**
RSU Cinta Lama Telah Usai.
Ruang Rawat Inap.
"Gab, makan dulu ya," ucap Juliet sambil mengambil makanan yang telah disediakan di ruangan.
"Iya, Kak." Gabriel memposisikan badannya dengan setengah duduk di atas bed.
Juliet mengulum senyum sembari memasukan suapan nasi yang sudah digauli dengan tumis sawi kailan dan ayam pop, ke dalam mulut Gabriel.
Gabriel mengunyah makanan dengan perlahan, seraya menatap dalam pada Juliet.
"Enak?"
Gabriel mengangguk.
Melihat reaksi adiknya, Juliet tersenyum simpul, lalu kembali menyodorkan satu sendok makanan ke dalam bibir Gabriel. Dalam hitungan beberapa menit, kini nampan besi yang berbentuk persegi panjang itu, sudah terlihat kosong.
"Kak, maafkan aku, karena aku kakak jadi kerepotan," ucap Gabriel tiba-tiba, setelah selesai meneguk air putih hingga tandas.
"Ada-ada saja kau ini. Itu memang sudah tugasku sebagai kakak untuk mengurusmu," balas Juliet seraya meletakkan piring di atas meja kecil.
"Tapi, aku kan buk-"
"Shfft, jangan berkata seperti itu Gab, aku sudah menganggapmu sebagai adik kandungku, jadi jangan ada kata tapi-tapi," potong Juliet cepat.
Mendengar penuturan Juliet, Gabriel menatap sendu. "Terimakasih kak..." ucapnya lirih, kedua bola mata Gabriel nampak berkaca-kaca.
"Hei, kenapa menangis?" tanya Juliet mengusap pelan punggung tangan kiri Gabriel.
"Aku tidak punya siapa-siapa selain kakak, aku sangat bersyukur masih ada orang yang menyayangiku kak," ucap Gabriel lemah sambil terisak.
Gabriel bahagia, setidaknya masih ada orang yang menginginkannya, ia teramat terharu dengan ketulusan Juliet yang merawatnya ketika sakit. Hatinya terasa di remas, oleh sesuatu yang tak kasat mata, saat mengingat orangtuanya membuangnya di depan pintu Panti Asuhan.
Kala itu, Gabriel ditemukan di dalam kardus kecil, ia di bungkus dengan syal panjang, lalu di dalam kain terselip secarik kertas, dan amplop berisi uang berserta kalung liontin. Sebenarnya dia bisa saja mencari kedua orangtuanya, namun Gabriel tidak mau, karena baginya dia tidak diinginkan lagi oleh kedua orangtuanya. Dia pun enggan mencari keberadaan mereka.
Juliet menarik nafas dalam. Lalu memeluk Gabriel berusaha menenangkan adiknya.
"Kak, aku akan sembuh, aku ingin menjadi Dokter!" seru Gabriel setelah tangisnya mereda.
Mendengar perkataan adiknya, Juliet tersenyum simpul. "Bagus, Gabriel pasti akan sembuh, biar Gabriel bisa menjadi Dokter!" ucap Juliet semangat.
Perbincangan hangat mereka mengalir begitu saja, hingga waktu menunjukkan pukul sebelas siang Juliet pamit pada Gabriel untuk pulang sebentar ke rumah.
.....
"Tanda apa itu?" Gumam Juliet saat melihat tulisan terpampang di depan rumah Messa. "Rumah ini di jual"
Juliet berjalan masuk ke dalam rumah. "Kak!" panggil Juliet menelisik keberadaan Messa.
"Iya, aku di sini!" seru Messa sambil merapikan beberapa barangnya.
Mendengar sahutan Messa, Juliet melangkah cepat ke ruang tengah. "Kak, kenapa ada tulisan, rumah ini di jual di depan?" tanyanya penasaran.
Messa segera menghentikan gerakan tangannya lalu menghampiri Juliet dan menuntunnya duduk di kursi. "Jul, maaf aku tak memberitahumu dulu, kita akan merantau ke Jakarta."
"Ha? Kakak tidak bercanda, Kan?" tanya Juliet memastikan.
"Tidak, Jul. Mari kita buka lembaran baru, aku akan berhenti menjadi PSK, dan kau cobalah untuk menerima rekomendasi dari Kepala Sekolahmu kemarin. Kau tidak ingin kuliah? Mengejar cita-citamu?" Messa menatap lekat Juliet, dia ingin melihat reaksi dari Juliet.
Messa sengaja tidak memberitahu Juliet dengan rencananya beberapa hari yang lalu, sejujurnya sedari dulu dia ingin meninggalkan lembah kelamnya ini. Dan Messa juga ingin Juliet dapat mewujudkan impiannya, dengan menempuh pendidikan tinggi hingga ia berhasil menjadi orang sukses.
Juliet nampak terdiam mendengar penjelasan Messa. Ada rasa bahagia yang membuncah di relung hatinya, saat Messa mengatakan padanya untuk menggapai impiannya. "Tapi Kak, bagaimana dengan Gabriel?"
Messa mengulum senyum atas kegundahan Juliet. "Tenang lah, kita akan membawa Gabriel ke Jakarta. Kakak punya kenalan di sini yang bisa membantu kita. Jangan kau risaukan hal itu, Jul," ucap Messa, membuat Juliet mengangkat sudut bibirnya sedikit.
"Terimakasih Kak," cetus Juliet.
"Baiklah sekarang kau bersiap-siap, beberapa hari lagi kita akan ke sana. Sekarang aku akan pergi ke suatu tempat untuk mengurus surat menyurat kepindahan kita, sepertinya aku akan pulang malam. Tadi, ada orang yang menelponku, menanyakan rumah ini, semoga saja tidak PHP," tutur Messa cepat sembari terkekeh kecil.
Juliet mengangguk paham seraya tersenyum simpul.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu.
Kediaman Andersean.
"Romeo!" panggil Leon saat melihat putra bungsunya melangkah cepat memasuki mansion dengan mukanya yang di tekuk, meninggalkan dirinya dan Lily di depan mansion.
"Sudah lah, Honey. Dia mungkin takut menyentil belalainya, nanti akan aku bujuk dia." Lily mengelus dada suaminya berusaha meredakan kekesalan Leon terhadap anaknya.
Pasalnya, sedari tadi di sepanjang jalan mereka berdebat mengenai sentil-menyentil belalai. Romeo tidak mau melakukan cara konyol itu, Leon yang memang keras kepala, mengatakan padanya untuk mencoba terlebih dahulu, siapa tahu saja berhasil.
Namun Romeo kekeh dengan pendiriannya, dan mengatakan tidak akan menikah, dan membiarkan kutukan itu melekat di tubuhnya. Hal itu lah yang membuat Leon naik pitam, lalu Leon menuduh anaknya belok. Romeo sebal dan sangat tidak terima dikatakan belok oleh Daddynya, ia pun berteriak histeris, seperti orang kerasukan reog di dalam mobil sehingga menarik perhatian orang di jalan raya.
Leon menghela nafas melihat sikap anak bungsunya itu, berbeda dengan keempat anaknya yang lain.
"Ayo kita ke dalam Honey, nanti dia pasti mau. Tenang lah," ajak Lily menatap lekat.
.
...****************...
"Enak saja aku dikatakan belok, aku ini masih normal," gerutu Romeo sambil melangkah ke dapur lalu membuka kulkas, menyambar air botol dingin, dan meneguk cepat.
"Ini semua gara-gara kau! Bisa tidak kau ini berdiri kokoh ha?!" Tunjuk Romeo sambil melihat belalainya yang berada di balik celana.
"Hah..." de sah Romeo pelan sambil membuang botol kosong ke tempat sampah.
"Besok aku akan memulai rencana untuk melepaskan kutukan ini dengan caraku!" seru Romeo sambil mengepalkan satu tangan ke udara.
"Woi! Rencana apa!?" sentak seseorang dari belakang dengan menepuk kuat pundak Romeo.
Romeo terlonjak kaget, lalu secepat kilat membalikkan badan. "Kak Nick!" pekik Romeo nyaring sambil melebarkan kedua matanya.
Melihat reaksi adiknya, Nickolas malah terkikik senang.
"Puas?!" Romeo mendengus kesal.
"Tidak puas!" celetuk Nickolas. "Kau mau merencanakan apa?" tanya Nickolas sambil mengambil cemilan cake dessert buatan Mommynya di dalam kulkas.
"Tidak ada!" jawab Romeo ketus.
"Yakin?" Nickolas tersenyum mengejek sambil memasukkan potongan cake ke dalam mulutnya.
Kedua bola mata Romeo mendelik. "Hmm," balasnya.
"Bagaimana dengan belalaimu, masih layu?" Nickolas menatap penuh arti.
Nafas Romeo memburu. "Tidak bisakah kalian menanyakan hal lain selain belalaiku! Belalaiku, belalaiku! Haaaaaaaaaaaaaaaaa!" jerit Romeo nyaring setara dengan suara speaker di angkot, seraya berlari lincah meninggalkan Nickolas di dapur.
Mendengar teriakan Romeo, Nickolas tersedak kue cakenya, lalu minum dengan cepat. Kemudian tertawa sangat keras sambil memegang perutnya.
Malam harinya.
"Nick, kau yakin dia sudah tidur?" tanya Samuel pelan sambil mengendap-endap di depan pintu kamar Romeo.
"Iya, biasanya jam segini dia sudah tidur," balas Nickolas tak kalah kecil suaranya, setara dengan suara nyamuk tengah berbicara pada temannya.
"Oke, kita mulai, rencana kita. Aku sudah lama tidak lama menyalurkan hobi," ucap Samuel tersenyum jahil.
Nickolas ikut tersenyum smirk sambil mangut-mangut.
Sepersekian detik.
"Mommyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy!" teriak Romeo nyaring hampir membuat kaca retak di mansion.
Seketika Leon menghentikan gerakan pinggulnya, saat mendengar suara jeritan anaknya, dia menyeka cepat keringat di dahi.
"Kenapa dengan Romeo, Honey?" tanya Lily dengan nafas yang terengah-engah.
"Tidak tahu, biarkan saja!" Leon kembali mendorong tubuhnya.
"Mommmyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy! Help meeeeeeeeeeee!" raung Romeo lagi.
Diikuti suara Hiro menyalak. "Guk, guk, guk, guk!"
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Shiro Yuki
emak bapakknya konyol banget dahh
2022-12-28
0
Bella Gareta
hahaha😅
2022-07-26
1
Syafitri kurniasih
Kasian sekali nasib mu Romeo . . . tapi nasibmu bikin ngakak🤣🤣🤣🤣
2022-07-07
2