Mansion Andersean.
"Honey!" Lily tengah memilah-milah belanjaan yang berada di dalam paperbagnya. Namun, ia sedikit kesulitan, sebab sedari tadi Leon selalu menempel padanya dengan memeluknya dari belakang.
"Hmm." Leon tak bergeming, meski sudah berulang kali Lily memanggil namanya.
"Leon, lepaskan dulu tanganmu, aku kesusahan bergerak!" seru Lily sembari menghentak-hentakkan kaki di lantai.
"Tidak bisa! Sudah di lem!" Leon menaruh dagunya di pundak Lily.
"Oh my God! Bagaimana mau cepat selesai. Nanti Romeo bangun lebih awal jadi kejutan kita gagal!" Lily melipat tangan dada dengan menampikkan wajah cemberut.
Leon terkekeh-kekeh melihat istrinya merajuk. "Honey, kau bertambah cantik, jika bibirmu manyun seperti itu. Aku akan melepaskan tanganku, tapi dengan satu syarat?"
Lily mendelikkan mata dengan perkataan suaminya. "Apa?" tanya Lily ketus sambil menyambar boxer pororo dan menaruhnya di paperbag.
"Kita main kuda-kudaan yuk!" Leon menyibak rambut panjang Lily, dan mengendus-endus ceruk leher Lily.
"Subuh kan sudah, Honey. Aku capek, nanti malam saja ya," protes Lily menghela nafas.
"Sebentar saja ya." Leon bernegosiasi sembari melepaskan retsleting dres Lily di belakang.
Lily pasrah dengan kemauan Leon. Ia bingung mengapa Leon bertambah usianya, semakin menjadi-jadi. Apakah suaminya itu tidak bosan, pikir Lily. Dan terjadi lah percocokan tanam di pagi hari yang dilakukan Leon dan Lily.
"Aku mau membersihkan badan dulu," ucap Lily sambil menyambar selimut.
"Eits, sama-sama!" Leon menarik cepat kain Lily lalu mengendong istrinya ala bridal style. Lily tak sempat memberontak sebab badannya benar-benar remuk, berdebat pun percuma.
Kembali lah proses berkembang biak ala kuda-kudaan di kamar mandi, lagi.
Hiyaaaaaaaaaaaaa! Suara kuda melengking nyaring.
***
Kini pasutri itu berada di sebuah mobil menuju apartment Romeo. Leon dan Lily sengaja tak memberitahukan kepulangan mereka ke Indonesia, mereka ingin memberikan kejutan pada putra bungsunya itu.
"Kau benar-benar membuat badanku sakit, Honey."
"Mau aku pijat," ucap Leon sambil mengelus perlahan pipi istrinya.
"Tidak usah! Pijatmu pasti plus plus," celetuk Lily mengerucutkan bibir. Membuat Leon terkekeh pelan.
"Baiklah pulang dari apartment Romeo kita ke spa," ajak Leon mengelus perlahan kepala Lily.
"Tidak bisa Honey, hari ini kita harus membawa Romeo pergi ke suatu tempat."
Dahi Leon berkerut. "Kemana?"
"Menghilangkan kutukannya!"
"Nenek gayung yang kemarin bukannya sudah?" tanya Leon keheranan.
"Aku lupa memberitahumu, ternyata nenek gayung yang kemarin palsu. Itu kembarannya yang gila baru saja keluar dari rumah sakit jiwa, jadi yang asli bukan yang itu," jelas Lily singkat.
"Whats?!" Leon menarik nafas panjang. "Kasihan sekali anakku, apakah dia benar-benar melakukan ritual." Leon bertanya pada Lily.
Lily membalas dengan mengedikkan bahu. "Semoga saja tidak," Lily harap-harap cemas.
"Tuan, sudah sampai," ucap supir sembari melirik sekilas ke belakang mengusik interaksi Leon dan Lily.
"Oke, nanti kami akan menelpon jika mau pulang," pungkas Leon sambil membuka pintu mobil.
"Baik, Tuan."
***
"Honey, pelan-pelan," ucap Leon sambil menarik pinggang Lily. Sebab Lily berjalan cepat, ia sangat bersemangat.
"Hehe, aku rindu dengan Romeo, Honey. Dia pasti senang karena aku belikan boxer pororo." Lily menyandarkan kepala di bahu kekar Leon.
"Dia sudah besar, mengapa kau belikan boxer pororo?" tanya Leon geleng-geleng dengan kelakuan Lily.
"Lucu Honey, asal kau tahu saja ya ini merk ternama dan limited edition," tutur Lily mengebu-gebu.
Leon hanya tersenyum simpul melihat ekspresi istrinya.
Brukk.
"Awh!" pekik Lily mengaduh kesakitan.
Leon dengan sigap menahan tubuh Lily. "Honey, kau tak apa-apa?" Leon mengelus-elus pundak istrinya, memastikan bahwa Lily baik-baik saja.
"Astaga, maaf!" Seorang gadis entah datang dari mana, menabrak pundak Lily sehingga menyebabkan paperbag yang di pegang Lily terjatuh. Gadis itu segera memunguti paperbag Lily.
"Tidak apa-apa, Honey. Aku baik-baik saja," ucap Lily menenangkan kecemasan Leon.
Pemandangan ini tak luput dari penglihatan gadis dihadapan mereka. So sweet banget sih! Batinnya.
"Apakah kau buta?!" murka Leon pada sosok gadis tersebut.
"Saya minta maaf, Tuan. Saya tidak sengaja." Gadis itu menundukkan muka, tak berani menatap mata lawan bicara yang menyeramkan baginya.
"Cih, bagaimana kalau istriku terluka!?" bentak Leon lagi.
"Honey, sudah lah. Aku tidak apa-apa," ucap Lily sembari mengelus-elus dada Leon.
Leon mendengus kesal, menatap lekat Lily. "Aku tidak mau kau kenapa-kenapa, Honey."
Mendengar ucapan Leon, Lily tersenyum simpul. Lalu dia mengalihkan pandangan pada sosok di depan.
"Siapa namamu?" tanya Lily mengulum senyum.
Gadis itu mengangkat kepala. "Nama saya Juliet, Nyonya," ucapnya ikut tersenyum tanpa sadar, saat melihat keramahan Lily.
***
Di lain tempat.
"Baby, ayo lah. Aku sudah tidak tahan!"
"Tunggu sebentar, Baby. Kita matikan lampu dulu."
"Haaa Baby, cepatlah. Aku sudah basah."
"Nah, sudah aku matikan, ayo cepat buka bajumu! Atau mau aku yang membukanya?"
"Tawaran yang menarik, aku mau kau buka pelan-pelan ya, ssshh hh aa a...a ....h, oh my... Kau sangat agresif. I like it!"
"Wow, Baby, punyamu besar sekali. Seperti labu air, ayo cepat masukkan Baby!"
"Oke, mau gaya apa? Gaya kupu-kupu? Atau gaya kangguru?"
"Gaya apa pun itu, aku suka semuanya Baby! Oh my.. Oh my, baby f a s te r, f a s t er!"
Kedua mata Romeo enggan berkedip menyaksikan film layar lebar 21+++ di layar monitor, sembari satu tangannya mengelus-elus belalainya di bawah sana.
"Arghhh, damn!" Romeo mendongakkan kepala ke atas, memejamkan matanya. Ia dapat merasakan sesuatu akan keluar.
"Haa h.." Romeo mendes ah lega.
"Romeo!" panggil seseorang dari luar kamar.
"Seperti suara Mommy," gumam Romeo pelan.
"Romeo! Mommy datang!"
Detik kemudian Romeo segera tersadar. Dengan cepat membuka mata.
"Damn! Aku lupa kunci pintu!" Romeo di landa kepanikan, ia mematikan komputer dan menyambar tisu di atas meja, membersihkan kecebong-kecebongnya secepat kilat. Lalu hendak berjalan cepat menuju pintu.
Brug..
Belum sempat sampai ke daun pintu. Romeo terjatuh tertelungkup, ia meringis kesakitan sejenak sebab belalainya mencium lantai.
"Nak Mommy datang. Buka pintu slotnya!" Lily memicingkan mata di celah pintu kamar Romeo. Begitu pula dengan Leon mengintip di sela-sela. Sebab slot pintu kamar Romeo ada kaitan besi jadi tidak bisa di buka dari luar.
Romeo mengangkat wajahnya, ia melihat ke ambang pintu dan tanpa sengaja bersitatap dengan kedua orangtuanya.
Empat pasang mata itu melebar dengan sempurna, saat melihat pemandangan di dalam kamar anaknya. "Romeo! Apa yang kau lakukan?!" pekik keduanya bersamaan.
"Aku sedang push up Mom!" kilah Romeo berbohong, ia masih tak bergeming dari posisi semula.
"Push up!? Tapi kenapa celanamu kau buka ha!?" tanya Leon dan Lily serempak.
Lantas Romeo menoleh ke belakang. Terpampang bokong padat Romeo menyembul keluar. Ia menepuk jidatnya sendiri, jika lupa menarik celananya kembali. Pantas saja dia sampai terjatuh barusan.
"Romeo Andersean! Keluar kau!" pekik Leon berapi-api.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Syafitri kurniasih
Astaga bisa bisanya si Romeo lupa pakai celana😆😆🤭🤭🤭
Di balik penderitaan Romeo ada readers yang tertawa bahagia😆😆😆
Ngakak online🤣🤣🤣
2022-07-15
1
loey13
ayo up lagi. lucu ceritanya
2022-07-12
1
Nana
Mohon jangan boomlike ya 🙏
Yang mau promosiin novel di tempat novel yang populer ya, please 💕🙏
2022-07-12
0