"Aku sudah ingin kembali ke kamar!", ujar Eden setelah mereka berada di Taman hampir setengah jam.
Tiara yang sedang memandang sekitarnya dan duduk di ayunan segera bangun dan mendekati Eden yang dari tadi berdiri di posisi itu dan hanya bergerak sedikit saja dari posisinya saat ditinggal Tiara.
"Baiklah, kalau sudah capek ayo kita kembali ke kamar saja tuan Eden!", ujar Tiara langsung menggandeng tangan Eden dengan kedua tangannya.
"Siapa bilang aku capek? aku sudah bosan berada di sini! Jangan mentang-mentang aku buta kau menghina ku lemah terus!", ujar Eden marah dan langsung mengibaskan tangan Tiara dengan kuat, Eden merasa Tiara menghina keadaannya yang buta.
Tiara yang tidak menyangka kalau Eden akan mengibaskan tangannya dan sedikit terdorong ke belakang, langsung jatuh terduduk.
"Ih, galak banget sih dan gampang banget tersinggung, untung aku jatuh di atas rumput, dasar tuan Edan!", gerutu Tiara dalam hati, seraya bangun dan menepuk-nepuk belakang celananya, agar tidak ada rumput yang menempel.
"Tuan masih perlu bantuan ku atau tidak?", tanya Tiara akhirnya.
"Tentu! Kau harus bertanggung jawab, kau yang sudah membawa aku keluar, tentu kau harus membawa aku kembali ke kamar lagi. Kau mau mencoba mengerjai aku ya?", sahut Eden lagi dengan suara ketus tanpa merasa bersalah, karena dia tidak tahu kalau Tiara jatuh tadi.
"Baiklah, tapi tuan jangan mendorong ku lagi ya! Kalau aku jatuh lagi, aku tidak mau membantu mu lagi!", ujar Tiara mengancam kali ini.
"Aku tidak mendorong mu! Salahkan diri mu sendiri yang lemah, masak begitu saja sampai jatuh! Coba saja kau berani tidak menurut pada ku!", omel Eden mengancam balik.
"Memang apa yang mau kau lakukan kalau aku tidak menurut pada mu?", tanya Tiara yang akhirnya terpancing emosinya.
"Akan ku buat perusahaan keluarga mu hancur Bella!", ujar Eden tanpa ekspresi.
Dari tadi baru sekali ini Eden menyebut namanya, dan Tiara menatap ke wajah yang terlihat angkuh dan arogan itu yang sedang tersenyum sinis.
Tiara mencoba membaca mimik wajah Eden, mencoba menebak apakah Eden sekedar mengancam atau serius dengan ucapannya?
Tapi tak ada yang bisa ditemukannya di wajah datar itu, tiba-tiba Tiara merasa Eden sanggup melakukan apapun yang sudah diucapkannya.
"Wajahnya terlihat kejam, walaupun tampan, bahkan senyum nya menakutkan. Sebaiknya aku jangan banyak berbicara dan menuruti apa saja maunya, kalau tidak mau bermasalah!", putus Tiara dalam hati dan segera menggandeng tangan Eden untuk membawanya kembali ke kamar.
Kali ini Tiara tidak berani berkata apa-apa lagi.
...********...
Baru sampai di kamar, dan Eden baru saja duduk tidak terlalu lama di atas tempat tidurnya, seseorang mengetuk pintu kamar Eden.
Tiara merasa senang, dari tadi Tiara sudah kebingungan berada di kamar yang sama dengan Eden.
Beruntung kamar Eden sangat luas dan koper yang dibawanya sudah berada di dalam kamar Eden, sehingga dari tadi Tiara menyibukkan diri menyusun bajunya ke dalam lemari, setelah meminta ijin Eden untuk menempati lemari itu karena kosong.
Berbeda dengan Eden, Eden langsung mengomel begitu mendengar ketukan di pintu kamarnya,
"Heran! mengganggu sekali! Ada apalagi sih?", omel Eden yang sudah yakin kalau bibi Mery yang mengetuk kamarnya.
"Kau buka kan pintu dan tanya apa mau nya!", perintah Eden ke Tiara.
"Huh, tidak usah kau omong pun pasti aku yang akan bukakan pintu. Aku juga tahu, kau yang buta mana mungkin membukakan pintu!", omel Tiara dalam hati yang masih kesal teringat Eden yang mendorong dan mengancamnya tadi.
"Baik", sahut Tiara pendek dan segera bergegas menuju pintu kamar dan membuka pintu.
...********...
"Eden sedang apa?", tanya bibi Mery begitu pintu dibukakan Tiara.
"Sedang duduk saja bi, ayo masuk bi!", ujar Tiara membuka lebar pintu kamar Eden, agar bibi Mery masuk ke kamar mereka.
Tiara lebih suka kalau ada yang mau bibi Mery sampaikan ke Eden, tidak melewatinya. Saat ini dia sungguh malas berbicara dengan Eden.
"Bilang saja pada Eden, sepupunya Bram datang mencarinya!", ujar bibi Mery.
"Baik bi, akan saya sampaikan pada Eden!", ujar Tiara pasrah.
Setelah bibi Mery beranjak pergi, Tiara tiba-tiba menyadari sesuatu yang janggal.
"Koq nama sepupu tuan Eden bisa Bram juga? Membuat aku teringat kepada mas Bram lagi!", pikir Tiara dalam hati.
"Tapi nama Bram adalah nama yang umum!", pikir Tiara menenangkan detak jantungnya yang mau tidak mau teringat lagi pada kekasihnya itu.
...********...
Pertemuan Bram dengan Bella, sungguh membuat Bram terbawa emosi. Bram baru tahu ini, kalau Bella memang pintar mempermainkan perasaan seseorang, bahkan pintar memancing emosi seseorang.
Bram bukannya tidak tahu kalau dulu Bella pernah mendekatinya, tapi Bram tidak terlalu tertarik dengan perempuan yang memiliki banyak penggemarnya itu.
Dan dari gosip yang beredar, Bella pintar mempermainkan perasaan pria dan memanfaatkan pria yang menyukainya.
Bram bisa merasakan kalau hubungan antara Tiara dan Bella tidaklah terlalu baik.
Kalau bukan karena hubungannya dengan Tiara yang akrab, mungkin Bram tidak tahu kalau Tiara adalah adik Bella, karena mereka tidak pernah terlihat jalan bersama.
Bram tahu setelah Tiara memberitahunya, dan saat Bram menyatakan perasaannya, baru Tiara memberitahu kalau Bella hanya kakak angkatnya, dan dia adalah anak angkat keluarga Wijayanto.
Tiara ingin Bram mengetahui status aslinya, karena itulah Bram sampai sekarang tidak percaya kalau Tiara sudah menikah dengan laki-laki lain karena harta, seperti perkataan Bella, tapi Tiara menghilang mendadak tanpa bisa dia hubungi lagi
...********...
"Sial! Perempuan gila! Mungkin terlalu lama belajar di jurusan psikologi, dia menjadi gila! Tidak bisa diajak bicara baik-baik!", omel Bram sambil memukul setir mobilnya kesal.
"Sungguh omongan perempuan gila itu tidak bisa dipercaya", omel Bram lagi.
Bram akhirnya menyenderkan kepalanya di kursi, untuk menenangkan hatinya dan meredam kemarahannya
"Dari pada aku emosi terus gara-gara perempuan itu, mengapa aku tidak mengunjungi Eden saja? Sudah lama aku tidak pernah bertemu dengan saudara terbaik ku itu!", pikir Bram yang mendadak teringat dengan Eden sepupunya itu
Bram dan Eden sering bermain bersama saat Bram masih tinggal di Indonesia. Sebetulnya sejak pulang dua hari yang lalu, Bram sudah ingin mengunjungi Eden, tapi ayahnya mencegahnya
"Sebaiknya nanti saja kau mengunjungi Eden, Eden belum lama ini baru mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kebutaan, biarkan nanti kalau dia sudah lebih tenang baru kau kunjungi! Aku dengar mood nya jelek sekali, kalau marah sering membanting barang, sebaiknya kau tunggu dia lebih tenang dulu", ujar ayahnya saat dia ingin mengunjungi sepupunya itu.
"Ah, hari ini mood ku juga jelek, biarlah kalau Eden melempar barang, tinggal aku tangkap saja!, Anggap saja olahraga, ngapain aku takut dengan Eden!", pikir Bram akhirnya memutuskan untuk pergi mengunjungi sepupunya itu karena rasa suntuknya itu.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
gibran Gara
lanjuuut thor
2023-06-27
7
Mifta
smg kehadiran Bram langsung menyebut nama Tiara bukan Bella hal hasil Eden tau klu istrinya bkn lh Bella tp Tiara..dan untuk Bram hrs mengikhlaskan asalkan Eden menerima kalau Tiara istrinya Krn paksaan dr Bella yg TDK bertanggung jwb
2023-06-01
4
novi 99
siapa yang bakalin donor mata untuk Eden ya ....🤔🤔🤔
2023-05-15
0