Seorang pria paruh baya terlihat sedang duduk di atas kursi kayu sambil menikmati sepuntung rokoknya di ruang tamu. Pandangannya terus menatap pintu utama di rumahnya.
Terlihat sedikit tak sabar, itulah yang terlukiskan pada wajah tegasnya yang berkacamata minus itu. Dan sepertinya pria itu memang sedang menantikan kedatangan seseorang.
KRIIEETT ...
Pintu rumah itu kini mulai terbuka, terlihat seorang gadis yang mengenakan sebuah dress polos berwarna putih. Dan itu sempat membuat pria paruh baya itu mengerutkan keningnya.
"Vio! Darimana saja kamu?! Dan pakaian siapa itu?!" tandas pria itu.
"Aku dari rumah Nick, Papa. Bajuku basah karena kehujanan, jadi bibi Anne meminjamkan pakaiannya di masa muda dulu padaku." jelas Viollete dengan jujur. "Oh iya, bibi Anne juga memberikan ini. Papa makanlah dulu, tom kha gai ini sangat lezat." imbuh gadis cantik itu sambil menyodorkan sebuah rantang di atas meja.
"Segera tidur dan istirahatlah!" ucap Buck Karimova dengan pelan namun penuh penekanan.
"Iya, Papa." sahut Viollete lalu berlalu meninggalkan Buck Karimova di ruang tamu.
Pria itu kini sendirian lagi dan menatap nanar sebuah rantang yang sudah dibawakan oleh Viollete.
Amane, aku sangat merindukanmu. Andaikan malam itu kau tidak datang menyusulku, pasti semua ini tak akan terjadi. Rui dan Light pastinya tak akan kehilanganmu. Kami merindukanmu. Merindukan saat-saat bersamamu, merindukan masakanmu, merindukan canda dan tawamu, merindukan kehangatanmu, dan merindukan semua tentangmu. Arghh ... ini semua gara-gara Kagami Jiro yang sudah merusak semuanya!!
Batin Buck Karimova yang masih sangat terpukul dengan kejadian 15 tahun yang lalu.
...⚜⚜⚜...
Siang ini Viollete terlihat sedang memasuki hutan seorang diri dengan membawa sebuah busur panah dan beberapa anak panah. Kali ini gadis cantik ini memutuskan untuk berlatih dan mengasah kemampuannya dalam seni memanah.
Seekor burung mulai terlihat terbang menari-nari di udara. Kali ini Viollete mulai memposisikan dirinya untuk memanah burung itu dengan mengangkat busur panah itu.
Gerakannya terlihat begitu rileks dan santai, tali itu mulai ditarik oleh tiga jari Viollete yaitu jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Tali itu ditempatkan tepatnya diletakkan pada ruas-ruas jari pertamanya, dan tekanan busur terhadap telapak tangan Viollete penahan busur ditengah-tengah titik V, yang dibentuk oleh ibu jari dan jari telunjuk (lengan penahan busur).
Setelah memfokuskan sasarannya kali ini, Viollete mulai menarik busur panahnya hingga akhirnya panah itu mulai meluncur ke udara dan sempurna mengenai burung berwarna putih itu.
SWOOSSHH ...
JLEBB ...
Selama beberapa saat burung itu masih bisa terbang meskipun sudah tidak seimbang dan akhirnya jatuh di suatu tempat.
"Sempurna!!" Viollete tersenyum penuh kepuasan lalu mulai mengalungkan busur panah itu pada tubuhnya kemudian mulai mencari burung yang sudah terkena anak panahnya itu.
Jalanan hutan yang landai dan dipenuhi dengan pepohonan dan semak belukar itu tak menghalangi dan menurukan semangat Viollete sama sekali. Dengan langkahnya yang cepat Viollete akhirnya mulai menemukan seekor burung berwarna putih yang sudah bersimbah dengan darah pada bagian vitalnya.
Burung itu jatuh tepat di pinggiran sebuah sungai yang cukup besar dan dalam. Airnya berwarna kehijauan dan dan sedikit berlumut.
Viollete mulai mendekati burung itu dan jongkok untuk memungutnya. Senyuman manis mulai menghiasi wajah ayunya. Namun Viollete tak menyadari jika sesuatu yang cukup besar sedang mengincarnya saat ini.
Viollete tak menyadari jika seekor buaya sudah mulai mengawasinya. Sangat tidak terlihat, karena buaya itu hanya memperlihatkan sepasang matanya dan hidungnya di atas permukaan air laut. Dengan pergerakan di permukaan air yang begitu tenang, buaya itu mulai berenang mendekati Viollete.
Tepat saat buaya yang memiliki panjang kira-kira mencapai 4 meter itu membuka mulutnya lebar dan bersiap untuk menerkam Viollete, hingga buaya itu memperlihatkan giginya yang sangat tajam, Viollete mulai menyadarinya.
Namun rupanya Viollete sedikit terlambat menyadari kehadiran buaya itu, hingga akhirnya buaya itu berhasil menerkam kaki kiri Viollete.
"Ciihh ... sialan!! Tapi karena kamu sudah datang menyambutku, maka maru kita bermain terlebih dahulu!" kali ini Viollete mulai menyerang bagian yang paling rentan dari tubuh buaya itu, yaitu pada bagian matanya.
Viollete mengerahkan seluruh tenaganya dan terus menghujani mata buaya itu dengan pukulan kuatnya. Dan Viollete memang sengaja tak ingin melukai buaya itu dengan memakai panah atau senjata apinya, karena Viollete juga ingin melihat kemampuannya bertarung dengan alam dan hewan liar saat ini.
Selain melayangkan tinju pada bagian mata, Viollete juga mulai menyerang pada sisi lainnya yaitu hidung buaya dan juga telinganya. Meskipun tidak sepeka mata, lubang hidung dan telinga juga bisa diserang secara efektif. Pukulan keras atau luka pada salah satu area ini dapat menyebabkan hewan melepaskan serangannya.
Dan benar saja! Buaya itu mulai melonggarkan serangannya, namun buaya itu malah mulai menyeret Viollete memasuki air. Dan kali ini Viollete tak bisa menahannya lagi dan akhirnya Viollete mulai masuk ke dalam air sungai itu masih dalam terkaman buaya itu.
Buaya memiliki lipatan jaringan di belakang lidah yang menutupi tenggorokannya ketika buaya tenggelam dalam air. Aku akan membuat kamu merasakan sesuatu dariku yang begitu dasyat! Aku adalah Viollete Karimova!! Yang terkuat dari yang terkuat! Buaya sepertimu juga tidak akan bisa mengalahkanku!
Batin Viollete mulai menutup pada bagian itu untuk mencegah air mengalir ke tenggorokan buaya dan menghentikan buaya dari tenggelam yang semakin membawa Viollete untuk dibawa semakin ke dasar sungai ketika mulutnya terbuka.
Kaki Viollete yang masih tersangkut di dalam mulut buaya itu mulai digubakannya untuk bisa mencungkil bagian katup itu. Hingga akhirnya air mulai mengalir ke tenggorokan buaya, dan buaya itu mulai melepaskan Viollete begitu saja.
Viollete segera memanfaatkan kesempatan ini untuk segera berenang dan mencapai ke permukaan air sungai berwarna kehijauan itu. Setelah beberapa saat buaya itu sudah terlihat kembali ke permukaan air dan mulai mendekati Viollete lagi.
Viollete mempercepat pergerakan berenangnya dan sedikit memutar untuk mencapai bagian belakang dari buaya itu. Setelah mencapai ekornya, Viollete mulai menaiki buaya yang cukup besar itu dan duduk di atas tubuh buaya itu.
Buaya itu masih berusaha untuk meliuk-liukkan badannya untuk bisa menangkap mangsanya kembali, namun Viollete malah memberikan hadiah khusus untuk buaya itu. Berbagai tehnik dari ilmu bela dirinya mulai dikeluakan untuk membuat buaya itu jera dan tentunya dengan sangat kuat.
Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama, buaya itu terlihat sudah tidak berusaha untuk menyerang Viollete kembali. Dan mungkin saja buaya ini sudah jera dan lelah untuk menangkap mangsanya lagi, ditambah lagi Viollete yang terus menghajarnya tanpa melukainya.
Kini Viollete mulai berdiri dengan tegap di atas buaya itu di tengah-tengah air sungai yang berwarna kehijauan dan berlumut. Lalu Viollete mulai membuat sebuah suara dengan yang begitu pelan dengan bersiul.
Sebab menurut Viollete cara ini akan membuat buaya merasa nyaman dengan kehadiran Viollete dan tidak begitu terancam. Dan Viollete melakukan semua itu bermaksud agar buaya itu bisa menganggapnya sebagai teman mulai saat ini.
...⚜⚜⚜...
Seorang pemuda yang berperawakan cukup tinggi dan kekar terlihat sedang berlatih bersama seorang gadis cantik dengan senjata laras panjang mereka.
Masing-masing dari mereka membawa senjata laras panjang dan mulai memasuki hutan bersama. Keduanya mulai mengamati beberapa burung yang sedang terbang, dan rusa liar di dalam hutan itu.
"Kali ini kita berlatih untuk membidik objek yang bergerak!" ucap pemuda yang mengenakan sebuah T-shirt hitam lengan pendek press body yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang cukup kekar, lalu dipadankan dengan sebuah celana kain hitam yang tak terlalu longgar dan juga tak terlalu ketat agar mempermudah di setia pergerakan.
"Hhm. Okay, Nick!" sahut gadis cantik dengan rambutnya yang diikat pada bagian belakangnya.
"Ingat pesanku, Vio! Selalu perlakukan senapan seolah-olah dalam keadaan terisi. Jangan main asal lempar senapan seperti kemarin, karena itu cukup berbahaya!" ucap Nichkun mengingatkan.
"Baiklah, maaf deh." sahut Viollete meringis.
"Pakailah selalu pelindung telinga dan mata ketika menembak." kini Nickhun mulai memasangkan sebuah ear muff untuk Viollete, karena sedari tadi ear muff itu hanya menggantung saja pada leher Viollete.
Lagi-lagi Viollete meringis menatap Nickhun, "Maaf deh. Aku lupa. Hehe ..."
"Hhm. Tetap pasang kunci pengamannya sampai senapannya dalam posisi menembak. Jangan pernah meletakkan jari di pelatuk sebelum kamu siap untuk menembak." ucap Nickhun dengan serius. "Ketika kamu tidak dalam posisi menembak, jagalah agar larasnya tetap mengarah ke atas atau lurus ke arah tanah, jangan pernah mengarahkan senapan ke tubuhmu sendiri atau orang lain dan anggaplah bahwa senapannya selalu terisi. Apa kau paham, Viollete?"
"Iya, aku sangat paham akan hal itu kok. Tenang saja, Nick!" sahut Viollete.
"Hhm. Sebelum kamu mencoba membidik, mengisi atau menembakkan senapan, belajarlah untuk menghargai senapan dan kegunaannya yaitu sebagai alat yang berbahaya dan sangat ampuh. Pegang senapannya dengan benar. Senapan setiap saat harus dipegang dengan tangan yang tidak digunakan untuk menembak pada bagian tengah telapak tangan, kurang lebih di tengah-tengah pegangan senapan. Pegang dengan kuat menggunakan V yang dibentuk oleh ibu jari dan telunjuk. Genggam pegangan senapan dengan tangan yang digunakan untuk menembak (tangan yang digunakan untuk menulis) pada pegangan di belakang pelatuk. Genggam senapan dengan aman tetapi lembut, seperti ketika Anda berjabat tangan ringan." ucap Nickhun menjelaskan.
"Yeap. Aku sudah mempraktekkannya kemarin. Makanya aku bisa membidik apel itu dengan tepat. Hehe ..." Viollete tersenyum lebar menatap Nick.
"Ya, kamu hebat dan luar biasa!" puji Nickhun dengan tulus. "Makanya saat itu aku percaya, bahwa kau pasti akan melakukannya dengan baik."
"Hhm. Iya, Nick."
"Arahkan senapan dalam posisi menembak. Tarik sedikit senapannya ke arah bahu, dengan tangan berada di posisi yang sama, tetapi senapannya diarahkan ke atas. Tarik bagian popor senapan dengan kuat ke arah bahu. Tapi jangan menempatkan senapan dengan erat di bahu, karena itu akan membuat tendangannya lebih menyakitkan ketika kamu menembakkannya. Posisi yang erat di bahu memungkinkan tubuhmu menyerap tendangannya, dan jika tidak erat, senapan akan mental ke bahumu." ucap Nickhun lagi masih menggurui Viollete sambil membenarkan posisi Viollete dan cara memegang senapan yang benar.
"Kakimu harus selebar bahu, lutut agak ditekuk, dengan tubuh miring sekitar 40 derajat ke arah sasaran pada saat posisi tangan menembak." kali ini Nikhun sedikit membenarkan posisi tubuh Viollete, dan Viollete mengikutinya dengan baik.
"Jangan menempelkan jari pada pelatuk, tetapi peganglah gagang senapan di belakang pelatuk dengan jari yang lain. Tempelkan pipi di gagang senapan. Untuk membidik dengan baik, kamu harus mengembangkan kemampuan yang diberi nama penempelan pipi pada gagang, yang berarti kamu harus membuat sepasang mata kamu sejajar dengan arah bidikan senapan dengan menjaga agar pipi tetap menempel erat pada gagang senapan." kali ini Nikhun sedikit membenarkan posisi senjata laras panjang itu dan sedikit menempel pada pipi kanan Viollete yang putih dan sehat.
"Ketika popor senapan ditarik ke dalam kantong yang dibuat oleh bahumu dengan otot dada, biarkan kepalamu bersandar di atasnya dengan membuat leher kamu tetap rileks. Jika senapan memiliki aperture sight (teropong untuk membidik) sekitar setengah dari larasnya, sejajarkan senapannya sehingga titik bidik di dekat ujung laras senapan sejajar dengan aperture. Berlatihlah untuk menempatkan pipimu di titik yang sama pada senapan dan sejajarkan titik pandang secepat dan senyaman mungkin."
Viollete masih terdiam dan hanya mendengarkan dengan seksama instruksi-instruksi dari Nickhun yang menurutnya lebih mudah diterima daripada penjelasan dan ajaran dari sang papa. Karena papanya selalu saja tegas dan dingin saat melatihnya selama ini. Sangat berbeda dengan penjelasan dari Nikhun.
"Kembangkan ayunan kamu, Vio! Dengan senapan yang belum terisi maupun yang sudah terisi, pastikan pengamannya terpasang dan berlatihlah mengarahkan senapan ke posisi menembak dengan cepat. Dorong senapan menjauh dari tubuhmu, kemudian tempatkan gagang senapan ke bahumu, dengan menjaganya tetap menempel erat pada kantong bahu yang dibentuk oleh tubuhmu." imbuh Nichun lagi.
"Seperti dalam golf atau tenis, menembakkan senapan setengah bagiannya adalah mengayun. Tidak peduli kamu melakukan olahraga menembak atau sedang berburu. Membawa senapan ke posisi menembak dengan cepat dan nyaman merupakan awal yang penting dari prosesnya."
"Hhm. Aku paham, Nick!" sahut Viollete dengan tegas.
"Bagus! Sekarang tentukan apa yang ingin kamu tembak. Mau menembak sasaran yang bergerak di udara, menembak clay pigeon ( piringan bundar dari tanah liat/ clay yang dilemparkan ke udara sebagai sasaran tembak), atau berburu hewan?"
"Hhm. Bagaimana menurutmu, Nick?" Viollete malah balik bertanya karena masih cukup bingung mau menembak apa.
"Lapangan tembak juga memiliki area menembak sasaran dengan mesin otomatis yang melontarkan clay (sasaran terbang) ke area tembak dan berbagai posisi di lapangan yang bisa kita gunakan untuk menembak. Tergantung kamu, kali ini mau berlatih yang seperti apa."
"Kita berburu saja! Kita bisa pulang dengan membawa hasil buruan kita dan makan besar lagi! Bagaimana?" usul Viollete akhirnya.
"Baiklah! Ayo!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
@𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺Idha
keren vio bisa menaklukan buaya
2022-09-14
1
Luo Kai ⍣⃝కꫝ 🎸
pahlawan wanita.. vio wonder woman. vio dan nick belajar bersama, mereka akan semakin dekat dan dekat.. hmmm.. vio akankah berpasangan dengan nick?!.. tapi aku berharap pasangan vio berada dijepang..
2022-08-26
0
°•𝕃Ꭵɐ•°🫐°•ᒪ⅁•°
eh sableng, masih aja nyalahin Jiro atas kematian istrimu, padahal semua karena kamu. orang egois ya gini, masih aja gak mau mengakui kesalahan diri sendiri 🤬
2022-08-26
4