Tubuh Boas Egdan baru saja rebah di atas ranjang usang penginapan kecil itu. Udara malam menyesap masuk dari celah jendela, menyapa wajahnya yang pucat karena kelelahan. Beberapa jam sebelumnya, ia bertarung habis-habisan melawan kawanan penjahat yang dirasuki roh jahat. Tubuhnya terasa seberat batu karang, matanya pun nyaris tertutup. Ia hanya ingin tidur. Untuk kali ini saja.
Namun—lagi-lagi suara itu.
Rintihan menyayat dari seorang gadis remaja terdengar jelas di telinganya, seolah dilantunkan oleh roh. Shena Pudma. Gadis yang telah ia lindungi selama bertahun-tahun.
Boas membuka mata dengan geram, matanya melotot memancarkan biru langit yang dingin.
"Apa lagi denganmu, anak kecil... Tak bisakah kau memberiku sedikit kedamaian? Baru saja aku hendak tidur,”gerutunya dalam hati. Walau omelannya terdengar keras, ia tidak bisa memungkiri bahwa ia cemas. Ada sesuatu yang tak beres. Tapi tubuhnya... terasa begitu berat.
Lalu desiran angin datang, namun tak seperti biasanya. Itu bukan angin biasa.
Itu... dia.
Sosok yang selama ini ia cari. Iblis terkutuk yang memerangkapnya dalam dunia fana ini—dan membuatnya kehilangan segalanya.
Dengan satu jentikan jari, tubuh Boas menghilang dari kamar, berpindah ke tempat ia rasakan aura jahat itu. Saat ia tiba, kepulan asap dan kobaran api sudah melahap beberapa rumah warga. Salah satunya—rumah Shena.
Tanpa pikir panjang, Boas menerobos masuk ke lautan api, matanya liar mencari satu sosok: gadis itu.
“Shena!” teriaknya berulang kali, nyaris panik, hingga akhirnya ia menemukan tubuh mungil itu tertindih tumpukan kayu terbakar. Dengan cepat, ia mengangkatnya, lalu membawanya menjauh dari kobaran.
Awan gelap di atas langit mengamuk. Semburan api turun dari langit, merambat liar ke rumah-rumah warga.
Boas mengerutkan kening. Ini bukan kebakaran biasa. Ia mengangkat tangannya dan memanggil kekuatannya. Dalam sekejap, api padam—tepat sebelum petugas pemadam kebakaran datang. Mereka tak curiga, mengira semua hasil kerja tim mereka.
Boas menatap luka bakar di kaki Shena. Tanpa ragu, ia membawanya ke rumah sakit dan meninggalkannya di bawah perawatan dokter.
Tapi hatinya belum tenang.
Ia harus menemukan biang keroknya.
Ia masuk ke hutan kota, di mana kegelapan menebal dan suara malam seakan membungkam.
“Keluarlah, makhluk busuk... Hadapi aku!” teriak Boas, berdiri tegak dalam kegelapan. Sinar bulan menyinari wajah tampannya, tenang namun menyimpan bara.
Lalu, dari balik bayangan pohon, muncullah sosok besar hitam legam, perlahan menunjukkan wujudnya.
“Salam, Yang Mulia. Sudah lama tak bertemu,” suara berat itu menekan udara seperti kabut.
Boas menyipitkan mata. “Kadas... Aku kira junjunganmu sendiri yang muncul. Ternyata cuma kamu,” ejeknya dingin.
“Sudah lama kau mengikutiku, hah? Atau kau memang senang mengendus bau manusia?” lanjutnya.
“Aku hanya membakar mereka yang melanggar janji,” balas Kadas dengan senyum mengejek. “Manusia hina dan kotor itu pantas musnah.”
“Janji apa, bajingan?” Boas mengernyit.
Kadas tertawa—keras dan pahit. “Kenapa aku harus jelaskan padamu, Raja yang sudah diturunkan? Kau bukan lagi penguasaku.”
“Aku memang tak sudi jadi rajamu. Tapi ingat, semua kehancuran ini berawal dari pengkhianatanmu, iblis terkutuk.”
“Tuduhlah sesukamu. Semua karena iblis betina itu! Dia menyamar jadi wanita cantik, lalu memperdayaku... semua ini kesalahannya!”
“Kamu pikir aku akan percaya lagi padamu?” desis Boas.
“Percaya atau tidak, bukan urusanku. Tapi... aku tak akan pergi. Dunia ini terlalu menyenangkan untuk ditinggalkan.”
“Menjauhlah dari manusia!” hardik Boas.
“Kenapa? Apa karena gadis muda itu? Shena... yang kamu lindungi? Apa kamu jatuh hati, Raja dingin?” ejek Kadas sambil tersenyum bengkok.
Boas mengertakkan gigi. “Aku menyelamatkannya karena ibunya mati di depan mataku. Lima pria kerasukan sepertimu membantai wanita itu saat anaknya masih balita. Aku berjanji akan melindunginya.”
Kadas menyeringai. “Tapi tidakkah kamu kesepian, Yang Mulia? Kau hidup ribuan tahun, sendirian. Kenapa tidak cari pasangan?”
“Aku tidak akan menyeret siapa pun ke dalam kutukan hidupku,” jawab Boas tajam. “Dan ini peringatan terakhir. Jauhkan dirimu dari dunia manusia, terutama dari Shena.”
“Mereka lemah, tapi penuh nafsu. Uang bisa menggerakkan mereka seperti boneka. Beberapa bahkan menyerahkan anak perawan mereka padaku, hanya untuk harta. Ini dunia yang mudah. Aku menikmatinya.”
Boas mengepalkan tangan, matanya berkilat.
“Aku tak akan biarkan kau meracuni dunia ini.”
Dengan suara angin yang menderu, Boas menutup mata dan merentangkan tangan. Sebuah pedang panjang muncul dalam genggamannya, dan pakaian lusuhnya berubah menjadi zirah kerajaan berlapis sihir, lengkap dengan jubah dan lambang naga emas.
Kadas tertegun.
“Oh... kostum perangmu. Ini mengingatkanku pada masa kejayaanmu—saat kau jadi raja yang bisa dibodohi oleh iblis wanita. Hahaha!” tawanya menggema di antara pepohonan.
Boas menatap lurus. Wajahnya tenang, tapi mata birunya berkobar.
Kali ini... tak ada ampun.
“Ayo, Kadas... mari kita selesaikan urusan lama ini. Di sini. Malam ini.”
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Albertus Sinaga
versi roh jahat dgn setengah jahat
2023-10-24
0
Sari Sarmila
bos aj thor
2022-10-04
0
Sari Sarmila
thor jgn boas donk.gk enk baca nya😊😊😊
2022-10-04
0