...Stopppppppppp!...
...Bagi siapa pun selesai membaca harap menekan tombol like, favorit, dan bunga-bunga, okay?...
...Ayo, jangan diam-diam bae!...
...----------------...
Citttt. Keceprit.....
Suara decitan ban memekakkan telinga bagi siapa pun yang mendengarnya. Ketiga orang yang berada di dalam mobil tersentak kaget, karena melihat seseorang menyembul keluar dari balik pohon seperti pocong.
Pasalnya baju yang dikenakan semuanya putih, belum lagi eyeliner yang di pakai di matanya tidak beraturan, bedak tabur yang dibubuhkan pun juga tidak kalah putih, senada dengan warna pakaiannya. Dan di tangan kanannya, ia membawa gayung plastik berwarna putih pula!
"Leon, kau hampir saja menabrak orang!" cetus Lily sambil mengelus dada.
"Aish, salah orang itu sendiri menyembul tiba-tiba dari pohon, Honey!" protes Leon menatap tajam pada sosok di depan mobil mereka.
Merasa diperhatikan sosok itu malah melototkan mata seperti nenek lampir pada Leon.
Lily enggan menyahut perkataan suaminya, ia celingak-celinguk melihat sosok itu.
"Mom, Dad, orang itu sangat aneh!" seru Romeo memicingkan mata, saat melihat sosok wanita tua berpenampilan aneh dihadapannya.
"Mommy akan turun sebentar." Lily pun segera turun dari mobil, menghampiri nenek itu. Entah apa yang mereka bicarakan Leon dan Romeo melihat dari dalam mobil.
"Dad, aku rasa dia itu nenek gayung!"
"Nenek gayung?" Dahi Leon berkerut kuat sebab ia seperti teringat dengan nama itu tapi di mana. Otak besar Leon mulai menganalisis dua kata, sebelah huruf yang tak asing itu.
"Iya, Daddy pernah nonton film nenek gayung?" tanya Romeo tanpa melepaskan pandangan dari depan. Dia penasaran, mengapa ada nenek-nenek di siang hari membawa gayung di jalan raya.
Ting.
Lampu di atas kepala Leon menyala.
"Oh, pernah."
Leon teringat, dahulu Darla dan Lunna pernah menonton film di tengah malam, sambil menjerit-jerit histeris bersama Marco dan Yellow. Yang membuatnya sakit kepala, karena teriakan Marco menyebabkannya kesusahan untuk bercocok tanam bersama Lily di dalam kamar. "Pantas saja rasanya tidak asing," desisnya pelan. Detik kemudian. "Memangnya dia benar-benar nenek gayung?"
"Mana aku tahu, Dad. Itu hanya kiasan. Aish, kenapa dia menatapku seperti itu?" Romeo tertegun melihat sosok didepan menatapnya tajam, sangat tajam, setajam silet.
Apa salah dan dosanya? Yang menyetir Daddynya, mengapa nenek-nenek gayung itu malah melototinya dengan lebar.
Leon mengedikkan bahu, menandakan dia memang tidak tahu.
"Honey, dia tahu dimana tempat yang kita tuju," ucap Lily sambil menghempaskan bokong di kursi. Lalu menutup perlahan pintu mobil.
"Benarkah?" tanya Leon.
"Iya, untungnya dia baik-baik saja. Kita ikuti saja dia," cetus Lily tersenyum sumringah.
Leon mengangguk.
"Lalu dimana dia sekarang?" tanya Romeo kebingungan, di mana nenek itu, bukannya tadi ada di depan, mengapa sekarang tiba-tiba hilang seperti hantu. Apa jangan-jangan dia memang hantu, otak kecil Romeo mulai bertanya-tanya.
Leon pun baru menyadari.
Kemana?
"Itu!" seru Lily sambil menunjuk si nenek yang tengah menaiki sepeda anak kecil berwarna pink.
"Mom!Honey!" seru Romeo dan Leon bersamaan, saat melihat nenek itu malah senyam-senyum riang gembira sambil mengayuh sepeda mendahului kendaraan mereka.
"Yang benar saja, Mom! Kapan kita sampainya, kalau dia pakai sepeda itu!"
"Oh my God!" Leon menahan sabar.
"Tenanglah, katanya dia dulu mantan pembalap," ucap Lily dengan enteng.
Leon dan Romeo membalas perkataan Lily dengan menarik nafas sedalam-dalamnya.
Dan benar saja, saat diperjalanan nenek itu sangat lah cepat. Hingga bisa mengalahkan pembalap Palemtino Rossi.
Leon dan Romeo tanpa sadar membuka mulut mereka sedikit ketika melihat si nenek di depan bergerak lincah tanpa hambatan sama sekali.
Menempuh kurang lebih sepuluh menit lamanya, mereka telah tiba di tempat tujuan.
"Mom, tempatnya seram!" seru Romeo sambil menempelkan tubuh pada Mommynya.
"Jangan dekat-dekat istriku!" seru Leon dengan menarik Romeo agar menjauh dari Lily.
"Ish, pelit!" Romeo mengerucutkan bibir dengan sangat tajam.
Leon mendengus kesal, sambil menarik pinggang istrinya. Lily hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan suami dan anaknya itu.
"Ini tempatnya Mom, yakin Mom?" tanya Romeo memastikan, pasalnya tempat yang mereka datangi, sangat menyeramkan seperti kastil penyihir.
"Yakin!" seru Lily semangat, dia sangat yakin kali ini kutukan Romeo akan musnah. Sebab temannya mengatakan tempat yang mereka datangi bisa menghilangkan segala kutukan. Dari kutukan dendam Nyi Pelet, Nyi Blorong, sumpah Pocong gondal-gandul, dan masih banyak lagi.
"Di mana nenek pembalap tadi?" tanya Romeo penasaran. Sebab tak melihat keberadaan nenek pembalap tadi yang mendahului mereka masuk ke dalam. Yah, sekarang julukan yang diberikan Romeo pada si nenek gayung, berubah jadi nenek pembalap.
Leon dan Lily meneliti disekitar mereka.
"Tidak tahu, kita masuk saja," ucap Leon sembari menuntun Lily untuk berjalan. Romeo juga mulai mengayunkan kakinya.
"Stop!" Tiba-tiba terdengar suara di speaker menggema di atas.
Romeo, Leon dan Lily reflek menghentikan gerakan tungkai kakinya, sambil mencari dimana asal sumber suara.
"Apa tujuan kalian datang kemari?" tanya orang di dalam speaker, di sisi kanan pintu.
"Kami ingin menghilangkan kutukan yang berada ditubuh anakku!" seru Lily cepat.
"Hmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm!" Orang itu membalas perkataan Lily, dengan berdeham sangat panjang, sepanjang rel kereta api.
Ketiga orang yang masih berada di luar rumah itu nampak berpikir, entah apa yang mereka pikirkan author pun tidak tahu.
"Baiklah, suruh anakmu masuk duluan, kalian mengekorinya dari belakang, setelah masuk belok kanan, lalu belok ke kiri, lurus, ke kanan lagi, lurus lagi, belok kiri, lurus lalu belok ke kanan. Oke. Bye!"
Tut.
Speaker mati.
Otak kecil Romeo berkapasitas 895 KB berusaha mengingat apa yang dikatakan seseorang di balik speaker. Sel-sel kecil Romeo mulai mencari data-data memori jangka pendek di dalam tempurung kepalanya. Namun ternyata, sel-sel kecil Romeo malah sedang asik melihat memori jangka panjang Romeo saat menonton film 21+++. "Mom," panggilnya sambil melirik.
"Hmm," balas Lily dengan dehaman.
"Aku lupa," ucap Romeo sambil menggaruk tenguknya yang tidak gatal.
"Masuk saja dulu!" seru Leon mengetahui kegundahan putranya.
Romeo menurut, melangkah dengan gontai, lalu memutar gagang pintu.
Dan.......
Ternyata hanya ada satu jalan lurus saja, tidak ada belok-belokan yang disebutkan orang tadi.
"Oh my God!" Romeo mendengus kesal sekaligus lega. Dia pun menapaki rumah bin aneh itu, lalu berjalan ke depan tanpa melihat ke atas, karena di atas memang tidak ada apa-apa. Akan tetapi di sisi kanan dan kiri dinding berjejer tempelan poster boyband Korea BTN.
Romeo tak mau menerka-nerka lagi, begitu pula dengan Leon dan Lily.
Tok tok tok.
Romeo mengetuk pintu besar itu.
Ceklek.
"Masuk!" Titah sosok yang mereka kenal.
Romeo, Leon dan Lily mengerutkan dahi.
"Hei, kenapa kalian diam, ayo cepat masuk!"
Ketiganya pun masuk ke dalam ruangan. "Nenek gayung?" cetus Romeo tanpa sadar.
Leon dan Lily melebarkan mata pada Romeo ketika mendengar perkataan anaknya tanpa filter itu. Membuat Romeo tampak salah tingkah.
"Iya, memang benar nama saya nenek gayung!" sahut Nenek yang tadi dikatakan pembalap oleh Romeo.
Mendengar penuturan sosok di depan, Romeo cengcengsan, sementara Leon dan Lily menghela nafas pelan.
"Jadi, anakmu ini yang mempunyai kutukan belalai tunduk Kan?" tanya si nenek gayung sambil memindai tubuh Romeo dari kaki hingga ke anunya. Reflek Romeo menutup belalainya secepat kilat dengan kedua tangannya.
"Iya benar," jawab Lily tersenyum simpul.
"Baik, duduk lah dulu!"
Ketiganya menurut lalu duduk bersila di lantai yang beralaskan permadani berwarna merah, mereka duduk berhadapan dengan nenek gayung.
Wush...
Secara tiba-tiba menyembul bola bening dari balik meja di depan nenek gayung. Asap mengepul seketika di sekitar mereka.
"Ada nenek gayung, sedang ngobatin pasiennya!" sahut nenek gayung tiba-tiba sambil menggerakan tangan di sekitar bola.
Sontak Lily mengerutkan dahi, seperti pernah mendengar kata-kata itu tapi dimana, ia jadi teringat dahulu Mang Bebet yang tinggal di Mansion Marques, pernah memutar lagu di radio.
Lain halnya dengan Romeo dan Leon mereka mode siaga. Ketika mendengar kata "Ngobatin pasiennya."
"Konon katanya, kutukan belalai tunduk akan musnah jika Romeo menikah dengan wanita bertanda kupu-kupu di belakang leher." Nenek gayung melototi Romeo.
"Iy-a nek." Romeo tergagap.
Duh gimana ni, semoga aja si nenek ngak tahu soal Juliet.
"Belum ketemu kan?" cetus nenek gayung sambil tersenyum sumringah.
Romeo mengangguk.
"Hmmm, karena susah untuk ketemu."
Ah syukurlah, berarti si nenek gayung nggak tahu.
"Maka dari itu, setiap malam jumat tepat pukul 12 malam kau hanya perlu menyentil belalaimu sebanyak 12 kali. Selama dalam waktu 1 bulan, maka belalaimu akan tegak!"
Setelah mendengar perkataan nenek gayung, Romeo mengedipkan matanya seperti lampu disko, syok, dan tak mampu berkata apa-apa lagi.
Sedangkan Leon dan Lily tersenyum simpul sambil mangut-mangut.
Nenek gayung pun juga ikut tersenyum gembira, karena sebentar lagi akan mendapatkan uang yang sangat banyak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Shiro Yuki
ga ilang soalnya yg punya tanda kupu-kupu udah ketemu
2022-12-28
0
Bella Gareta
dukun abal abal.ahha
2022-07-26
2
Syafitri kurniasih
Ya ampun belalainya kocak banget sampai harus di sentil 12 kali🤣🤣🤣🤣 tabibnya nenek gayung lagi🤭🤭
2022-07-06
2