Esok harinya.
Di ufuk timur matahari nampak malu-malu keluar dari persembunyiannya, embun pagi masih terpampang di atas pencakar langit, hujan semalam, membuat sebagian orang enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya, hawa dingin menusuk ke kulit mereka. Namun tidak bagi Romeo, setiap pagi ia akan terbangun lebih awal dari Sang Matahari.
Mengapa bisa begitu?
Tentu saja, ia akan berolahraga, melatih otot-otot badannya, agar belalainya kembali tegak. Ia pernah membaca laman jurnal kesehatan di mbah gulu-gulu, mengenai penyakit impoten atau disfungsi ereksi. Semula ia mengira bahwa dirinya mengalami penyakit aneh itu. Akan tetapi jika di lihat-lihat, badannya bagus, tak gempal pula.
Setelah ia memeriksakan diri ke Dokter, tidak ada gejala yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Gula darah baik, dan tekanan darahnya jua baik. Dokter pun kebingungan sendiri, jadi Dokter memberikan saran padanya untuk berolahraga rutin dan melakukan gaya hidup sehat..
Yaps, saat ini olahraga adalah satu upaya yang dilakukan Romeo untuk melepaskan kutukan.
Peluh keringat membasahi tubuh atletisnya, rahang berdiri begitu kokoh, sorot matanya nan tegas, hidungnya yang mancung, dan bibir tebal berwarna pink, dihiasi pula gigi ginsul di bagian kanan.
Namun sayang seribu sayang, belalainya tertunduk lesu.
Romeo menekan tombol lambat di treadmill, ia menarik dan membuang nafas kasar. Nafasnya terengah-engah lalu ia turun dengan cepat, menyambar botol minuman di meja, meneguknya perlahan.
"Guk..guk, guk!" Hiro baru saja masuk ke ruangan.
Lantas Romeo menoleh ke samping. Ia menutup botol dan menaruh ke tempat semula. "Ada apa Hiro?" tanya Romeo sembari menyeka dahi dengan kain yang tersampir di pundak.
Hiro membalas perkataan Romeo, dengan berjalan cepat ke arah dapur. Melihat gelagat Hiro, Romeo tersenyum tipis. Karena dia tahu apa yang diinginkan Hiro.
"Ayam gorengmu sisa satu, Hiro!" Kini, Romeo dan Hiro berada di dapur, ia tengah menyodorkan ayam goreng kesukaan Hiro untuk dia sarapan.
Hiro menahan sabar, ia meloncat-loncat lalu segera menyantap makanan sambil duduk tenang.
"Bisa jatuh miskin aku. Ingat besok kau makan buah pepaya saja ya, kita harus berhemat Daddy membatasi uang jajanku! Dengar?!"
Seketika Hiro mendongakkan wajah ke atas, menunjukkan mata memelas.
Romeo membalas tatapan Hiro dengan mendelikkan mata. "Tidak usah kau berakting! Aku hari ini akan mulai masa ospek, kalau rumah tidak berantakan, aku akan membelikanmu ayam goreng upin ipin!"
Romeo bernegosiasi, pasalnya dahulu, Hiro kerap kali, mengobrak-abrik isi apartmentnya yang berada di Kota xxx. Hal itu membuatnya keletihan, sebab harus membersihkan hasil karya Hiro sepulang sekolah.
"Guk, guk!" Hiro menyalak sebanyak dua kali, dia setuju.
***
Ting Tong Ting Tong.
Suara bell berbunyi.
"Siapa yang datang, nggak mungkin Mommy sama Daddy, kan mereka kemarin ke LA?" Romeo bertanya sendiri. Iya, kemarin kedua orangtuanya mendadak pergi ke Los Angeles, ada urusan sebentar di sana.
Terdengar bunyi bell lagi, diikuti reaksi Hiro yang nampak kegirangan.
Romeo mengernyitkan dahi, melihat tingkah laku Hiro. Dengan cepat ia berjalan ke ruang depan.
"Hai, belalai tunduk!" Kai dan Kei berdiri tegak di ambang pintu sembari tersenyum sumringah seakan menang lotre.
Kedua mata Romeo melebar sempurna, saat melihat siapa yang datang. "Kenapa kalian ke sini duo biang?!" Romeo menahan sebal teringat perlakukan keduanya terakhir kali mereka bertemu.
"Santai bro, kita menjemputmu!" Kai menerobos masuk ke dalam, walau pun belum di suruh si empunya apartment. Kei mengekori dari belakangnya.
"Whats!? Untuk apa?" Romeo menutup pintu.
"Aunty belum mengatakan padamu, kalau kita satu kampus?" Kei berkata sembari menjatuhkan bokong di atas sofa.
Mendengar penuturan Kei, Romeo menghela nafas berat.
Mengapa Mommy selalu saja menjadikan mereka CCTV berjalan, uh! Sesal Romeo dalam hati.
"Kenapa kau diam?" Kei menunggu balasan dari Romeo.
"Aku malas berdebat di hari pertamaku ospek!" Romeo mendengus, sambil merapikan penampilannya. "Cepat lah, kalian mandi dan berganti pakaian!" titah Romeo, sebab keduanya masih mengenakan piyama Winnie the Pooh.
Sedari dulu, dia sempat keheranan dengan kelakuan absurd duo biang itu, mengapa harus Winnie the Pooh, seakan tak ada piyama lain saja. Usut punya usut, Mommy' Kai dan Kei menyukai film kartun itu, sehingga ia membelikan anaknya piyama tidur motif winnie the pooh, dan harus dikenakan, jika tidak Mommynya akan mengomeli keduanya hingga menjelang pagi. Mau tak mau keduanya menurut.
Duo biang keladi terkekeh kecil.
"Cepatlah, sudah jam berapa ini?!" Romeo mendesak sembari melirik arloji di pergelangan tangan.
"Oke, sabar!' seru Kai dan Kei bersamaan sembari bangkit berdiri.
***
Universitas Tongkat Sakti.
Program Studi Kedokteran.
"Rom!" Kai menepuk pundak Romeo.
"Hmm, ada apa?" tanya Romeo sambil merapikan kerah pakaian.
"Kenapa kita ada di sini?" Kai gusar.
Dahi Romeo berkerut. "Iya untuk kuliah lah!"
"Kau memilih jurusan ini?!" tanya Kei menimpali.
"Iya! Jangan bilang kalian tidak tahu." Romeo menyeringai tipis. Sekarang ia mengetahui mengapa raut wajah dua kembar terlihat resah dan gelisah.
"Aish, aku pikir kau memilih akuntansi!" Kai menepuk jidat.
"Nope, aku mengikuti titah Daddy!"
Rasakan itu duo keladi.
Romeo baru teringat jika keduanya takut melihat darah.
"Kak, coba lihat ini kartunya!" Kei segera mengeluarkan tanda pengenal mahasiswa. Ia memicingkan mata melihat keterangan di lembar kuning itu.
Nama : Keilano Suprapto Fernandez.
TTL : Di Bumi, Angka enam di balik, bulan Delapan di balik, 2003
Program Studi : S1-Kedokteran.
Hobi : Main Sabun.
Kai pun melakukan hal yang sama, meneliti kartunya. "Oh my God, bodohnya aku terlalu percaya pada Mommy!" kesalnya sambil menghela nafas.
"Syukurin!" Romeo tertawa sejenak. "Ayo cepat lah, lihat itu senior udah mulai keluarin taring!"
Keduanya menghela nafas kasar, sudah terlanjur mau bagaimana lagi. Dengan muka yang di tekuk, duo kembar turun dari mobil, diikuti Romeo yang semangat 45. Entah mengapa, ia jadi bersemangat melihat ekspresi wajah duo biang. Sel-sel kecil Romeo mulai merencanakan sesuatu. Seulas senyum licik terbit di wajah Romeo.
"Ayo, lets go!" Romeo berada di tengah si kembar sembari membawa satu bungkus cireng.
Kai dan Kei melangkah dengan gontai memasuki pelataran kampus.
"Hei kalian jurusan apa?" tanya seseorang yang disinyalir Senior mereka.
"Kami jurusan kedokteran, kak," sahut Kai ramah.
"Oh, okay, berkumpul lah, 30 menit lagi. Sarapan lah dulu di kantin, hari ini jadwal kalian padat!"
Ketiganya mengangguk paham.
**
"Ya ampun, siapa tuh cowok ganteng banget!"
"Maba nih!"
(Maba : Mahasiswa Baru)
"Astaga, mirip artis ya, tampannya!"
"Ototnya, duh! Yakin itu maba?"
"Sebelah kiri, kanannya juga ganteng, pasti anak holang kaya."
"Boleh ini di plonco!"
Sepanjang langkah kaki Romeo. Lagi dan lagi ia harus mendengar puja-pujian yang membuatnya serasa mual dan ingin muntah.
Ketiganya berjalan dengan tenang menuju kantin, hendak mengisi kampung tengah mereka.
"Hei, aku mau ke sana sebentar, kalian pesan lah dulu!" Romeo izin untuk ke toilet sebentar sembari memasukan satu buah cireng ke dalam mulutnya.
Si Kembar mengangkat jempol serempak.
Pakai acara mau boker segala lagi nih! Umpat Romeo dalam hati. Ia berjalan tergesa-gesa menuju toilet.
Namun dari arah samping Romeo, seseorang berlari kencang, sehingga menubruk tubuh Romeo.
Bruk...
Cireng yang dibawa Romeo pun terjatuh ke bawah.
"Cirengkuu!" teriak Romeo marah. Secepat kilat ia menoleh ke samping mencari si pelaku.
Kedua bola matanya melebar sempurna, tangannya terkepal kuat, urat-urat di lehernya nampak jelas. Nafasnya memburu, sangat memburu.
"Kauuuuuuuu!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Jumiri Juliah
semangat author terus kan ya
2022-12-10
1
Bella Gareta
mantap
2022-07-30
1
nimaz
kalian emang pasangan sejati Romeo & Juliet
2022-07-09
2