Setelah melihat Romeo selesai memakai celana, Leon menurunkan tangannya. "Kalian sedang bermain apa?" tanya Leon penasaran.
Sewaktu dulu, dia teringat betul dengan masa kecil Samuel, Nickolas, Kai dan Kei yang bermain kejar-kejaran bersama Romeo, padahal sebenarnya Romeo tengah dikerjai. Kala itu, Romeo kecil berlari terbirit-birit dan berteriak histeris sambil memanggil nama Mommynya berulang kali.
"Kami tidak bermain Dad, tapi aku di bu-"
"Kami ingin memeriksa belalai Romeo, Dad. Kemarin kata Kai, belalai Romeo di tendang. Siapa tahu saja patah, sudah lah layu, makin lah layu dan lesu," potong Samuel cepat, sembari tersenyum mengejek.
Membuat Romeo tergugu. "Tidak, Dad! Belalaiku baik-baik saja! Daddy ingin melihatnya!" Romeo hendak membuka celana.
Seketika kedua mata Leon melebar. "Romeo! Pakai celanamu! Kenapa pula kau memakai boxer hello kitty ha!?" tanya Leon dengan suara yang sedikit meninggi. Tadi ia sempat tertegun melihat motif boxer yang Romeo kenakan, ia tidak mau saja jika Romeo sampai belok.
Mendengar perkataan Daddynya, bibir Romeo cemberut dan segera merapikan celananya.
"Kak Darla dan Lunna yang mengirimkannya padaku Dad, kan hanya dipakai di dalam, jadi tidak ada yang melihatnya. Tapi karena mereka tarik, semua orang jadi bisa melihatnya!" seru Romeo mengebu-gebu sambil melototkan mata pada Samuel, Kai dan Kei.
Ketiganya hanya tersenyum tanpa rasa bersalah, mengabaikan sorotan mata Romeo yang dingin itu.
"Sudah, sudah kalian ini!" Leon melerai mereka agar tidak berulah kembali.
"Romeo, kenapa tidak mengatakan pada Mommy kalau mau ke sini." Lily berjalan ke depan lalu memeluk erat Romeo. Ia teramat rindu pada putra bungsunya. Dahulu Romeo selalu saja membuat onar di mansion. Terkadang dia merindukan suara celotehan Romeo di pagi hari. Kepulangan Romeo ke Jakarta membuat Lily sangat bahagia.
Mendengar penuturan Mommynya, Romeo mengulum senyum, meresapi aroma tubuh Mommynya yang menyeruak ke indera penciumannya dan sebuah kehangatan di tubuh Mommynya, yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. "Suprise! Aku sengaja Mom." Romeo mengurai pelukan.
"Iya sudah, tidak apa-apa, ayo kita makan dulu, kalian pasti lapar." Lily mengedarkan pandangan pada manusia di dalam ruangan, termasuk Hiro yang sedari tadi hanya celingak-celinguk memperhatikan interaksi mereka.
Setelah selesai menyantap makanan, keenam orang tersebut duduk di ruang keluarga, saling bercengkrama satu sama lain, melepas kerinduan yang terpendam selama ini.
"Romeo, ada yang mau Mommy dan Daddy bicarakan," ucap Lily di sela-sela obrolan hangat mereka.
Mendengar perkataan Mommynya, dahi Romeo berkerut saat melihat raut wajah kedua orangtuanya nampak serius. "Apa itu Mommy?" tanya Romeo penasaran.
Leon dan Lily menatap satu sama lain. "Mommy, ingin bertanya, apakah belalaimu sudah tegak?"
Seketika raut wajah Romeo berubah cepat. Ia menghela nafas berat.
Kenapa yang ditanyakan selalu belalaiku! Heh kau belalai gara-gara kau, aku selalu di buli! Awas saja kau!
Umpat Romeo dalam hati sambil melirik sekilas ke bawah.
"Romeo, kau dengar tidak. Mommy bertanya padamu?" tanya Leon cepat sedari tadi dia menunggu balasan dari anaknya, namun yang ada, ekor mata Leon malah melihat Romeo memandang ke bawah belalainya.
"Tegak kok Mom, Dad," ucap Romeo lemah.
Seakan bisa membaca pikiran putranya. Leon dan Lily menarik nafas bersamaan.
"Tegak dari mana ya, kencing aja susah! Karena otongnya meleyot!" seru Samuel membuat Kai dan Kai terkikik.
"Mom, lihat Kak Sam membuliku!" Romeo malah mengadu.
Leon dan Lily menggeleng. "Hari ini kita akan pergi ke suatu tempat!" ucap Lily menatap serius pada Romeo.
"Pergi ke mana Mom?" tanya Romeo gusar.
"Mungkin ke tempat untuk menengakkan belalaimu!" Kai menimpali. Ia ingat betul, sewaktu Romeo masih belia, sahabat Mommynya ini, jika tidak ada kesibukan dengan perkerjaan akan mengajak Romeo ke suatu tempat, untuk menghilangkan kutukan.
"Iya, Kan, Aunty?" Kei ikut mengompori.
"Iya!" jawab Leon dan Lily serempak.
Membuat Romeo semakin uring-uringan seperti cacing kepanasan. "Hari ini aku capek, Mom. Jet lag!" cetus Romeo sambil mengerucutkan bibir ke depan setinggi 15 cm.
Lily menghela nafas kasar, menatap sendu putra bungsunya. Ia teramat kasihan karena kesalahan dirinya di pulau antah berantah dulu, Romeo yang kena imbas. Lily tidak mau jika nanti Romeo menikah, ia tak dapat berkembang biak dengan pasangannya.
"Mom, aku tidak mau!" protes Romeo menggerakan kaki dan tangan ke segala arah.
"Tidak ada tapi-tapi!" Suara bariton Daddynya membuat Romeo terdiam.
Tapi, ada baiknya juga sih. Kalau seandainya kutukan ini hilang. Jadi aku tidak perlu menikah dengan Juliet! Semoga saja kali ini berhasil.
Otak kecil Romeo yang berkapasitas 1 KiloByte sedang berpikir untuk menerima ajakan Daddy dan Mommynya. "Baiklah, Dad, Mom," ucap Romeo tersenyum penuh arti.
Melihat raut wajah putranya, Leon dan Lily memicingkan mata dan menatap penuh curiga.
Tumben. Batin Leon dan Lily seakan terkoneksi, pasalnya setiap Lily mengajak Romeo untuk pergi pasti ada drama kerasukan reog darinya.
Ada apa kah gerangan? Pikir sepasang suami istri itu.
Begitu pula dengan Samuel, Kai dan Kei, mengernyitkan dahi.
**
"Mom, kita ada di mana sih?" tanya Romeo penasaran. Di sepanjang jalan ia melihat pepohonan menjulang tinggi dan besar. Tidak ada lalu lalang kendaraan. Yang ada hanya mobil mereka.
Kini Leon, Lily, dan Romeo sedang menuju ke tempat tujuan. Setidaknya Romeo merasa lega, sebab kakaknya dan si duo biang keladi, tidak ikut dengan mereka, jadi ia tidak akan di ganggu dan di ejek lagi. Tadi Samuel pergi ke kantor untuk berkerja kembali, sedangkan Kai dan Kei di suruh kedua orangtuanya untuk pulang ke mansion.
"Mommy juga tidak tahu kita ada di mana," jawab Lily cepat, tanpa menatap lawan bicara. Ia berada di kursi depan bersama Leon yang sedang fokus menyetir.
"Ha?" Romeo melonggo. "Maksudnya Mom? Bukannya Mommy, akan mengajak aku pergi ke suatu tempat menghilangkan kutukan."
"Iya, memang benar, tapi Daddy dan Mommy hanya mengikuti google maps yang dikirimkan teman Mommy."
"Jadi, sebelumnya Mommy juga tidak tahu di mana tempatnya?" tanya Romeo gusar.
Lily mengangguk.
"Oh my God! Mana handphone Mommy, aku ingin melihat arah tujuannya," tutur Romeo cepat.
"Kau tidak percaya dengan Mommy?"
"Bukan begitu, Mom. Aku hanya ingin memastikan Mom," kilah Romeo, sebenarnya dia takut jika sampai Mommynya salah membaca arah tujuan, mengingat jalan yang mereka lalui sangat asing di matanya.
"Ini!" Lily menoleh ke belakang sambil menyodorkan ponselnya.
Romeo menyambar cepat benda pipih bermerk Sungsang. Kedua matanya dengan cepat meneliti layar handphone. Romeo terperangah. "Mom, kita salah jalan!" Membuat Leon mengerem mendadak.
"Honey!" pekik Lily karena hampir saja kepalanya mengenai dashboard mobil. Beruntung ia mengenakan seatbelt.
"Maafkan aku, Honey! Kau tidak apa-apa? Mana yang sakit?" Leon segera mengelus kepala Lily, memastikan bahwa istrinya baik-baik saja.
Lily menghela nafas. "Tidak apa-apa, Honey, lain kali hati-hati."
Leon melabuhkan ciuman sekilas di bibir istrinya. "Syukurlah."
Seketika Lily tersipu malu, debaran dijantungnya tak pernah sirna, sedari dulu Leon selalu memperlakukannya bagaikan ratu, walaupun mereka sudah lama menikah.
"Oh my God, aish aku masih di dalam mobil, Daddy!" seru Romeo, melihat keuwuan kedua orangtuanya di depan mata.
Leon menoleh ke belakang. "Iri!" cetusnya menyeringai.
Aku mau lompat saja ke sungai!
Romeo berdecak kesal di dalam hati. Saat melihat sungai kecil di sisi kirinya.
"Jadi, seharusnya kita ke mana?" tanya Leon.
"Kita putar balik, Dad. Nanti belok kiri."
"Oke."
Leon segera mengemudikan kendaraannya ke tempat tujuan, sesuai dengan rute yang dikatakan Romeo.
"Leon!" pekik Lily syok.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments