...Yang sudah membaca mohon likenya ya, gratis loh, ngak pake koin ini. ...
...Yukk tekan like 😋...
...****************...
Hari ini adalah hari yang dinantikan Juliet, hari dimana ia akan pergi merantau ke Kota metropolitan, di mana ia akan mengejar impiannya.
Kemarin dia sudah bertemu dan berbincang dengan Kepala Sekolah mengenai bantuan beasiswa,untuk murid berprestasi seperti dirinya, ia mengatakan pada Kepala Sekolah, bahwa menerima beasiswa tersebut, saat mendengarkan perkataan Juliet, Kepala Sekolah teramat senang dan berharap Juliet akan menjadi orang sukses di Jakarta.
Kini, Juliet tengah meneliti sudut-sudut ruangan yang sudah lama ia tinggali, tempat di mana dia berteduh dan berlindung dari teriknya matahari dan guyuran hujan. Gadis berparas manis itu mengulum senyumnya sejenak, saat mengingat bayangan indah bersama Gabriel dan Messa berputar-putar di dalam benaknya.
Juliet sangat bersyukur dipertemukan dengan Messa dan Gabriel, keduanya adalah orang yang sangat berarti bagi hidup Juliet. Ia berharap kepergiannya ke Kota Jakarta akan menjadi titik awal baginya untuk membuka lembaran baru.
"Jul!" Messa menepuk kuat pundak Juliet dari belakang.
Juliet yang sedang bernostalgia dengan pikirannya, tersentak kaget sembari mengusap perlahan dadanya.
"Maaf kan aku," ucap Messa terkekeh kecil, saat melihat tubuh Juliet seperti terkejut.
Juliet membalikkan badan. "Kak Messa, kau bisa saja membuatku jantungan!" cetus Juliet menghela nafas.
"Aku terlalu bersemangat, Jul," ucap Messa tersenyum simpul.
Juliet pun ikut mengangkat sudut bibir sedikit mengerti dengan sikap Messa yang terlihat senang, sebab akan meninggalkan lembah kelamnya. "Ada apa Kak?" tanya Juliet.
"Gabriel sudah berada di Jakarta, teman kakak barusan menelpon, dia sudah dipindahkan ke ruangan rawat inap khusus," ucap Messa bersemangat.
"Syukurlah. Tapi kak, apakah uangnya cukup kak untuk biaya pengobatan Messa, dan bagaimana dengan tempat tinggal kita di sana nanti Kak?" tanya Juliet, dia sangat tak enak hati. Saat hasil penjualan rumah Messa digunakan untuk membayar pengobatan Gabriel dan tempat tinggal mereka.
"Tenanglah, Jul. Cukup, nanti kakak akan mencari perkerjaan di sana, kau tenang saja ya. Apartment sudah dipersiapkan teman, kakak, kita tinggal tempati saja."Messa berusaha menenangkan keresahan Juliet.
Mendengar penuturan Messa, Juliet mengulum senyum. "Oke, Kak. Aku juga akan mencari perkerjaan paruh waktu, Kak."
"Iya, Jul. Kalau tidak menganggu kuliahmu berkerja lah," tutur Messa sembari mengelus perlahan pipi Juliet.
"Sekarang rapikan barangmu yang lainnya, kakak juga mau packing! Ayo kita gerak cepat!" seru Messa semangat 45, membuat Juliet terkekeh pelan.
"Ayo!" balas Juliet dengan melangkahkan kaki ke kamar.
Juliet meneliti bilik kamarnya, terdapat lemari mini, tempat tidur kayu berukuran kecil, dan meja kecil di sudut kanan ruangan, ia berjalan perlahan menuju meja kecil di dekat ranjang. Lalu membuka laci, mengambil kain syal berwarna coklat, yang di dalamnya berisi sebuah liontin milik Gabriel, ia menaruh benda tersebut ke dalam tas.
Juliet kembali mengambil benda apa saja, yang belum dia masukkan, termasuk buku-buku milik Gabriel. Setelah selesai, dia membawa kardus keluar dari kamarnya. Lalu ia kembali ke dalam ruangan, menyambar tas ransel, lalu berjalan ke ambang pintu. Kedua mata Juliet sekali lagi memindai ruangan. Ada perasaan lega yang membuncah di relung hatinya.
Selamat tinggal! Gumam Juliet dalam hati, tersenyum simpul sambil memutar gagang pintu.
***
Kota Metropolitan, Jakarta.
"Wow, keren kak!" seru Juliet saat melihat gedung menjulang tinggi di sepanjang jalan.
Tiga puluh menit yang lalu kedua wanita tersebut sudah sampai di Jakarta. Kini, Messa dan Juliet berada di taxi hendak menuju apartment yang akan mereka tempati nantinya.
"Iya, keren!" Messa menyelipkan rambut panjang Juliet ke belakang telinga.
"Kak, masih jauh apartmentnya?" tanya Juliet antusias.
Messa tak langsung menyahut, ia mengalihkan pandangan ke depan. "Pak, masih jauh tidak?" tanyanya.
Pak supir melirik sekilas di kaca spion di bagian tengah mobil. "Sebentar lagi sampai Neng," ucap Pak supir mengulum senyum.
"Tuh dengar, sebentar lagi, Jul," tutur Messa sambil menatap lekat pada Juliet.
Juliet membalas perkataan Messa dengan mengangguk sedikit, sedari tadi senyuman terpatri di raut wajahnya, kedua mata Juliet terlihat berbinar.
Tak butuh waktu yang lama, Messa dan Juliet telah tiba di tempat tujuan.
Juliet memandang bangunan, yang akan menjadi tempat tinggalnya. Ia tertegun sejenak, melihat luar gedung yang nampak besar dan tinggi.
Besar sekali!
"Ayo, Jul. Cepat masuk! Biar kita cepat beberesnya," ajak Messa saat melihat Juliet mematung di tempat.
"Eh, i-ya kak," ucap Juliet tergagap sambil menarik kopernya.
Messa mengulum senyumannya melihat tingkah Juliet. "Ayo!" ajaknya sembari menuntun Juliet.
Keduanya pun melangkahkan kaki jenjangnya ke dalam gedung.
"Wah, Kak apakah ini tidak terlalu berlebihan. Lihat itu mewah sekali!" Juliet meneliti ruangan apartment mereka. Di lihatnya satu-persatu, tanpa terlewatkan sedikit pun.
Messa membalas hanya dengan senyuman.
"Kak, teman Kakak, laki-laki atau perempuan?" tanya Juliet penasaran. Pasalnya Messa mengatakan bahwa apartment ini adalah pemberian temannya. Rasanya cukup aneh bukan, seorang teman membelikan apartment mewah untuk Messa.
"Hmm," Messa nampak berpikir, ia terlihat salah tingkah, kedua bola mata Messa bergerak tak tentu arah.
"Kak!" Juliet menghampiri Messa. "Laki-laki atau perempuan?"tanyanya lagi, kali ini raut wajahnya nampak serius. Ia dapat melihat jika Messa sedang menyembunyikan sesuatu.
**
Di lain tempat.
Kediaman Andersean.
"Mommyyyyy!" raung Romeo untuk ke sekian kali.
"Kakak-kakak lucknuttttttt!" Romeo menghindar dari Nickolas dan Samuel. Saat ini mereka tengah berlari-larian mengelilingi kolam renang.
Sejak pertama kali Romeo menginjakkan kaki di mansion Nickolas dan Samuel selalu menganggunya. Romeo sebal dengan kedua kakaknya, jika di siang hari pulang ke rumah bukannya beristirahat malah mengusilinya. Tidak bisakah kedua kakaknya, membiarkan dia hidup tenang dan damai. Cukup sehari saja, iya sehari, begitu lah sel-sel kecil Romeo bernegosiasi. Mereka pun terheran-heran dengan kelakuan absurd kakak Romeo, yang aneh bin ajaib itu.
"Sam! Kau kepung dia di sana!" teriak Nickolas sambil terkikik.
Samuel mengangguk menurut, secepat kilat berlari ke arah yang di tunjuk Nickolas.
"Mau lari kemana kau ha?!" Samuel mengepung Romeo dengan merentangkan kedua tangan.
Romeo mengerem mendadak langkah kakinya. Dia menoleh ke belakang, melihat Nickolas juga mengepungnya.
"Bisakah kalian berhenti mengangguku ha?!! Kakak-kakak lucknut dan tidak berprikemanusian!!" teriak Romeo geram.
Kedua kakaknya malah tertawa ala-ala Dewa Hades, menganggapi kekesalan Romeo.
"Kemari kau, kami harus memeriksa belalaimu?" seru Nickolas tersenyum jahil.
Kedua mata Romeo melebar dengan sempurna. "Tidakkk!!"
Tanpa banyak pikir, Romeo segera meloncat ke kolam renang.
Byurrr...
Detik kemudian Romeo berenang gaya kuda lumping, menjauhi Nickolas dan Samuel. "Mommyyyyyy!" teriaknya.
"Mommy, tolong aku dari duo jablay tua itu, Mom!" raung Romeo sambil menarik dan membuang nafas seperti ikan belut.
Mendengar teriakan putra bungsunya, Lily yang berada di dapur bergegas melangkahkan kaki ke sumber suara.
"Astaga, Nick, Sam! Jangan menganggu adik kalian!" Lily menggelengkan kepala. "Ayo, Romeo cepat naik!" ucap Lily sambil mengambil handuk yang tersedia di kolam renang.
Sementara itu, Nickolas dan Samuel tertawa keras melihat kebodohan adiknya, padahal tidak perlu melompat, hanya ubah haluan saja agar terhindar dari mereka.
"Dingin Mom!" Romeo menggigil saat air kolam menusuk kulit tipisnya yang sebenarnya tidak tipis-tipis amat sih. Romeo saja yang lebay.
"Sudah, masuk lah ganti bajumu," ucap Lily sambil mengusap kepala Romeo dengan handuk lalu meletakkan kain lebar berwarna putih itu di pundaknya. Lily inhale, exhale, melihat keusilan putra kedua dan ketiganya, yang benar-benar sudah kelewat batas.
Romeo mengangguk patuh, ia pun pergi meninggalkan kakak-kakak lucknutnya itu.
Malam harinya.
Suara dengkuran halus terdengar dari hidung mancung Romeo, ia sedang bermimpi, di dalam mimpi Romeo, belalainya bisa tegak tanpa embel-embel menikah dengan wanita yang memiliki tanda kupu-kupu. Satu senyum kemenangan terbit di wajah tampan Romeo.
Kriet...
Terdengar suara pintu terbuka, dua orang manusia bertubuh kekar berjalan masuk mengendap-endap.
Hiro yang berada di bawah ranjang Romeo, terusik dengan suara itu, ia membuka perlahan bola mata munggilnya, lalu...
"Shfttt." Samuel memberikan isyarat untuk jangan menyalak.
Hiro pun menurut. Ia menguap sejenak, lalu kedua tangan munggilnya menutup telinga. Karena dia tahu sebentar lagi akan ada drama In-dia yang diperankan oleh Romeo dan duo Jablay. Ia tak mau mencampuri urusan kedua Tuannya itu, lebih baik dia melanjutkan mimpinya yang makan ayam goreng.
"Sam, cepat ambil selimutnya." Nickolas berbisik pelan, sangat pelan, sehingga Samuel pun bingung apa yang dikatakan kakaknya.
"Ha?" Samuel melongo, sambil berbicara melalui gestur tubuh.
Nickolas menghela nafas kasar, lalu lebih mendekat. "Aku bilang ambil selimutnya," ucapnya menggeram sambil melototkan mata.
Samuel membulatkan bibir seperti ikan di akuarium yang sedang mengambil nafas. "Oooo." Lalu, ia menarik perlahan selimut Romeo.
Keduanya melihat Romeo tengah mengenakan benda berbentuk segitiga berbahan besi. Romeo menggerakkan sedikit badannya.
Sejenak Nickolas dan Samuel saling menatap satu sama lain, seulas senyuman licik terbit, seperti iblis.
Samuel mengambil sesuatu di sakunya, yaitu sebuah benda yang paling ditakuti oleh Romeo. Ia menyibak kaos Romeo seraya menaruh kulit pisang di atas perutnya.
Dan...
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!Mommyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy!" jerit Romeo mengalahkan suara petir.
"Cukupppppppppppppppp!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Bella Gareta
mantap
2022-07-30
2