Tiara melangkahkan kakinya ke dalam mansion berwarna gading itu dengan hati berdebar-debar. Sebentar lagi dia akan bertemu dengan Eden, tapi Tiara berusaha bersikap biasa saja, padahal jangan dibilang lagi, detak jantungnya seperti habis lari maraton saat ini.
Tiara tanpa sadar menggenggam erat tas tangannya, tak ada yang bisa dia pegang lagi selain itu untuk menenangkan hatinya.
Entah mengapa, saat ini dia merasa dengan membawa sesuatu hatinya lebih tenang.
Sayang Kopernya yang lumayan besar, yang tadi dia bawa juga sudah dibawa pelayan yang diperintah bibi Mery.
Bibi Mery juga tidak banyak bicara padanya, terlihat bibi Mery juga sedang memikirkan sesuatu karena dahinya tampak berkerut.
Tiara memang jarang berhubungan dengan bibi Mery, jadi dia tidak berani bertanya apa-apa.
Akhirnya hanya terdengar suara detakan sepatu mereka saat mereka melangkah, sehingga membuat suasana tambah tegang, apalagi ruangan yang besar itu suhunya dingin juga, sehingga membuat tubuh Tiara menggigil.
"Apakah kamu sakit Ara? koq muka mu pucat?", tanya bibi Mery tiba-tiba.
"Tidak....tidak bi", sahut Tiara tergagap, karena tidak menyangka kalau Mery tiba-tiba bertanya sesuatu padanya.
Mery segera mendekati Tiara, Lantas meletakkan tangannya di dahi Tiara.
Tiara yang sejak ditinggal kedua orang tuanya merasa hangat oleh perlakuan Mery yang cukup perhatian, karena selama ini Mita sama sekali tidak pernah memperhatikannya, bahkan boleh dibilang bersikap memusuhinya.
"Sepertinya badan mu hangat, jangan-jangan kamu sakit", ujar bibi Mery lagi terlihat khawatir.
"Tidak bi, mungkin akibat kemaren aku tidak bisa tidur", sahut Tiara yang akhirnya kelepasan bicara, karena dari kemaren tidak ada tempat buat Tiara berkeluh kesah saat hatinya tidak tenang.
Apalagi sejak dia pulang ke Indonesia, baru kali ini ada orang yang memperhatikannya.
Mery terdiam dan menatap kasihan ke Tiara,
"Maaf kalau kau harus menjalani pernikahan ini. Karena kamu sudah mengiyakan pernikahan ini, bibi harap kau dapat menjalankannya dengan baik. Bibi harap kau bisa sabar dan mengalah pada Eden. Eden baru mengalami kebutaan, kalau sifatnya mau menang sendiri dan tidak sabar kau harus maklum ya, Ara?", ujar Mery.
"Iya bibi", sahut Tiara pasrah.
"Begitulah nasib seorang perempuan yang harus menikah dengan orang kaya tanpa cinta, pasti harus mengalah, apalagi aku hanya seorang anak angkat. Entah apa yang akan terjadi pada diri ku, jika suatu hari tuan Eden sadar kalau aku bukanlah Bella", keluh Tiara dalam hati.
"Tapi hari ini aku akan memberitahu Eden agar membiarkan kamu beristirahat dulu, sepertinya kau sedang tidak enak badan", ujar Mery yang merasa kasihan pada Tiara.
"Jangan bi, aku tidak apa-apa. Ara tidak mau tuan Eden menganggap Ara seorang yang lemah, masak baru pertama datang sudah sakit", sahut Tiara cepat, sambil menarik tangan Mery yang hendak berlalu.
Mery terdiam sejenak sambil menatap ke arah Tiara. Baru kali ini Mery benar-benar memperhatikan penampilan Tiara dengan seksama.
Tiara terlihat ayu dan manis dengan baju kaos sederhana dan celana selutut, wajahnya yang polos tanpa polesan yang berlebihan terlihat begitu muda, membuat Mery menjadi kasihan dan tidak tega pada Tiara .
Mery semakin mengagumi sifat Tiara yang gigih, walaupun kalau dilihat dari penampilannya terlihat seperti perempuan lemah.
"Baiklah kalau itu mau mu", sahut Mery akhirnya.
"Terimakasih Bi", sahut Tiara tersenyum
"Ya sudah, ayo ikut bibi lagi!" ujar Merry.
Tiara mengangguk dan tersenyum lagi, kemudian mengikuti langkah bibi Mery kembali.
"Ah.. hanya ke kamar tuan Eden saja gak nyampe-nyampe. Bisa-bisa aku kesasar di mansion ini kalau berjalan sendiri!", pikir Tiara dalam hati, mencoba menghibur dirinya sendiri agar tidak tegang.
Untung saja setelah berbicara dengan bibi Mery, kali ini rasa takut dan tegang Tiara mulai hilang. Setidaknya di mansion ini masih ada seseorang yang cukup memperhatikannya.
...********...
"Ayah mau menyiksaku ya?", tanya Bella marah saat Wijayanto mencegah dia untuk keluar dari villa Nugroho.
"Kau kan harus menghindar dan bersembunyi dulu, karena kau tidak ingin menikah dengan tuan Eden!", cegah Wijayanto kesal melihat tingkah laku Bella yang seenaknya saja.
"Kan hari ini Tiara sudah masuk ke keluarga Eden, untuk apa aku sembunyi lagi. Aku benar-benar sudah tidak tahan, aku lama-lama bisa gila kalau dikurung seperti ini lagi", ujar Bella yang mulai menangis tersedu-sedu.
"Setidaknya tunggu lah beberapa lama dulu, bagaimana kalau keluar kamu bertemu dengan Ara? Tentu dia akan curiga kalau kita semua sudah bekerjasama membohonginya!", ujar Wijayanto menurunkan suaranya dan berusaha sabar.
"Salahnya sendiri! Siapa suruh dia matre? Begitu mendengar menikah sama orang terkaya di kota ini, dia langsung mau saja! Bahkan sudah punya pacar yang lumayan saja dia tinggalkan dan tidak perduli! Mengapa kita harus bersalah padanya yah?", tanya Bella tanpa merasa bersalah, bahkan memutar balikkan fakta, seakan-akan Tiara yang begitu ingin menikah dengan Eden.
Entah ke mana sudah air matanya yang tadi sempat keluar.
"Justru dia yang harus berterima kasih padaku! Kalau bukan karena aku yang mengalah, mana mungkin dia bisa dapat suami kaya, hanya seorang anak angkat yang gak jelas asalnya, bisa menikah dengan orang terpandang di kota ini!", ujar Bella dengan menggebu-gebu menyalahkan Tiara.
Bella memang sampai sekarang masih tidak puas karena dia sudah kalah mendapatkan cinta Bram.
Untuk masalah beradu kata dan mengeluarkan kata-kata pedas, memang Bella pakarnya.
"Kau...Kau.. !", Wijayanto sampai tak bisa berkata-kata menghadapi Bella sambil memegang dadanya.
Setelah beberapa menit berhasil menurunkan emosinya, Wijayanto langsung mendekati Bella sambil berkata,
"Mengapa dulu kau memilih jurusan psikologi, kau lebih cocok menjadi seorang pengacara. Akhirnya sekarang kau menjadi gila! Terserah kalau kau mau keluar sekarang, tapi kartu mu akan aku blokir semua!"
Setelah itu Wijayanto segera berjalan keluar dari ruang tamu Villa Nugroho, sebelum Bella berkata apa-apa lagi.
Begitu sampai di mobil, Wijayanto tidak langsung menjalankan mobilnya. Wijayanto duduk termenung menenangkan hatinya.
"Mengapa aku bisa memiliki anak yang bersifat tidak bagus? Sifatnya berbanding 180 derajat dengan Tiara! Padahal mereka dibesarkan di lingkungan yang sama! Mungkin karma ku sudah datang. Mungkin dosaku padamu Di? Bahkan sekarang anak mu menjadi korban lagi! Aku sungguh bersalah pada mu!", pikir Wijayanto dalam hati sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya penuh penyesalan dan hati semakin tidak tenang.
"Bagaimana aku harus menceritakan pernikahan Tiara dan Eden pada Rico? Sebentar lagi Rico akan kembali ke Indonesia!", pikir Wijayanto semakin pusing, teringat janjinya yang tidak bisa dia tepati lagi pada anak laki-laki nya.
Dulu dia berjanji akan menikahkan Rico dengan Tiara, saat Rico berkata menyukai Tiara, bahkan karena janjinya inilah yang membuat Rico bersedia menempuh pendidikan di Singapura, setelah mendapatkan beasiswa dan meninggalkan Australia
Dan saat itu Wijayanto juga berharap dengan menikahkan Tiara dan Rico, rasa bersalahnya akan berkurang.
Ternyata manusia berencana, Tuhan jugalah yang menentukan.
Bersambung........
...Hi.. hi.. apa kabar pembaca ku? Semoga semua selalu diberi kesehatan....
...Kalau muncul Bella di cerita ini, yang sabar ya pembaca, jangan terbawa emosi....
...Namanya antagonis, harus jahat sejahat-jahatnya, baru seru...
...🤣🤣🤣...
...Sekali lagi author ucapkan terimakasih atas dukungan pembaca tercinta.Semoga terhibur selalu....
...Love you all my readers...
...😘😘😘😘😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Eric ardy Yahya
kayaknya Bellakor harus dilempar ke Kandang Buaya , biar sekalian sama ayahnya dan ibunya tuh mati dimakan buaya .
2023-06-24
0
Juan Sastra
sampai di bab ini belum ketemu keseruannya thorr.
baca marathon ini,, asal jgn plin plan saja ceritanya.
2023-05-27
5
Juragan Jengqol
yang paling jahat justru pak wijayanto
2023-04-06
5