Flashback on.
Romeo mengerutkan dahi saat merasakan sesuatu yang aneh menyentuh kulitnya, ia membuka cepat matanya lalu menoleh ke bawah.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!" teriaknya sembari melempar kulit pisang ke sembarang arah. Ia bergedik ngeri dengan benda berwarna kuning itu, yang merupakan fobianya.
Secepat kilat kedua matanya melihat dua iblis di depan, menatap penuh arti. Siapa lagi kalau bukan Duo Jablay, Nickolas dan Samuel.
"Mommyyyyyyyyyyyyyyyyy!" Nafas Romeo memburu. Kedua matanya berkilat menyala. "Aku kutuk kalian menjadi pisanggggg!!" teriaknya sambil memasang kuda-kuda.
Nickolas dan Samuel tersenyum licik, saat melihat raut wajah adiknya. Di pengelihatan mereka Romeo hanya lah rubah kecil, seperti di film Dora the Explore. Keduanya saling bersitatap. Lalu segera menarik tangan Romeo dalam satu kali hentakan dan sekarang Romeo di cekik dari belakang oleh Samuel. Sementara Nickolas menggelitik badan adiknya sembari tertawa keras.
"Cukuppppppppppp!" raung Romeo pilu.
Flashback Off.
Keesokan harinya.
"Nick, Sam. Di mana adik kalian?" tanya Lily sambil menaruh selai di lembaran roti tawar. Saat ini, ia tengah membuatkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya.
"Mungkin masih di kamar, Mom," jawab Samuel hendak menyambar smoothies sayur.
Lily menyentuh punggung tanggan Samuel dengan cepat."Sam, itu punya adikmu!" serunya sembari melototkan mata.
Bibir Samuel mengerucut dengan sangat tajam. "Aishh, aku mau minta sedikit saja, Mom!"
"Mommy sudah menyiapkan ini untukmu," ucap Lily sembari meletakkan segelas jus buah dihadapan Samuel.
Samuel menghela nafas, lalu mengambil jus tersebut dan meneguk perlahan minuman sehat itu.
Begitu pula dengan Nickolas.
"Kalian tadi malam mengganggu Romeo, Kan?" tanya Leon tiba-tiba, sedari tadi melihat interaksi istri dan kedua anaknya.
"Tidak, Dad. Kami hanya bermain," kilah Nickolas mengunyah pelan roti.
Leon menghela nafas, lalu melirik pada istrinya. Meminta istrinya untuk berbicara, karena dia sudah bosan menasehati kedua anaknya itu.
Lily paham betul dengan tatapan Leon. "Kalian pikir Mommy dan Daddy tuli! Bisa kah kalian berhenti menganggunya. Cepat lah move on dan segera lah menikah, agar kalian ada teman bermain!" Lily melipat tangan dada sembari menatap tajam Nickolas dan Samuel secara bergantian.
Membuat keduanya memutar bola mata dengan malas.
"Mom!" Romeo memanggil dari belakang. Kedua matanya langsung menatap dingin Duo Jablay yang sedang duduk tenang, seraya tersenyum licik.
Dahi Lily berkerut melihat penampilan anaknya yang aneh. Romeo mengenakan stelan training, tapi di bawah, ia memakai luaran yang berbentuk segitiga, berbahan besi dan disampingnya ada gembok kecil. "Romeo, apa yang kau pakai?" tanya Lily penasaran.
"Ini adalah alat pelindung tongkatku Mom!" seru Romeo sambil menjatuhkan bokong di kursi. Kedua netra coklat pekat itu, melebar dengan sempurna menatap tajam pada Nickolas dan Samuel, yang berada dihadapannya.
"Pelindung tongkat?" tanya Leon dan Lily serempak, keduanya nampak kebingungan sebab bentuknya terlihat aneh bagi mereka.
"Pelindung belalainya, maksudnya Dad, Mom!" seru Samuel tersenyum picik.
"Memangnya kenapa dengan belalaimu?" tanya Lily cemas.
"Itu semua gara-gara mereka, Mom! Belalaiku, harus aku amankan!" sahut Romeo berapi-api seraya menunjuk Nickolas dan Samuel secara bergantian. Membuat kedua kakaknya terkikik senang.
Akhirnya Leon dan Lily baru menyadari apa yang membuat Romeo memakai kostum aneh bin ajaib itu. Keduanya menggeleng-gelengkan kepala sedikit, lalu menghela nafas.
Sementara itu, Romeo mendengus kesal sembari menyambar roti di atas piring lalu memakannya dengan secepat kilat, tanpa melepaskan pandangan mata yang tertuju pada kedua kakaknya.
"Mom, Kak Ken masih lama di San Fransisco?" tanya Romeo tiba-tiba setelah selesai meneguk smoothies sayur. Ia teramat merindukan kakak pertamanya itu, seandainya Kendrick berada di sini, pasti ada yang melindunginya, akan tetapi karena kesibukan Kendrick dengan pekerjaan, Kendrick jarang sekali berada di rumah. Ia selalu berada di luar negeri.
"Masih lama," ucap Lily singkat.
Seketika wajah Romeo nampak suram.
Mau tidak mau aku harus keluar dari mansion, bisa stres aku. Lebih baik aku tinggal di apartment kak Kendrick saja!
"Rom!" Lily membuyarkan lamunan Romeo, pasalnya sedari tadi dia menunggu respon anaknya, mengenai ucapannya. Dia yakin sekali, jika Romeo tengah merindukan Kendrick.
Romeo segera tersadar. "Dad, Mom, ada yang ingin aku bicarakan nanti," ucap Romeo sambil menyeka bibir dengan tisu.
Leon dan Lily menatap satu sama lain, saat melihat ekspresi wajah Romeo terlihat serius.
"Oke," ucap Leon datar.
Sementara Lily hanya mengangguk.
Lain halnya dengan Nickolas dan Samuel mereka mengerutkan dahi.
***
Ruang Keluarga Andersean.
"Daddy, Mommy! Aku ingin pindah!" seru Romeo sambil berkacak pinggang. Dia masih memakai benda aneh di bawah perutnya. Romeo tengah berdiri tegap di hadapan kedua orangtuanya dan kedua kakaknya, yang sebenarnya tidak dia inginkan kehadiran duo jablay itu. Namun entah mengapa, selalu saja ingin ikut campur.
"Pindah planet?" Nickolas melipat kedua tangan di dada.
"Diam kau!" hardik Romeo tegas sambil melototkan mata.
"Nick!" Lily menatap tajam pada putra keduanya. Membuat Nickolas terkekeh kecil.
"Mau pindah kemana Romeo? Bicara lah yang jelas, jangan setengah-setengah!" Leon mulai bereaksi melihat anaknya menahan geram dan sebal pada kedua kakaknya.
"Aku mau pindah ke apartment Kak Kendrick, Dad, Mom! Please!" pinta Romeo memohon, matanya memelas seperti kucing.
"Untuk apa pindah, di sini kan sudah ada rumah!" sahut Samuel menimpali, sedari tadi dia melihat gestur tubuh adiknya itu. Dia tak terima sebab hobinya tidak akan tersalurkan.
"Suka-suka aku!" balas Romeo sebal.
"Sudah, sudah kalian ini, kalian membuat Mommy pusing!" Lily hendak melerai agar tidak terjadi drama lagi. "Nak, untuk apa pindah di sini saja ya," ucap Lily menatap sendu seraya beranjak dari tempat duduk dan menghampiri Romeo.
"No, Mom. Aku tidak sanggup berada di sini, Mom. Aku mau kuliah sebentar lagi, nanti aku bisa stres, Mom. Please!" Romeo mengatup kedua tangan di dada.
"Nak, di sini saja ya," pinta Lily sambil mengelus pipi Romeo. Ia tak mau berjauhan kembali dengan anaknya.
Romeo menggeleng cepat. Kemudian mengalihkan pandangan pada Leon. "Daddy, please, aku janji akan melakukan sentil-menyentil belalai di malam jumat, dan masuk jurusan kedokteran!" pintanya memohon. Yaps, memang benar Leon memintanya untuk masuk jurusan kedokteran, sebenarnya ia ingin masuk jurusan akuntansi. Namun Leon mau salah satu putranya menjadi Dokter.
Leon menarik nafas panjang, saat mendengar permintaan Romeo, ia nampak tengah berpikir. "Baik lah!"
"Yesssss!" seru Romeo mengepalkan kedua tangan ke atas.
"Honeyyy!" seru Lily melangkah menghampiri Leon. Kedua matanya melebar.
"Yahhh!" seru Nickolas dan Samuel bersamaan sebab tak dapat lagi menyalurkan hobinya, sedari tadi mereka harap-harap cemas dengan jawaban dari Daddynya. Pupus sudah angan untuk menjahili Romeo kembali.
"Kenapa kau menuruti permintaannya?" protes Lily kesal. Ia kecewa dengan keputusan sepihak yang di ambil Leon.
"Jangan cemberut. Biarkan dia mandiri, kita lihat apa benar dia bisa menepati janjinya itu," Leon berkata tegas, membuat Lily hanya bisa menghela nafas pelan.
"Terimakasih Daddy, aku akan melakukan ritual konyol itu, hehe tenang saja," cetus Romeo seraya tersenyum mengejek pada kedua kakaknya. Yang terlihat hanya bisa mendelikkan mata.
***
Lexus Apartment.
Tampak sebuah mobil mewah berhenti tepat di pelataran bangunan yang menjulang tinggi dan megah tersebut.
Seorang pemuda tampan menyembul keluar dari kendaraan, diikuti seekor anjing berbulu lebat mengekori dirinya. Siapa lagi kalau bukan Romeo, setelah berhasil membujuk dan merayu kedua orangtuanya, ia segera pindah ke apartment Kakaknya. Namun dengan dua syarat dia harus melakukan ritual sentil-menyentil belalainya, agar kutukan dapat musnah dan kuliah di jurusan Kedokteran.
"Wow, apartment Kak Ken, pasti keren!" seru Romeo sembari menarik koper, ia tertegun sejenak dengan gedung di depan yang nampak besar. "Ayo, Hiro!"
Keduanya pun berjalan, memasuki apartment. Beberapa pasang mata melihat Romeo dan Hiro sejenak, mereka terpana dengan paras pemuda itu.
Romeo berjalan cepat memasuki lift. Ia menekan tombol 22.
Ting.
Pintu lift terbuka.
"Ayo, Hiro!" ajaknya penuh semangat. Hiro pun menurut.
"Akhirnya aku bebas," gumam Romeo pelan dengan wajah yang berbinar.
Pintu lift pun terbuka.
Deg.
Kedua mata Romeo terbelalak, melihat sosok yang sangat ia hindari.
Begitu pula dengan sosok di luar lift, ia terkesiap melihat seorang pemuda yang merupakan musuhnya.
"Kauuu!!" serunya serempak, seraya saling mendekat.
Kini, Romeo telah berada di luar lift, menatap tajam pada seorang gadis tanpa mengatakan satu patah kata.
Aduh, bisa gawat nih, kalau sampai Mommy ketemu Juliet. Kenapa dia bisa ada di sini sih!
Yaps, sosok itu adalah Juliet. Musuhnya.
"Kenapa kau ada di sini ha?!" tanya Romeo menatap dingin, menghunus ke iris mata Juliet.
"Memangnya kenapa ada larangan aku ke sini?" Juliet menaikkan sebelah alis matanya.
Romeo tersenyum sinis. "Oh aku tahu pasti kau di sini bersama sugar Daddymu kan?!"
Mendengar perkataan Romeo, kedua tangan terkepal kuat, menahan sabar.
"Berapa bayaranmu, ha?" tanya Romeo saat melihat Juliet tersulut emosi.
"Cihh, iya aku bersama sugar Daddyku! Meski kau membayar ku dengan harga yang sangat mahal sekali pun!1 M, 2 M atau 1 triliyun! Aku tidak akan sudi tubuhku, di sentuh olehmu! Aku membencimu, Romeo! Sangat membencimu!" seru Juliet dengan nafas yang memburu.
"Ckkkk, aku lebih membencimu! Pergi saja sana kau ke planet pluto ha?! Jangan pernah memperlihatkan muka jelekmu itu di hadapanku." Romeo menatap tajam dan dingin.
"Kau juga jelek!" seru Juliet tak mau kalah.
"Kau lebih jelekkkk!!"
"Kau sangat, sangat jelek!"
"Kau lebih lebih, lebih jelek!!"
"Guk, guk, guk!" Hiro menyalak, seakan melerai pertikaian Romeo dan Juliet.
Romeo segera memutus pandangan mata, lalu beralih melihat Hiro. "Ayo, Hiro!" Romeo melengos pergi meninggalkan Juliet yang masih naik pitam dengan perkataannya barusan. Hiro pun menurut seraya sesekali menengok ke belakang, menatap penuh arti pada Juliet.
"Kurang ajar kau, Romeo! Kenapa aku selalu bertemu dengannya!" Juliet tersulut emosi akan tuduhan yang dilayangkan Romeo padanya, yang mengatakan dia menjajakan tubuhnya dengan sugar daddy.
***
"Arghh, kacau-kacau! Bagaimana ini, semoga saja besok dia sudah pergi dari sini! Dia pasti hanya liburan bersama sugar daddynya, iya. Dia liburan!"
Romeo mengacak-acak rambut. Kini ia dan Hiro berada di dalam apartment kakaknya.
"Damn!" umpat Romeo seraya menghempas tubuhnya di atas kasur. "Tenang lah, Romeo!" Ia menarik nafas dalam sambil melihat ke atas langit-langit. Sel-sel kecil Romeo tengah berpikir.
Seketika kedua matanya melebar. "Cireng," desisnya pelan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Bella Gareta
jodoh gak kemana
2022-07-30
1
tria sulistia
pake gembok wkwkwk
2022-07-10
2