Malam hari.
Apartment Romeo.
"Hiro, mainan mana yang mau kau bawa?" tanya Romeo kepada Hiro untuk ketiga kalinya. Sedari tadi ia tak menyalak ataupun bertingkah seperti biasa, diam seribu bahasa, entah apa yang membuat anjing itu mendiamkan Romeo.
"Hei, kau dengar tidak!?" Romeo melototkan mata, menahan sabar sebab anjing itu membelakangi dirinya dan hanya menampakkan bokong mungilnya.
Hiro tetap tak bergerak, duduk di lantai sambil menghadap jendela kamar Romeo. Ia mengangkat wajah angkuhnya.
"Hiroooooo! Aku hitung sampai tiga, kalau kau tak menunjuk mainanmu, aku tidak akan membawamu ke tempat Mommy Lily!" hardik Romeo tegas.
Ketika mendengar sebuah nama yang ia rindukan, Hiro mengangkat bokong, lalu membalikkan badan. Dengan cepat berjalan menuju Romeo, mendongakkan kepala ke atas, menatap tajam dan dingin.
Sedangkan Romeo mengerutkan dahi dengan tatapan yang diberikan Hiro padanya.
Kenapa dengan anjing ini? Semenjak bertemu dengan Juliet tadi pagi, dia bersikap aneh. Jangan-jangan Juliet mengunakan sih-ir mengutuk Hiro untuk membenciku! Batin Romeo melihat pancaran mata Hiro seakan membencinya.
Keduanya menatap satu sama lain dengan raut wajah yang berbeda.
Tiba-tiba Hiro memutus kontak mata, lalu menendang Rubber Ball Paw (bola kecil) berwarna biru, yang menandakan mainan itu lah yang ia inginkan. Setelah itu, dia memalingkan muka, kembali ke posisi semula.
Romeo melongo, bibirnya komat-kamit seperti dukun.
An-jing lucknut! Umpat Romeo dalam hati sembari menghela nafas.
"Besok, kita bangun subuh. Dengar!" Romeo telah selesai memasukkan pakaian ke dalam koper, begitu pula mainan Hiro sudah ia masukan.
Hiro enggan menyahut, malah menutup kelopak mata, memasuki ruang mimpi.
Sementara itu, Romeo membuang nafas melihat gelagat Hiro.
Romeo berencana untuk kembali ke Jakarta tanpa memberitahu kedua orangtuanya. Ia sengaja ingin memberikan kejutan. Sebenarnya Romeo sangat tidak mampu berjauhan dengan Daddy dan Mommynya. Dia sangat menyayangi kedua orangtuanya itu, terkadang dia merindukan suara omelan Mommynya di pagi hari.
Seandainya saja kedua kakaknya tidak menjahilinya, mungkin saat ini, Romeo akan berkumpul bersama kedua orangtuanya di sana. Hampir setiap malam ia memandangi foto keluarga di ponselnya, melepas rindu dengan sebuah foto.
Seperti yang Romeo lakukan sekarang, dia mengusap pelan layar ponsel, melihat foto masa kecilnya. Ia mengulum senyum ketika memandangi, foto Daddy dan Mommynya menggendong dirinya ketika masih bayi, puas menatap ponselnya, ia meletakkan benda pipih itu di atas nakas. Lalu melirik sekilas pada Hiro yang berada di bawah ranjang. Matanya terasa amat berat, dan perlahan mulai mengatup.
***
Kediaman Andersean.
"Mommyyyy!" teriak Romeo sambil berjalan cepat masuk ke dalam mansion. Hiro pun mengekorinya dari belakang.
Romeo dan Hiro baru saja tiba setelah menempuh perjalanan udara selama beberapa jam dari Kota xxx.
"Mom, Dad!"
Romeo menelisik kedua orangtuanya di ruang keluarga. Biasanya di hari minggu Daddy dan Mommynya akan bersantai di depan televisi, sembari bercengkrama ria. Akan tetapi, hari ini mansion tampak sepi.
Kemana mereka? tanya Romeo dalam hati.
"Guk, guk, guk!" Hiro juga ikut menyalak seakan memanggil pemilik mansion. Ekornya mengibas-ibas ke kanan dan ke kiri. Ia berlari ke sana kemari, lalu melompat ke atas sofa, duduk diam sambil menjulurkan lidah.
Romeo menghela nafas. Saat tak melihat keberadaan kedua orangtuanya.
"Mungkin, mereka sedang ada urusan," gumam Romeo pelan sambil menghempas bokong di sofa. Ia melirik Hiro, sedari tadi melihat ke depan, menatap foto keluarga Romeo, yang menempel di dinding atas, dan arah mata Hiro tertuju pada Darla dan Lunna.
"Kau merindukan Kak Darla dan Kak Lunna ya?" Romeo mengulum senyum. Seakan dapat membaca isi otak kecil Hiro.
"Guk, guk!" Hiro membalas perkataan Romeo dengan mengonggong.
"Aku juga merindukan mereka," desis Romeo pelan.
Suara deruan mobil mengusik interaksi Romeo dan Hiro. Keduanya menoleh ke ambang pintu, hendak melihat siapa yang datang.
"Kai, Kei!" Romeo terkejut dengan kehadiran si Kembar, di mansion. "Kenapa kalian ada di sini?" tanya Romeo mendengus sebal.
"Memangnya tidak boleh?"
Keduanya serempak balik bertanya, lalu duduk di sofa empuk sambil menyilangkan kaki.
"Tentu saja tidak boleh!" seru Romeo ketus.
"Aunty saja tidak melarang kami ke sini!" protes Kei, membuat Romeo mendelikkan mata.
Romeo mengalihkan pandangan pada Kai. "Mengapa kau bisa ada di sini, Kai? Dasar teman lucknut!"
Kai terkekeh pelan mendengar umpatan Romeo.
"Cih!" Romeo berdecih kesal.
"Wow, belalai tunduk sudah datang!" seru Samuel dari belakang, seketika tiga orang yang duduk di sofa menggerakkan kepala ke sumber suara. Lain halnya dengan Hiro, ia segera berlari ke arah Samuel, begitu mendengar suara yang sangat ia rindukan.
"Guk, guk, guk, guk!"
Hiro menggulingkan badan dibawah kaki Samuel, mencari perhatian.
Samuel tertawa pelan. "Kau merindukanku ya?"
Hiro menyalak lagi sebanyak dua kali, menyetujui perkataan Samuel.
"Bagaimana keadaan otongmu?" tanya Samuel melirik ke bawah perut Romeo seraya menjatuhkan bok-ong di sofa.
"Baik-baik saja!" Romeo berkata dengan nada ketus dan malas. Tidak bisa kah pertanyaan lain yang dilontarkan padanya. Apa saja, selain belalainya, pikir Romeo.
"Yakin?" tanya Samuel dengan tatapan mengejek.
Samuel teramat senang menjahili adik bungsunya, sedari dulu hobi Samuel adalah mengusili sanak saudaranya. Ia jadi teringat dengan Darla dan Lunna, dahulu selalu dikerjainya, kini adik dan sepupunya berada di Los Angeles, maka dari itu, sekarang giliran Romeo yang akan diusilinya, mengingat Romeo akan mengenyam pendidikan di Jakarta.
"Yakin!" jawab Romeo berapi-api, menatap jengah, sembari mencebikkan bibir.
Samuel mengalihkan pandangan pada Kai. "Kai, apakah benar belalai Romeo baik-baik saja?" tanya Samuel penasaran.
"Tidak, Kak. Kemarin belalai Romeo di tendang sama seorang perempuan Kak sepertinya semakin layu!" sahut Kai cepat tanpa jeda, membuat Romeo terperangah.
Samuel mode jahil. "Benarkah? Cepat buka celanamu, biar aku periksa?" Samuel hendak menghampiri Romeo.
Romeo melototkan mata mendengarkan perkataan Samuel, dengan sigap ia bangkit berdiri, dan berlari dari serangan Kakaknya. "Kau gila Kak! Otongku baik-baik saja!" teriak Romeo, sekarang ia berada di dekat tangga ruang keluarga.
Samuel menyeringai tipis melihat kelincahan adiknya berlari. Lalu ia melirik ke arah Kai dan Kei, memberikan kode morse, yang hanya dapat dimengerti oleh mereka. Sedangkan Hiro hanya duduk diam memperhatikan gelagat mereka, akan tetapi dia cukup paham dengan gestur tubuh Samuel.
Sepersekian detik.
"Kepung dia di sana, Kai, Kei !" perintah Samuel pada duo kembar, sambil berlari ke arah Romeo, keduanya pun menurut.
Secepat kilat Romeo juga berlari, menjauhi kejaran mereka. Ia menuju kolam renang di ruang tengah.
"Bahhh!" sentak Kai dihadapan Romeo, membuat Romeo terlonjak kaget. Secepat kilat, Kai menarik tangan kiri Romeo, sedangkan Kei menarik tangan kanannya.
Lalu Samuel menarik kaki Romeo dari bawah.
"Lepaskan aku!!" pekik Romeo membuat asisten rumah di mansion berhamburan keluar saat mendengar suara keributan, mereka membuang nafas melihat pemandangan di depan. Lalu kembali ke tempat semula.
"Lepaskan aku! Kakak lucknut, teman lucknutttt!!" teriak Romeo memberontak sekarang tubuhnya di angkat oleh ketiganya.
Samuel mengangkat kedua kakinya, sementara Kai dan Kei memegang tangan kanan dan kiri Romeo.
"Ayo kita periksa belalainya, jangan-jangan masih layu!" seru Samuel.
Kai dan Kei mengangguk patuh sambil terkikik.
"Buka celananya!"
"Jangannnn!" teriak Romeo menggerakan badan dengan kuat sehingga membuatnya terlepas dari cengkraman ketiganya. Sejenak Romeo mengaduh kesakitan, lalu hendak berdiri namun Samuel menarik celananya secepat kilat.
Posisi badan Romeo sekarang tertelungkup di lantai. "Woiiiii, tolong aku! Somebody! Nine one one (911)!!" teriak Romeo sembari mendorong kaki, sedari tadi Samuel menarik paksa celananya.
Sedangkan Kai dan Kei terkekeh, menonton pertunjukkan layar tan-cap gratis dihadapan mereka.
Hiro juga menyalak terus sedari tadi, seakan menikmati Romeo yang dikerjai Samuel. "Gukk, gukk,gukkkk!"
"Apa yang kalian lakukan?" tanya seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan, mengusik interaksi keempat pria tersebut.
Lantas mereka pun menolehkan mata ke sumber suara.
"Mommy!" Romeo memohon bantuan pada Mommynya.
"Samuel lepaskan adikmu!" perintah Lily pada Samuel.
Samuel terpaksa menghentikan gerakan tangannya. Setidaknya ia merasa puas telah menjahili Romeo
Romeo segera bangkit berdiri, namun tiba-tiba.
Srotttt.......
Celananya melorot hingga menampakkan boxer berwarna pink bermotif Hello Kitty.
"Romeo, pakai celanamu!" Kali ini Daddynya yang membuka suara seraya menutup kedua mata Lily.
Romeo dengan cepat menarik celananya ke atas sambil menatap tajam, Samuel, Kai dan Kei secara bergantian.
Leon menggelengkan kepala melihat kelakuan anak-anaknya.
Sementara itu, Samuel, Kai dan Kei, menahan tawanya.
...Penampakan boxer Romeo....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
TamNa
hahahaha sangat lucu sekali guy's,seandainya ceritanya didunia nyata udah sakit perut aku nahan ketawa mungkin 😂😂😂😂
2022-10-24
1
Bella Gareta
jahilnya parah
2022-07-26
1
tria sulistia
astaga. ini mah yang sering dipake keponakan aku 🤣🤣
2022-07-05
2