Hari weekend adalah hari yang dinantikan bagi semua orang tanpa terkecuali. Hari di mana bisa bangun kesiangan karena semalam nonton drakor sampai termehek-mehek, bisa pula malas-malasan tanpa mengerjakan sesuatu.
Lain dengan emak-emak, pagi-pagi sudah harus nongkrong depan rumah nungguin mamang sayur lewat, mau beli tahu, tempe, kangkung, buncis, ikan lele, ikan emas walaupun warnanya bukan emas, beli minyak goreng juga yang semakin hari semakin mahal, mau beli gorengan masih mikir lagi, sekarang 5 ribu dapat empat gorengan.
Yah, sama seperti Juliet saat ini baru saja tiba ke apartment, tadi jam 5 pagi, ia pergi ke pasar membeli beberapa sayur-mayur untuk mengisi persediaan kulkas.
"Hai, Jul. Rajin sekali kau!" Messa baru saja keluar dari kamar.
Juliet terkejut. "Astaga, Kak! Mengapa kau selalu mengagetkanku!" seru Juliet sembari menaruh belanjaan di atas meja.
Messa malah tertawa pelan. "Sorry, Jul. Habisnya kau tidak membangunkanku!" Messa menghempas bokong di atas kursi.
"Gimana mau bangunin Kakak, tidur aja kayak kebok. Kalau ada gempa, kayaknya kakak bakalan ketemu malaikat pencabut nyawa duluan!" cerocos Juliet kayak emak-emak.
"Bawel banget sih! Malah nyumpahin kakaknya cepat mati!" Messa mengerucutkan bibir dengan tajam.
Membuat Juliet terkekeh kecil. "Sorry Kak, becanda kok. Gimana hari ini kita jadi ke puskesmas periksa rahim Kakak, Kan?"
"Emangnya puskesmas buka hari sabtu?" tanya Messa sambil menyambar air putih di meja.
"Hmm, sebenarnya nggak buka kak. Tapi, aku sudah buat janji kok kemarin minta tolong sama senior kampusku," ucap Juliet mengambil kangkung di dalam kresek.
"Cius?" Messa meneguk perlahan air putih.
Juliet mengangguk.
"Oke, aku mandi dulu ya. Biar cantik membahana badai, siapa tahu aja ada Dokter ganteng di puskesmas." Messa meletakkan gelas ke tempat semula sambil bangkit berdiri.
"Mulai deh genitnya, Sugar Daddynya mau Kakak kemanain?" Juliet mendelikkan mata, beberapa hari yang lalu Messa berkata jujur padanya, perihal apartment yang mereka tempati sekarang adalah pemberian sugar Daddynya. Messa jatuh hati pada pria yang tidak diketahui oleh Juliet. Kata Messa, Sugar Daddynya sudah lama karatan alias menduda. Juliet berharap Messa tidak salah memilih.
"Simpan di kocek aja!" Messa berjalan ke kamar.
Juliet hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan Messa.
***
Puskesmas Jajar Genjang.
"Jul, pelan-pelan dunk. Kakak susah ini jalannya!" Messa kesusahan berjalan, saat mengikuti langkah kaki Juliet yang cepat.
Juliet menghentikan langkah kaki, ia menghela nafas. "Lagian Kakak kenapa sih, malah pakai heels? Kita di sini mau periksa IVA Kakak! Bukan ikut ajang Indonesian Next Top Model," cetus Juliet jengah.
"Aish, kau ini. Biar cantik gitu loh! Entar kalau ada dokter ganteng gitu, biar dia terpesona sama Kakak!" protes Messa.
Juliet memutar mata dengan malas. "Ah sudahlah kak, ayo cepat kita ke ruangan. Udah jam berapa ini."
Messa terkekeh pelan melihat raut wajah Juliet menahan sabar. "Oke, oke. Ayuk!"
***
"Selamat pagi, Dok," sapa Juliet pada Dokter. Kini, Juliet dan Messa berada di ruangan Obygn.
"Selamat pagi, silahkan duduk," ucap Dokter ramah.
Juliet dan Messa mengangguk sembari menjatuhkan bokong di kursi berhadapan dengan dokter.
"Tadi anak koas bilang ada temannya yang mau test IVA." Dokter memulai pembicaraan.
"Hehe, ya Dok. Sebenarnya kakak saya yang mau periksa. Kemarin saya saranin dia untuk deteksi dini kanker serviks," jelas Juliet singkat.
Dokter mangut-mangut. "Oh begitu, sebelumnya Juliet dapat informasi darimana tentang test IVA?"
"Kebetulan saya baru kuliah di jurusan Kedokteran, Dok. Kemarin nggak sengaja pas belajar baca jurnal tentang kanker serviks di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Jadi, saya baru ingat kalau kakak saya umurnya udah hampir 35 tahun Dok. Dan kakak juga...."
Juliet melirik sekilas pada Messa. Messa membalas dengan tersenyum kecut.
Dokter yang paham dengan gestur tubuh. "Wah hebat kamu, semoga berhasil ya. Dan untuk Ibu Messa tidak apa-apa, justru saya sangat senang dengan keinginan Messa untuk memeriksakan diri. Tidak perlu takut, saya sudah mengerti. Rahasia aman dan terjaga."
Mendengar ucapan Dokter, Juliet dan Messa tersenyum simpul.
"Ibu Messa, sebelumnya tadi malam ada berhubungan in-tim dengan pasangannya?"
"Tidak ada, Dok," jawab Messa cepat.
"Bagus, Ibu Messa sudah tahu apa itu test IVA?" tanya Dokter menyelidik.
Messa malah nyengir.
Dokter mengulum senyum melihat ekspresi Messa. "Kalau begitu saya jelaskan dulu apa itu test IVA ya."
Juliet dan Messa mengangguk.
"Test IVA, bertujuan untuk mengetahui kondisi leher rahim apakah ada tanda-tanda kanker serviks atau tidak. Sebenarnya ada dua pemeriksaan sih."
"Apa aja itu Dok?" tanya Messa
"Ada pap smear dan test IVA. Kalau pap smear memang agak mahal dari test IVA. Pap smear biasanya cek di laboratorium rumah sakit yang besar, nanti lendir yang di dalam ****** akan di ambil, nah lendir itu akan di periksa sama alat khusus, apakah ada sel-sel yang abnormal atau tidak, hasilnya bisa 1-2 minggu. Sedangkan test IVA atau biasanya di sebut Inspeksi Visual Asam Asetat bisa di periksa di puskesmas saja, hasilnya cepat, tidak sampai berjam-jam, biayanya juga lebih terjangkau dan murah. Dalam waktu 15 menit sudah bisa ketahuan hasilnya negatif atau positif," jelas Dokter panjang lebar.
Keduanya mengangguk.
"Nanti periksanya gimana Dok?" tanya Messa penasaran.
"Nanti Bu Messa berbaring, posisinya kayak orang melahirkan itu loh," kelakar Dokter membuat Messa terkikik sejenak.
"Nanti kakak lahirin kangkung kak," celetuk Juliet membuat Messa terkekeh kembali.
"Sakit nggak sih Dok?" tanya Messa lagi.
"Tidak sakit sama sekali, nanti saya buka dengan alat khusus, lalu saya oleskan sedikit cotton bud khusus yang sudah saya beri asam asetat di dinding rahim Bu Messa, nanti akan saya lihat apakah ada tanda-tanda gejala kanker serviks atau tidak."
"Oh, kalau begitu Juliet bisa juga berarti ya, Dok?" Messa teramat penasaran sebab ilmu baru dunia kesehatan membuatnya harus lebih menjaga diri, mengingat dia adalah wanita malam. Apalagi, Sugar Daddynya sepertinya ingin lebih serius menjalin hubungan dengannya. Ia teramat senang.
"Kalau Juliet yang belum pernah melakukan hubungan intim tidak di sarankan. Test IVA diperuntukkan untuk orang yang sudah pernah berhubungan intim, mau dia berganti pasangan atau pun tidak tetap harus periksa. Karena sekarang penyebab kanker serviks bisa saja dari banyak faktor, gaya hidup yang kurang sehat dan sebagainya. Jadi memang harus kesadaran dari diri kita sendiri."
"Oh begitu, hehe baru tahu saya Dok. Umur saya pas kan Dok untuk di periksa?"
"Iya sudah pas, umumnya dari usia 25-60 tahun boleh memeriksakan diri setiap 3 tahun sekali, yang udah pernah esek-esek tapi ya," kelakar Dokter lagi.
Juliet dan Messa terkikik.
"Jadi apa ada pertanyaan lagi?" Dokter memastikan apakah pasien sudah paham dengan penjelasannya.
"Tidak ada, Dok!"
***
Di tempat yang sama. Namun lain ruangan.
"Dok, saya tidak sanggup! Lihat ini belalai saya!" Romeo beranjak berdiri sembari membuka retsleting celana.
Dokter melebarkan mata. "Tenang, tenang berbaring lah dulu ya Rom, nanti saya periksa," ucap Dokter menenangkan.
Romeo mengangguk sambil melepaskan celana dengan cepat sebelum di suruh. Ia merebahkan diri di atas brangkar.
Astaga, pagi-pagi udah dapat pasien gini. Tahan ini demi anak bini di rumah.
Dokter memegang buyung Romeo yang nampak meleyot dan memerah. Dia meneliti dengan seksama.
Ini mah kayak punya anak aku di rumah mirip ulat sagu tapi versi besar.
"Gimana Dok?" tanya Romeo tak sabaran.
"Kamu semalam ngapain belalaimu?"
"Hehe, tadi malam saya ritual sentil-menyentil belalai Dok!"
"Ha?" Dokter melongo.
"Itu loh Dok, saya sentil-sentil pakai jari. Eh tapi malah merah dan sakit."
"Astaga, tentu saja sakit, lagian kenapa di sentil. Entar burung kamu nggak bisa masuk gua baru tahu rasa."
"Gua apaan Dok?" tanya Romeo penasaran.
Dokter enggan membalas.
"Sudah, pakai celanamu," ucap Dokter sembari menjatuhkan bokong di kursi.
Sel-sel kecil Romeo mulai sibuk dengan kata gua dan burung. "Dok, gua apaan sih?" tanya Romeo kepo. Ia telah selesai memakai celana, sekarang duduk berhadapan dengan Dokter.
"Gua berhantu!" sahut Dokter datar tanpa ekpresi.
***
"Ah, untung saja aku langsung periksa ke Dokter. Kalau tidak belalaiku semakin layu," gumam Romeo pelan sambil menunduk melihat belalai.
Bruk.
"Awh!" pekik seseorang.
"Hei kau punya mata tidak sih?!" murka Romeo sembari mengangkat wajah, seketika matanya melebar saat melihat sosok di depan. "Ireng! Kenapa kau di sini ha?!"
"Aku punya mata nah, kau itu yang nabrak-nabrak orang! Suka-suka aku mau di sini, mau di sana," balas Juliet tanpa jeda.
"Pasti kau menguntitku kan?" Romeo menyeringai.
"Idih sok kepedean, wekk!"
"Jul!" Messa baru saja keluar dari ruangan Obygn, mengusik interaksi Romeo dan Juliet.
Lantas keduanya menoleh ke sumber suara.
"Iya Kak. Sudah selesai?"
"Sudah, ini siapa?" Messa penasaran dengan pemuda yang nampak tak asing mukanya.
"Bukan siapa-siapa, ayo Kak, kita pulang saja!" Juliet menarik tangan Messa, meninggalkan Romeo
Romeo menatap datar kepergian keduanya. "Cih! Ia berdecih.
***
...√Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim...
...Test IVA : Test Visual Asam Asetat ...
...Pap Smear...
Sumber : KemenKes, 2019
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Bella Gareta
mantap
2022-07-30
1
tria sulistia
salut thor jadi nambah ilmu
2022-07-16
2