"Kenapa kau ada di sini ha?!" tanya Romeo pada sosok di depan yang juga terkejut, dan menahan sebal.
Sosok itu tak membalas, dia bangkit berdiri tertatih-tatih sembari merapikan pakaian.
"Ireng! Juliet! Kau dengar aku tidak?!"
Yah, sosok itu adalah Juliet, entah mengapa mendengar panggilan itu, membuat Juliet semakin geram dan membenci. Ia meringis kesakitan sebab tempurung lututnya tergores saat ia terjatuh barusan. Juliet pun enggan menyahut.
Mengapa selalu ada makhluk jadi-jadian ini di sekitarku!
"Kau tuli atau apa ha?!" Romeo bertanya kembali, melihat Juliet tak merespon dirinya.
"Cih! Apa urusanmu! Memangnya ini kampusmu?!" balas Juliet, sembari menahan rasa perih yang mendera di bawah sana.
"Jangan bilang kau kuliah di sini!?" tanya Romeo berapi-api.
Kemarin, Romeo berharap Juliet hanya liburan bersama sugar daddynya di Jakarta, namun harapan itu pupus seketika. Beruntung kedua orangtuanya saat ini berada di luar negeri. Akan tetapi, ada Kai dan Kei menjadi CCTV berjalan milik Mommynya, yang akan bisa saja mengetahui tanda di belakang leher Juliet. Ia semakin gusar dan naik pitam sebab Juliet berbohong padanya. Romeo segera mencengkram kuat pergelangan tangan kanan Juliet.
"Awh, sakit!" Juliet berusaha memberontak mengibaskan tangan dengan sangat kuat.
Seketika Romeo melepaskan jeratan tangannya. Nafasnya memburu, menatap tajam dan dingin, tak ada satu patah kata pun yang di lontarkannya, saat mendengar suara rintihan dari bibir Juliet keluar.
"Iya, aku memang kuliah di sini, lalu apa maumu!?" tanya Juliet penasaran.
Romeo semakin mengetatkan rahang."Cih, kau itu seorang pembohong besar! Kemarin kau mengatakan tidak kuliah! Tapi sekarang apa?!"
"Pemikiran bisa saja berubah Romeo, aku ingin kuliah juga seperti kalian. Memangnya ada larangan dan batasan?!" Sedari tadi, Juliet berusaha bersikap tenang untuk menjawab, namun melihat ekspresi Romeo, ia pun terbawa arus.
Romeo menyeringai tipis. "Alasan! Labil! Alibi yang tidak masuk di akal. Kau seorang pembohong! Sekarang julukan untukmu bertambah satu lagi, Ireng! Pembohong!" Romeo berkata kalimat terakhir penuh dengan penekanan.
Juliet melebarkan mata saat mendengar penuturan Romeo "Kau!" Tangan kanannya hendak menampar.
"Hei kalian sejola-sejoli! Jangan bertengkar! Pending dulu! Sepuluh menit lagi ospek akan di mulai!" hardik seseorang berjarak dua meter dari Romeo dan Juliet. Senior melerai pertikaian mereka. Sedari tadi dia melihat sejenak interaksi keduanya, yang menjadi hiburan baginya.
Alhasil, gerakan tangan Juliet menggantung di udara. Ia menatap tajam dan dingin pada Romeo, dan terpaksa menurunkan tangan. "Kita belum selesai, aku akan mencincangmu nanti, Pororo!" cetus Juliet sembari berdecih kecil.
Romeo mengepalkan kedua tangan ketika mendengar sebutan Pororo, masuk ke gendang telinganya. Dia enggan menyahut, sedang menahan sabar. Ia tengah menjaga image di depan senior. Romeo memalingkan muka ke samping, dan tak sengaja bersitatap dengan senior. Ia berusaha menampilkan ekspresi datar.
Senior tertegun sejenak melihat wajah Romeo yang tidak asing. "Kau masukkan bajumu itu!" perintahnya pada Romeo, membuat Romeo reflek merapikan baju.
"Hei kau ikat lah rambutmu itu juga, ini bukan ajang model!" seru Senior lagi pada Juliet, menatap jengah.
Tanpa melawan, Juliet mengangguk patuh, lalu mengambil ikat rambut berwarna hitam polos, di pergelangan tangan kiri. Dan mengikat cepat rambut tebalnya.
"Good, bersiap-siap lah! Yang mau kencing dan sebagainya, lakukan dari sekarang!" seru Senior setelah melihat Romeo dan Juliet selesai melakukan perintah.
Keduanya mengangguk.
Senior bertubuh atletis itu pun melengos pergi, meninggalkan Romeo dan Juliet.
Selepas kepergian Senior, Romeo dan Juliet saling menatap satu sama lain lagi.
Kemana tanda kupu-kupunya ya? tanya Romeo dalam hati, sedari tadi ekor matanya memperhatikan belakang leher Juliet, namun tanda yang terukir tempo lalu, tak nampak sama sekali. Alias nihil.
Apa jangan-jangan kemarin aku salah lihat? Tapi bagus juga lah.
Aku semakin membencimu Rom, awas saja kau! Kenapa aku bisa satu kampus dengannya sih, semoga saja aku tidak satu jurusan dengannya! Batin Juliet.
Selang satu menit beradu pandang, dengan segala pemikiran yang berkecamuk di otak, tanpa aba-aba keduanya memalingkan muka sembari berjalan dengan arah berlawanan.
***
Nampak mahasiswa-mahasiswi berdiri tegap menghadap pelataran kampus. Mereka mengenakan atribut lengkap dengan name tag, nama mereka masing-masing di depan dada, setelan berwarna putih putih, sepatu tali berwarna hitam, semua ciwi-ciwi mengikat rambut terkecuali yang berhijab, sedangkan laki-laki memakai topi kerucut berwarna sesuai jurusan.
Damn, kenapa aku harus satu jurusan dengannya?!
Juliet berada di belakang tubuh Romeo, mereka satu barisan, yang berarti satu prodi dan bisa jadi satu kelas pula nantinya. Pasalnya topi yang dikenakan Romeo berwarna putih.
Haha, kena kau ireng! Aku akan bermain denganmu nanti!
Romeo berdiri angkuh di depan Juliet, sembari menaikkan sudut bibir sedikit ke atas.
Ciwi-ciwi di samping kanan dan kiri, Romeo mencuri-curi pandang. Sedari tadi mereka terpana dengan ketampanan Romeo. Mata enggan berkedip dan tanpa sadar meneteskan air liur sedikit.
"Hei kau yang di sana! Jangan lirik-lirik! Ini bukan tempat ajang mencari pacar!" teriak Senior wanita memperhatikan gelagat ciwi-ciwi.
Seketika ciwi-ciwi tersadar dari lamunan. Mereka gelagapan dan nampak salah tingkah.
"Siapa namamu?" tanya Senior wanita pada Romeo.
"Romeo Andersean, Kak!" Romeo tak berani menatap, ia mode siaga takut jika senior lebih mendekat padanya.
"Hmmm." Senior hanya berdeham meneliti Romeo dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Tampan, boleh kali jadiin pacar!
Senior lanjut melangkah ke depan. "Siapa namamu ha?!" tanyanya nada suara lebih tinggi.
"Nama akika Resa, kakak!" jawab seseorang pemuda bertubuh gempal.
"Heh, namamu jelas-jelas di name tag Reza! Kenapa jadi Resa?!"
"Ih, kakak cantik, nama akika aslinya Resa. Itu nama samaran, hihi!" sahutnya sambil menggerakkan tangan dengan lentur.
"Astaga! Dasar manusia bertubuh karet!"
Mendengar hal itu sebagian mahasiswa-mahasiswi terkekeh kecil.
"Diam!!!" sahutnya dengan mengedarkan pandangan ke segala arah. "Siapa yang menyuruh kalian tertawa ha?!"
Mereka terlonjak kaget, mendengar suara senior seperti kerasukan roh jahat.
Suasana hening dan mencekam.
"Apa alasan kalian masuk jurusan kedokteran?" Senior bertanya pada si Duo kembar.
"Kami mau meneliti tubuh manusia, Kak!" seru Kai dan Kai serempak.
Dahi senior berkerut. "Maksudnya?"
Keduanya tampak salah tingkah, tidak mungkin mereka mengatakan salah masuk jurusan kan.
"Mana kartu mahasiswa kalian?!" Senior jengah karena si kembar tak membalas pertanyaannya.
Secepat kilat Kai dan Kei, mengambil kartu mahasiswa, dan menyodorkan pada Senior.
Senior membaca dengan seksama nama si duo keladi, namun seketika kedua matanya membulat. "Hobi menonton bokep!? Hobi main sabun?"
Mahasiswa-mahasiswi menahan tawanya mendengar ucapan senior.
"Kalian ini! Cepat push-up 500 kali!"
Duo kembar melongo, mau bertanya apa salah dan dosanya, akan tetapi keinginan mereka sirna setelah melihat raut wajah senior seperti wewe gombel. Keduanya mau tidak mau pun menurut.
"Kenapa kakimu itu?" tanya Senior penasaran pada Juliet.
"Tadi nggak sengaja jatuh Kak," ucap Juliet sambil menunduk.
"Ya ampun, pergi ke ruang kesehatan sekarang! Bersihkan lukamu, nanti infeksi!" perintah Senior menghela nafas iba, karena luka di tempurung Juliet mengangga lebar.
"Baik, Kak. Terimakasih."
***
"Ini semua karena kau Romeo! Duh sakit sekali!" Kini, Juliet berjalan perlahan di lorong kampus hendak mencari ruang kesehatan.
"Juliettttttttt!!!!" teriak seseorang dari belakang.
.
.
.
.
Jangan lupa like dan sesajen kakak² lope lope untuk kalian 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Bella Gareta
mabaaa ahbaa
2022-07-30
1
Syafitri kurniasih
Wah siapakah itu yang berteriak????😱😱😱
2022-07-13
2
tria sulistia
jelmaan si marimar ini mah
2022-07-11
2