15 tahun kemudian ...
Terlihat sekelompok bagian dari organisasi sedang melalukan pelatihan di tempat terbuka di desa Wang Nam Khiao yang terletak di Nakhon Ratchasima, Thailand.
Kali ini mereka sedang melakukan pelatihan dengan menggunakan senjata api laras panjang. Masing-masing dari mereka sudah berderet pada satu barisan dengan disuguhkan masing-masing sebuah piringan papan target.
Mereka sudah seperti sekelompok penembak jitu, karena hampir semua dari mereka melakukannya dengan begitu sempurna dan tepat mengenai sasaran. Sangat sempurna!
Namun sepertinya tidak untuk seorang gadis yang masih cukup muda. Tidak seperti biasanya, kali ini gadis ini melakukannya sedikit kurang sempurna karena hanya mengenai sasaran luar dari papan target.
Dan karena keteledorannya kali ini, seorang pemimpin utama dari sekelompok organisasi itu mulai melenggang dan menghampiri gadis muda itu dengan wajahnya yang sudah memanas.
"Violette!" hardiknya dengan suara tegasnya yang begitu lantang dan membuat semua orang yang sedang berada di tempat itu menghentikkan segala aktifitasnya.
Pria paruh baya yang kira-kira sudah berusia 47 tahun dan berkacamata itu berkacak pinggang dan terlihat begitu marah karena menyaksikan latihan dari gadis itu yang sebenarnya hanya sedikit kurang sempurna saja.
"Ada apa denganmu hari ini?!" tandas pria paruh baya itu kembali dengan begitu lantang. "Jika kau seperti ini, bagaimana kamu mau menjadi yang terbaik dan terhebat? Membidik dengan benar dan tepat saja kau tidak bisa!" ujar pria itu sangat meremehkan.
Gadis bernama Viollete itu menunduk dan tak berani untuk berkata-kata. Karena dia sungguh memahami sang pemimpin yang tak lain adalah papanya sendiri. Minta maaf pun tiada guna.
Sang papa hanya menginginkan dirinya menjawab dan memuaskannya dengan ketrampilan dan keahlian bela diri dan bermain dengan beberapa senjata saja. Hanya bukti nyata saja yang diinginkan oleh sang papa.
"Viollete!" tandas pria itu kembali dengan suara yang lebih melengking.
Tak ada satupun dari mereka yang berani membantu gadis itu dari amarah sang pemimpin yang tak lain adalah papa dari gadis itu sendiri, Buck Karimova. Seorang petinggi dari Death Eyes yang berhasil melarikan dari jeruji sel dan melarikan diri ke Negeri Gajah Putih bersama kedua buah hatinya.
"Ma-maaf, Papa ..." ucap Viollete begitu lirih dan tak sadar sepasang manik-manik itu sudah sedikit berair karena sedih dengan perlakuan dari sang papa.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Viollete mendapatkan perlakuan super tegas dan disiplin seperti ini dari sang papa. Malahan semua itu sudah seperti makanannya sehari-hari untuknya.
"Papa ... maafkan kak Vio." seorang pemuda tiba-tiba saja datang dan menghampiri Buck Karimova.
Seorang pemuda yang memiliki rambut keemasan juga seperti Buck, namun wajahnya adalah perpaduan antara Amane dan Buck. Cukup tampan dan manis, dan dia juga sangat menyayangi kakaknya. Dia adalah Cloud Karimova, putra kedua dari Buck Karimova.
"Kau diam saja, Cloud! Lebih baik kau juga fokus dengan latihan Muay Thay milikmu jika kamu tak mau mendapatkan hal yang seperti ini juga dariku!" tandas Buck Karimova dengan sangat tegas. "Bawa Cloud latihan kembali!" titahnya kepada pelatih Cloud.
"Mari kita berlatih kembali, Tuan Cloud." kini pelatih Muay Thai Cloud mulai mengajaknya untuk kembali berlatih sesuai dengan titah sang pemimpin mereka.
Tak bisa membantah perintah dari sang papa, kini Cloud yang merupakan adik dari Viollete yang saat ini berusia 18 tahun meninggalkan mereka dengan langkah yang begitu berat bersama guru Muay Thai-nya.
"Lakukan sekali lagi! Jika kau tak bisa melakukannya dengan baik, maka aku akan menghukummu!" titah Buck Karimova masih berkacak pinggang menatap Viollete tajam.
Viollete mengambil nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, lalu mulai mengangkat kembali senjata laras panjang itu dan mulai mengarahkan pada posisi untuk membidik papan target di depan.
"Pegang senapannya dengan benar! Dan arahkan tepat pada sasaran taget!" tandas Buck yang masih terus mengawasi putri pertamanya itu.
Viollete mulai memfokuskan sasaran bidikanya dan akhirnya perlahan mulai menarik pelatuk dari senjata laras panjang itu.
TAR ...
Sebuah peluru meluncur dan mengenai piringan papan target itu pada bagian sisi luarnya. Dan tentu saja ini membuat Buck Karimova begitu murka dan naik pitam hingga wajahnya yang putih menjadi memanas dalam hitungan detik.
"Viollete! Kau mau mempermalukanku?!" geram Buck Karimova dengan tangan kanannya yang mulai diangkat ke udara dan berniat untuk melakukan sebuah pukulan untuk putrinya.
Viollete semakin menunduk dan memejamkan matanya karena tak bisa melawan sang papa. Namun, tiba-tiba saja seseorang menahan serangan itu tepat saat tangan kanan Buck Karimova hampir saja mengenai wajah Viollete.
GGRREEP ...
Seorang pemuda yang tak lain adalah salah satu bagian dari organisasi mereka, memberanikan diri untuk menolong gadis malang itu.
"Tuan, ini sungguh sudah sangat bagus untuk Viollete. Dengan latihan keras lagi, Viollete pasti akan menjadi seorang penembak jitu yang handal. Tak perlu kasar seperti ini ... kasihan Viollete ..." ucap pemuda itu dengan nada yang begitu rendah dan berharap Buck Karimova akan memahami dan memaafkannya.
Namun bukan Buck Karimova namanya, jika mudah untuk menerima saran dari orang lain! Dia adalah orang yang paling merasa benar dan tidak mau digurui oleh siapapun! Satu-satunya orang yang bisa menakhlukkannya adalah Amane, yang saat ini sudah tiada.
"Beraninya kau padaku, Nickhun Vihokratana! Apa kau berani menggantikan hukuman untuk Viollete?!" geram Buck Karimova menatap tajam pemuda berdarah Thailand yang sebenarnya sudah cukup dekat dengannya, karena Nickhun adalah salah satu murid terbaiknya selama berada di desa Wang Nam Khiao.
Pemuda itu terdiam beberapa saat dan mulai mengangguk tanda mengiyakan. Sementara Viollete menggeleng pelan menatap pemuda itu dan kembali memohon kepada papanya, karena hukuman dari sang papa biasanya akan sangat berat dan super ekstrim.
Dan tentu saja gadis itu akan sangat menghkawatirkan pemuda yang selama 15 tahun ini sudah menjadi sahabatnya yang cukup dekat.
"Aku akan menggantikan hukuman untuk Viollete." ucap Nickhun dengan mantap.
"Jangan, Nick! Jangan ..." sela Viollete begitu khawatir jika papanya akan memberikan hukuman yang sangat berbahaya, misalnya dengan menangkap sebuah buaya di rawa, mengalahkan seekor hewan liar dan buas, ataupun hal berbahaya lainnya. "Papa! Jangan hukum Nick! Aku mohon, Papa! Hukum aku saja!" kini Viollete meraih lengan sang papa dan berharap Buck Karimova akan melepaskan Nickhun yang sudah berani membantahnya.
Buck Karimova mengernyitkan keningnya menatap putrinya untuk beberapa saat. Wajahnya yang sudah tak muda lagi itu masih terlihat cukup tampan dan tegas. Si genius tegas lebih tepatnya.
"Aku akan melepaskannya, tapi ada satu syarat!" ucap Buck menatap tajam putrinya.
"Baiklah. Aku akan memenuhi persyaratan itu, asal papa melepaskan Nick!" ucap Viollete tanpa berpikir panjang terlebih dahulu, karena saat ini yang dia khawatirkan adalah sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
delete account
wah hebat bisa nembak senjata itu
2022-11-22
2
R@3f@d lov3😘
menarik 😍
2022-11-05
1
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Semoga saja nanti bisa kena targetnya... Terkadang untuk fokus itu memerlukan kejelian yang sangat dalam.
2022-09-14
1