersama dengan Nadia dengan hati-hati. Hingga tidak terasa waktu sudah sore.
“May, sudah sore, kita lanjut besok saja. Putrimu pasti sudah menunggu,” ujar Nadia membuyarkan konsentrasi Maysa.
“Iya, Bu. Saya sampai tidak sadar,” sahut Maysa yang kemudian membereskan peralatan yang dia pakai. Wanita itu pamit terlebih dahulu pada atasannya dan meninggalkan butik.
*****
Waktu telah berlalu, gaun buatan Maysa dan atasannya telah selesai. Anak Bu Rina pun senang dengan hasilnya. Nadia sebagai pemilik butik saja hampir tidak percaya jika keduanya selesai dengan hasil yang memuaskan.
“Terima kasih, Bu. Gaunnya bagus sekali,” ucap Bu Rina—klien Bu Nadia—sambil memperhatikan putrinya yang sedang mencoba mencoba gaun.
"Iya, Bu Nadia. Ini bagus sekali. Aku bakalan sering-sering datang ke sini."
"Silakan saja, justru saya sangat senang jika Mbak Nuri mau menjadi pelangg*n tetap di butik saya. Saya juga senang jika hasilnya memuaskan."
"Tentu saja, ini bagus sekali," sela Bu Rina.
“Iya, Bu, hasilnya memang bagus sekali. Maysa juga yang menjahitnya sendiri, saya hanya membantu sedikit."
"Benarkah?"
"Iya, Bu, sepertinya dia memang memiliki potensi."
"Bu Nadia, Anda beruntung memiliki pegawai seperti dia," ucap Bu Rina sambil menatap Maysa dan tersenyum.
"Benar, Bu Rina. Saya sangat bangga dengan kehadirannya. Butik saya jadi lebih ramai."
"Bu Rina sama Bu Nadia terlalu memuji. Saya hanya melakukan sebisa saya saja."
"Tidak, kamu benar-benar hebat. Bisa membuat gaun sebagus ini. Anak saya ini orangnya sangat pemilih soal pakaian, tapi saat melihat gambar kamu, dia langsung tertarik. Saya yakin suatu saat nanti kamu akan menjadi designer terkenal," ujar Bu Rina.
"Amin, mudah-mudahan, Bu. Terima kasih doanya."
Mereka pun berbincang sejenak sampai akhirnya Bu Rina dan putrinya undur diri. Tidak lupa juga wanita itu memberi tips untuk Maysa. Setelah kepergian klien butik itu, Bu Nadia memberikan gaji pada Maysa. Tidak lupa dia juga memberi tips untuk pegawainya itu.
"Bu Nadia, ini terlalu banyak, tadi Bu Rina juga sudah memberi saya tips," ucap Maysa sambil menunjukkan uang yang dia terima.
"Tidak apa-apa, ini sesuai sama pekerjaan kamu, jangan ditolak. Ini juga rezeki untuk Eira."
"Terima kasih, Bu. Bu Nadia selalu baik sama saya dan keluarga saya," ucap Maysa dengan mata berkaca-kaca. Dia terharu dengan kebaikan Bu Nadia.
"Kamu juga orang baik jadi, sudah sewajarnya kamu mendapat perlakuan selayaknya," sahut Bu Nadia. "Ya sudah, kamu hari ini boleh pulang lebih awal. Ajak Eira jalan-jalan. Kasihan kemarin dia bilang ayah dan ibunya sudah tidak pernah mengajaknya jalan-jalan lagi."
"Eira mengadu sama, Ibu, rupanya," ucap Maysa terkekeh sekaligus merasa malu.
"Begitulah anak-anak, siapa pun yang membuatnya nyaman, pasti akan jadi tempatnya mengadu."
Maysa mengangguk membenarkan ucapan atasannya itu. Akhir-akhir ini, dia memang jarang mengajak Eira jalan-jalan karena pekerjaannya. Dulu setiap satu minggu sekali, wanita itu pasti libur, tetapi semenjak sang suami mengurangi jatah bulanannya, Maysa harus bekerja keras untuk menutupi kekurangan.
"Terima kasih, Bu. Sudah mau mengerti. Saya pamit dulu kalau begitu. Saya juga mau belikan Eira mainan."
"Iya, kamu pulanglah."
Maysa pun memutuskan pergi ke supermarket terlebih dahulu. Dia ingin membeli kebutuhan pokok. Wanita itu membeli banyak bahan makanan. Maysa berpikir untuk menyenangkan anak dan suaminya dengan makanan enak. Sudah cukup lama mereka hanya makan seadanya karena harus mengirit pengeluaran.
Setelah selesai belanja, Maysa pulang ke rumah. Dia ingin membawa belanjanya pulang terlebih dahulu, setelah itu akan menjemput Eira di rumah mamanya. Usai menata semuanya, Maysa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
Saat di dalam kamar, tanpa sengaja dia melihat kalender dan teringat jika tiga hari lagi sang suami ulang tahun. Wanita itu pun berniat untuk membelikan hadiah untuk suaminya, sekaligus memberi pesta kejutan. Maysa akan mengundang beberapa kerabat dekat saja. Meski hanya pesta kecil-kecilan, dia yakin Rafka pasti akan merasa senang.
Maysa pergi ke mall dengan menggunakan motor bututnya untuk membeli hadiah untuk sang suami. Dia sudah berniat untuk membelikan jam yang sebelumnya sudah menjadi incaran Rafka. Beberapa kali wanita itu melihat suaminya melihat-lihat jam yang ada di toko online. Maysa tersenyum dengan lebar saat berjalan memasuki mall.
Dia memasuki sebuah toko jam tangan. Tidak banyak yang datang mungkin karena masih jam kerja. Seorang pegawai mendekatinya dan menanyakan jam tangan keinginannya.
"Selamat datang di toko kami, Bu. Ada yang bisa saya bantu? Ibu mau jam tangan yang seperti apa? Akan saya tunjukkan," ucap seorang pegawai perempuan dengan ramah.
"Saya ingin jam tangan laki-laki, Mbak. Seperti ini," ucap Maysa sambil menunjukkan gambar yang ada di ponselnya.
"Oh, itu, mari, Bu! Ada di sebelah sana."
Maysa pun mengikuti wanita itu. Dia terkejut melihat harga jam tangan. Akan tetapi, wanita itu sudah dua kali tidak memberi hadiah saat Rafka ulang tahun. Meski harus menguras dompetnya, Maysa tidak keberatan. Semua itu demi membahagiakan sang suami. Setelah itu dia berniat untuk membeli mainan untuk Eira dan ke rumah ibunya untuk menjemput putrinya.
Saat keluar dari toko jam tangan, wanita itu seperti melihat sang suami sekilas. Maysa pun mencoba untuk mencarinya untuk memastikan jika itu benar-benar Rafka. Dia sangat yakin dengan penglihatannya karena pakaiannya pun sama dengan milik sang suami.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Masya harusnya curiga sama suaminya, ada apakah sangat suami di belakang istrinya🤔
2023-05-03
0
Minarni Juita
hadehhh mahisa knapa kmu gunakan uang utk hal hal yg tdk mendesak gitu katanya uang di KSH suami tdk cukup
2023-01-20
1
Yani
Pasti sama perempuan
2022-11-24
0