TAR ...
Sebuah tembakan meluncur dari senjata api salah satu preman itu dan berhasil mengenai seeokor burung yang sedang terbang tepat di atas mereka. Burung itu terjatuh di dekat kedua preman itu.
"Bocah manis ... jangan mencoba untuk kabur dari paman ya ... atau nasib kalian akan sama seperti burung ini." sebuah seringai menakutkan mulai menghiasi wajah pria yang baru saja menembak burung itu.
"Kak Vio, apa yang harus kita lakukan?" tanya Cloud setengah berbisik.
"Jika ada kesempatan untuk melarikan diri maka kita akan melarikan diri. Namun sepertinya untuk saat ini kita masih belum bisa melakukannya. Kita harus menghadapi kedua preman itu." sahut Viollete juga berbisik.
"Baiklah. Apa rencana kakak?" tanya Cloud lagi setengah berbisik.
"Karena mereka membawa senjata laras panjang, akan sangat berbahaya untuk kita melarikan diri. Lebih baik kita menggunakan pertarungan jarak dekat. Biarkan mereka mendekati kita, lalu sebisa mungkin rebut atau buang senjata mereka. Setelah itu kerahkan semua yang pernah kita pelajari dari teknik Muay Thai! Kakak akan mengurus si pria berjambang itu. Sedangkan kau mengurus pria rambut jabrik itu. Apa kau paham, Cloud?" bisik Viollete semakin memelankan suaranya karena mereka berdua sudah semakin mendekati Viollete dan Cloud.
"Baiklah, Kak. Aku paham!" sahut Cloud mulai bersiap dan mengambil nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan.
"Anak-anak yang baik dan manis. Gyahaha ... lebih baik memang seperti ini saja." salah satu dari preman itu tertawa tebahak-bahak saat melihat Viollete dan Cloud yang hanya berdiam diri saja. Tidak melawan maupun tidak berusaha untuk melarikan diri.
Kedua preman itu kini sudah semakin mendekati Viollete dan Cloud. Dan kini jarak mereka kira-kira hanya tinggal 2 meter.
"Cloud! Sekarang!" ucap Viollete setengah berteriak untuk memberikan aba-aba untuk sang adik.
Tepat disaat itu kini Cloud segera melakukan sebuah spin / tendangan berputar hingga membuat preman berambut jabrik itu seketika terjatuh. Cloud dengan cepat melompat dan memijak tangan kanan preman itu yang masih memegang senjata laras panjang itu.
Tekanan demi tekanan mulai Cloud tambah menjadi semakin besar dan kuat pada pijakan itu. Setelah beberapa saat Cloud mulai sedikit jongkok dan melayangkan tangan kanannya untuk melakukan jab dan mengarahkan pada wajah preman itu dengan sekuat tenaganya.
Cloud terus mengulanginya berkali-kali untuk melakukan pukulan lurus dan menghantam wajah preman itu berkali-kali hingga akhirnya preman itu mulai berusaha menahannya menggunakan tangan kirinya untuk menahan serangan itu dan berusaha untuk kelakukan pukulan dengan menggunakan lututnya, dan sempat membuat tubuh Cloud sedikit hilang keseimbangan, hingga melepaskan preman itu.
Preman itu memanfaatkan kesempatan itu untuk segera menghentakkan dirinya dan berusaha untuk segera bangun. Namun dengan cepat Cloud menendang bagian tangan kanannya dengan sangat kencang hingga membuat senjata laras panjang itu jatuh dari genggaman preman itu. Dengan cepat, Cloud segera mengambil senjata itu.
Sementara itu, Viollete yang menghadapi preman berjambang, segera menyerang preman itu dengan sedikit memutar tubuhnya berlawanan dengan arah jarum jam, lalu melemparkan tubuhnya dan melayangkan siku kanannya untuk menghantam bagian wajah preman itu.
DUAKK ...
"Bocah sialah kalian!" erangnya kesakitan sambil memegangi bagian hidungnya.
Dengan cepat Viollete segera memutar sedikit tubuhnya searah dengan jarum jam kembali dan melayangkan sebuah bogem dari arah bawah untuk mengincar bagian dagu.
BUUAAKK ...
Tubuh preman itu sedikit terhuyung ke belakang dan disaat itulah Viollete melakukan tendangan samping dengan cepat dan berhasil mengenai bagian leher preman berjambang itu hingga menyebabkan preman itu ambruk di atas tanah namun masih dalam keadaan sadar.
Kini Cloud dan Viollete yang berhasil membuat sebuah celah untuk melarikan diri, memanfaatkan waktu itu dengan baik. Mereka berdua segera berlari bersama dengan Cloud yang berhasil membawa senjata api yang dia rebut dari preman berambut jabrik itu.
Di hadapan mereka kini mulai terlihat sebuah tanah lapang yang ditumbuhi dengan rerumputan pendek, dengan cepat Viollete menahan lengan Cloud yang hampir saja memasuki area itu.
"Cloud, kita tak bisa melewati tempat itu! Beberapa ranjau darat sudah dipasang dan ditanam oleh anggota kita. Jika salah melangkah sedikit saja, kita bisa memijak ranjau darat itu dan akan membahayakan kita." ucap Viollete yang mulai teringat akan hal itu.
"Lalu kita lewat mana, Kak? Kedua preman itu pasti sudah mengejar kita dan sebentar lagi pasti mereka akan menyusul kita." sahut Cloud. "Akan sangat bagus jika mereka terjebak di dalam ranjau darat ini, Kak."
"Tapi itu sangat berbahaya jika kita sendiri yang harus memancingnya. Tak menutup kemungkinan kita juga bisa saja memijaknya tanpa sengaja. Kakak tidak setuju! Sebaiknya kita cari jalan lain. Ayo!" Viollete mulai berlari kembali ke sisi hutan sebelah kanan dan segera diekori oleh adiknya.
Mereka terus berlari menyusuri hutan dan akhirnya malah tiba di rumah Nickhun. Karena terlihat masih cukup aman akhirnya Viollete dan Cloud mulai memutuskan untuk pergi ke rumah Nickhun.
Setelah mengetuk pintu hingga beberapa kali, akhirnya terlihat bibi Anne mulai membukakan pintu untuk mereka berdua. Raut wajah yang sudah dipenuhi dengan guratan halus itu kini semakin terlihat mengkerut saat melihat kedatangan Viollete dan Cloud yang terlihat sedang terburu-buru.
"Vio, Cloud ... ada apa? Mengapa kalian terlihat begitu terburu-buru? Apakah ada yang sedang mengejar kalian? Apa yang sedang terjadi?" tanya bibi Anne yang merasa begitu keheranan.
"Bibi Anne, sebaiknya kita masuk dulu. Kami akan menceritakan semuanya!" sahut Cloud dengan cepat karena khawatir jika ada preman lain yang sedang menyerang desanya melihat mereka saat ini.
"Baiklah. Ayo masuk dulu!" ucap bibi Anne lalu sedikit minggir dan memberikan jalan untuk kedua anak itu dan segera menutup pintu itu kembali.
Viollete dan Cloud mulai menutup semua jendela dan pintu di rumah itu dengan rapat dan berharap tak ada preman yang akan menemukan mereka di tempat itu.
"Vio, Cloud. Sebenarnya ada apa? Apa sudah ada yang terjadi saat ini di desa kita?" tanya bibi Anne kembali saat mereka bertiga sudah duduk bersama di ruang tengah.
"Benar sekali, Bibi Anne. Saat ini desa kita sedang diserang oleh preman dari Lat Mayom Floating Market." jawab Viollete dengan jujur.
Kening bibi Anne semakin mengkerut saat mendengar jawaban dari Viollete, "Tapi bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah mereka tak akan menyerang jika tak ada yang berani mengusiknya?"
Viollete mulai menghela nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. Sebenarnya hal ini cukup membuat Viollete merasa sedih karena sebenarnya penyebab para preman Lat Mayom Floating Market itu menyerang adalah karena saat itu Nickhun yang sudah berani melawan dan menghajar beberapa orang dari mereka untuk menolong seorang pria tua dan anak gadisnya saat para preman itu berusaha untuk menindas mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
R@3f@d lov3😘
lawan mereka Nick 😐😐
2022-11-05
1
❤️⃟Wᵃf🍁Ꮮιͣҽᷠαͥnᷝαͣ❣️🌻͜͡ᴀs
tegangg ihh mana nick kok ga muncull
2022-08-29
0
🫡Ran🫠off✈︎
main tembak tembak mati gak tuh
2022-08-25
2