Waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Sebagian manusia sudah tertidur pulas, memasuki ruang mimpi. Ada yang bermimpi menjadi kaya seperti sultan Lali Ahmad, ada yang bermimpi pula menikah di tahun depan, walaupun jodoh tak nampak di pelupuk mata. Begitulah dunia mimpi bagaikan dunia fatamorgana.
Namun, di sudut-sudut kota...
Club Al Sheera.
Terdengar dentuman musik DJ mengalun-alun di sebuah tempat besar dan megah. Suara hentakan kaki pun berirama dengan bunyi melodi musik. Gemerlap lampu kerlap-kerlip memenuhi seisi ruangan.
Suara hingar bingar manusia bersahut-sahut satu sama lain, mereka bersorak ria tanpa mengenal waktu. Ini lah dunia malam, dunia hitam. Dunianya para pria dan wanita yang memiliki kebebasan tanpa batas.
Lantai dua, bilik 001.
Seorang wanita menari-nari di atas tubuh seorang pria. Ia duduk tepat di atas perut pria itu. Rambut panjangnya yang menjuntai ke belakang bergerak naik dan turun secara bersamaan. Lain halnya dengan pria di bawah ia terdiam hanya terdengar suara dengkuran halus dari hidungnya.
Tiba-tiba tubuh wanita itu bergetar hebat, ia menahan tubuhnya dengan menekan dada pria itu.
"A h h!" pekik wanita itu dilanda nikmat.
Ia menghela nafas kasar sembari mengangkat bokongnya.
"Besar sekali otongnya," desisnya pelan.
Lalu dia mengambil bathrobe yang tergeletak di lantai, secepat kilat memakainya. Ia berjalan menuju nakas, menyambar ponselnya.
"Hei masuk lah!" serunya pada seseorang di ujung sana.
Ceklek.
Pintu terbuka.
"Hai Jul! Aku sudah selesai, berbaring lah di samping pria itu!" perintah Messa melirik sekilas pada pria yang tergolek tak berdaya di atas kasur.
Juliet mengangguk sembari melepaskan kain yang melekat ditubuhnya satu-persatu.
"Tubuhmu bagus, Jul. Nanti pasti suamimu akan terpana dengan kemolekan tubuhmu," ucap Messa pelan saat tak lagi melihat selembar kain yang menempel di tubuh Juliet.
"Mereka pasti akan lari duluan Kak, setelah mengetahui aku adalah wanita malam," ucap Juliet menghela nafas.
"Jul, kau akan menemukan seorang pria yang mencintaimu tanpa melihat penampilan dan perkerjaanmu, karena kau masih segel jadi nanti kalau esek esek, dia yang terkejut dan kebingungan," ucap Messa sambil terkekeh kecil.
"Kak, sebagian orang hanya melihat tampilan luarnya saja, jadi...."
Seketika bibirnya kelu, perkataan Juliet menggantung di udara.
"Jul, apakah kau menyesal?" tanya Messa menatap sendu.
"Tidak kak. Aku tidak menyesal justru aku sangat berterimakasih kepada kakak. Kalau bukan karena kakak, aku akan makan apa? Pakai baju apa? Lalu karena kakak juga Gabriel masih hidup sampai sekarang," ucap Juliet sambil menunduk, kala mengingat seseorang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Gabriel adik angkatnya yang sudah dia anggap sebagai adik kandung.
Messa mendekati Juliet, tangan kanannya mengangkat dagu gadis itu. "Jul, percaya lah, Gabriel akan sembuh!" Selama ini Messa paham akan kegundahan hati Juliet.
Pemilik bola mata legam itu menyiratkan makna penuh harap saat mendengar penuturan Messa.
"Bagaimana keadaan Gabriel? Dia baik-baik saja kan?" tanya Messa antusias.
"Baik-baik saja kak," jawab Juliet cepat.
"Aku senang mendengarnya, jadi kau akan kuliah di mana Jul?" Messa menyambar sepuntung rokok di atas nakas.
"Aku masih bingung Kak, mau lanjut atau tidak, sebenarnya kepala sekolah merekomendasi kan padaku untuk kuliah di Jakarta, Kak." Juliet menarik nafas panjang.
"Lalu?" tanya Messa dengan menghembuskan asap ke udara.
Juliet tergugu, ia enggan melanjutkan. Juliet tengah berpikir. Kedua bolanya bergerak tak tentu arah.
"Jul! Selagi ada kesempatan pergunakan lah dengan baik, kau masih muda, kau pintar, kau cantik, kau manis. Kejar lah cita-citamu! Jangan sia-sia kan hidup ini, jangan seperti diriku!" Messa mengigit bibir bawah, menahan sesuatu yang ingin keluar dari balik bola matanya.
"Kak!" Juliet hendak memeluk namun Messa mundur satu langkah.
"Sudah, berbaringlah di sana! Nanti pria itu akan terbangun, obat tidurnya tidak lama berkerjanya," pungkas Messa berjalan cepat menuju pintu kamar.
Juliet terdiam sejenak, menatap punggung Messa yang menghilang di balik pintu. Lalu dia mengalihkan pandangan pada sosok pria asing di atas tempat tidur.
Secepat kilat, Juliet mengambil selimut menutupi tubuhnya, kemudian merebahkan diri dengan perlahan di atas kasur. Juliet menatap langit-langit kamar. Sekelebat memori perjumpaan Messa dan dirinya muncul.
Dahulu, dia hanya lah seorang anak malang yang kabur dari panti asuhan bersama Gabriel kecil, karena empunya panti melakukan kekerasan pada teman-teman dan dirinya. Dia amat tak sanggup, saat mendengar suara rintihan kesakitan menggema di ruangan penuh sesak itu. Jadi, Juliet nekad kabur bersama Gabriel tanpa membawa apa pun.
Malam itu, adalah malam yang sangat dingin, seakan menusuk kulit tipis Juliet dan Gabriel. Mereka berjalan tertatih-tatih di sepanjang trotoar sambil menahan rasa lapar yang mendera.
Juliet dan Gabriel mengais makanan di tempat sampah, mereka menyantap makanan sisa sambil menitihkan air mata. Keduanya tersenyum getir saat mengunyah dan meresapi tiap gigitan makanan yang masuk ke dalam rongga kerongkongan.
"Hei!" seru Messa kala itu. "Kalian makan apa? Itu basi tahu! Jorok! Ayo ke sini, Kakak ada roti," ucap Messa menyodorkan dua roti coklat besar berbentuk bulat.
Begitu lah awal mula pertemuan Juliet dengan Messa, wanita cantik berhati malaikat. Messa membawa Juliet dan Gabriel ke rumahnya, memberinya makan, memberinya tempat tinggal, dan memberinya kasih sayang.
Juliet menganggap Messa adalah kakaknya, mereka berbagi suka dan duka, hingga Juliet mengetahui segala seluk beluk kehidupan Messa. Lambat laun Juliet dan Gabriel pun beranjak remaja.
Hingga suatu hari, Gabriel pingsan dan tidak sadarkan diri. Messa dan Juliet pun membawanya ke rumah sakit. Bagai di sambar petir, Gabriel didiagnosa penyakit gagal ginjal. Jadi, Gabriel harus menjalani proses dialisis (cuci darah) dan dilakukan 2-3 kali dalam seminggu sekali. Biaya pengobatan Gabriel sangat lah besar bagi Juliet dan Messa.
"Kak, aku mau menjadi wanita malam! Kakak tahu sendiri biaya pengobatan Gabriel sangat mahal, aku tidak mau hanya berpangku tangan pada kakak. Gabriel tanggung jawabku kak."
"Jangan gila, Jul! Perkerjaan ini beresiko, aku menjadi wanita malam karena aku hiperse-ks. Kau tahu sendiri bukan, aku mempunyai trauma di masa lalu, obsesiku terhadap sek-s berlebihan. Aku tidak mampu mengontrolnya. Jadi jangan! Aku bisa membayar pengobatan Gabriel. Lebih baik kau mencari perkerjaan."
"Kak, aku sudah berusaha memasukkan lowongan kerja, tapi sampai sekarang tidak ada panggilan. Minggu depan jadwal cuci darah Gabriel, aku tahu kakak juga kekurangan uang sekarang. Aku mohon kak, ini demi Gabriel."
Juliet mengatupkan kedua tangan, matanya berkaca-kaca, memohon pada Messa.
Akhirnya, Messa terpaksa mengiyakan permintaan Juliet namun jauh di lubuk hatinya ia teramat sedih sebab karena dirinya Juliet akan hancur.
Akan tetapi, malam pertama Juliet berkerja, Messa mendobrak pintu dan menghantam kepala pria yang hendak menyentuh tubuh Juliet dari belakang. Hingga keesokan harinya, pria itu merasa servis Juliet terbaik. Padahal Messa lah yang memuaskan hasratnya melalui pria itu.
Tersebarlah kabar burung di telinga para pria bahwa Juliet memberikan pelayanan terbaik. Sudah kepalang basah, Juliet pun disukai banyak pencari nafsu di Club, mereka sanggup membayar mahal demi memuaskan gairah mereka. Lalu tercetus lah sebuah ide gila dari otak Messa untuk menyelamatkan Juliet.
Setiap malam jika ada seorang pria yang membayar jasa Juliet, Messa lah yang akan menggantikannya tanpa sepengetahuan pria tersebut.
Keduanya berkerjasama, Juliet akan memberikan minuman yang sudah di beri obat tidur pada si pria hingga ia terkapar tak berdaya, dan membiarkan Messa untuk melakukan tugasnya. Setelah selesai, Messa menyuruh Juliet untuk masuk ke dalam ruangan, lalu Juliet akan merebahkan tubuh bulatnya di samping pria itu, seolah-olah Juliet lah yang berhubungan badan.
Padahal kenyataannya bukan dia.
Tanpa terasa kedua mata Juliet menutup perlahan saat mengingat rentetan kejadian diingatannya. Ia pun mulai memasuki ruang mimpi.
***
Drtt.
Suara getaran di atas nakas mengusik tidur Juliet. Ia melenguh sejenak dan membuka perlahan kelopak mata.
Secepat kilat Juliet menyambar ponsel di atas nakas.
"Halo."
"Apakah benar ini bersama keluarga Gabriel?"
"Iya benar, saya sendiri."
"........................."
Deg.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Bella Gareta
kasihan kawan juliet
2022-07-17
1
tria sulistia
ternyata juliet masih tersegel
2022-07-04
1