Dhev yang menangis dalam tidur itu akhirnya membuka mata, ia merubah posisinya menjadi duduk, menekuk dan memeluk lututnya.
Menangis sesenggukan tiada siapapun yang melihat sisi lain dari seorang Dhev.
Saat ini, pria yang masih mengenakan piyama dengan rambut yang acak-acakan itu hanya ingin dipeluk, dimengerti kalau dirinya sedang terluka, jangan pernah menuntut untuk menjadi sempurna pada hati yang luka, yang sedang patah.
Itulah yang Dhev inginkan.
Melihat ponselnya terus bergetar membuat Dhev meraihnya dan menerima panggilan itu.
"Tuan, Nyonya pingsan lagi," kata Dadang, setelah itu Dadang segera memutus sambungan teleponnya.
"Mamah pingsan lagi, apa karena aku? Stress mikirin aku?" Dhev merasa bersalah apalagi tadi pagi ia pergi begitu saja meninggalkan Amira yang menangis.
Dhev memilih untuk mencuci wajahnya terlebih dulu. Setelahnya, ia mengeringkan menggunakan handuk kecil yang tersedia di kamar mandi.
Dhev melihat jam di layar ponselnya dan ternyata hari sudah malam yaitu pukul 19.00 wib.
Dhev keluar dari kamar dan sudah di sambut oleh asisten rumah tangganya yang menjaga rumah tersebut.
"Tuan, makan malam sudah siap," ucap seorang wanita paruh baya yang berdiri di depan pintu kamar Dhev.
"Bawa pulang saja, untuk keluarga bibi," jawab Dhev singkat, setelah itu Dhev mengendarai mobilnya, ia harus melewati pangkalan Nala.
Di sana Dhev melihat keributan.
Tetapi, Dhev yang dingin itu tidak menghiraukan. Ia terus melajukan mobilnya.
****
"Hentikan! Tolong jangan hancurkan gerobak saya!" teriak Nala seraya meronta, dua preman yang sedang memegangi tangannya itu menertawakan.
"Hahaahaa!"
"Siapa kalian, kenapa berbuat seperti ini!" teriak Nala seraya menginjak kaki preman yang menahannya.
Nala tidak dapat lagi menahan amarahnya dan tiada lagi yang berani membantu, pasalnya, siapa saja yang membantu Nala akan bernasib malang, ia akan di hajar sampai babak belur oleh sampah masyarakat tersebut.
"Jauhi anak majikan kami!" ucap ketua preman yang duduk di meja panjang, gayanya seperti tidak akan terkalahkan. Menyaksikan 5 anak buahnya sedang memporak-porandakan dagangan dan gerobak Nala.
Nala si gadis mungil tentu saja dipandang sebelah mata oleh preman-preman yang berbadan tegap, penuh tato dengan lengan yang menonjolkan otot-ototnya.
Nala maju ke arah ketua preman itu, dia tidak mengerti siapa majikannya dan tidak mengerti masalah apa yang sedang terjadi.
Merasa muak membuat Nala meludahi wajah ketua preman.
Geram, sangat geram dan murka. Ketua preman itu mendidih darahnya, baru kali ada yang berani melawannya.
5 anak buahnya sudah bersiap untuk menghajar Nala, tetapi ketua itu sudah tidak dapat menahan amarah dan ingin mengurus Nala dengan tangannya sendiri.
Ketua mengelap bekas ludah itu menggunakan lengan jaket jeansnya, lalu melepaskan dan melemparkannya ke sembarang arah.
Ketua segera turun dari tempatnya duduk dan melayangkan tangan kanannya ke arah Nala.
Nala sudah memejamkan matanya dan mengira kalau dirinya akan merasakan perih, sakit karena ditampar.
Tetapi, Nala yang terpejam itu tak jua merasakan ada tangan yang mendarat di wajahnya.
Nala mengintip dan ternyata ada pria angkuh yang melindunginya. Pria itu adalah Dhev sedang menahan tangan ketua preman supaya tidak menyentuh Nala. Tentu saja Dhev menjadi bahan tertawaan.
Dhev menjadi ejekan, pria yang menggunakan piyama itu diusir dan diminta melanjutkan untuk bermimpi.
"Hahaha, pahlawan kemalaman, sudah bersiap tidur saja masih keluyuran. Sudah, lanjutkan mimpi sana, nanti mamamu mencari!" ejek ketua itu seraya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Dhev.
Suara tawa dari 5 anak buahnya itu terdengar riuh, tentunya mereka tidak akan bisa tertawa kalau tinju Dhev sudah mendarat di rahang masing-masing.
Erat, sangat erat Dhev mencengkeram tangan ketua.
Dan Nala segera berlindung di balik badan Dhev yang sebenarnya kalau dilihat dari postur tubuh Dhev tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan para preman.
Seperti itulah Dhev di mata Nala karena gadis kecil itu belum pernah melihat Dhev yang berotot.
Ini adalah ketiga kalinya bagi Nala melihat manusia angkuh itu, tetapi Nala tidak habis pikir kalau pria angkuh, sombong dan menyebalkan itu akan membantunya.
Nala membulatkan matanya saat melihat ketua itu kesakitan.
Ya, Dhev memelintir tangan ketua dengan mudahnya.
"Badan doang gede, tenaga hello kitty!" ejek Dhev.
Bugh! Dhev meninju ketiak ketua preman.
"Aaaa!" teriak ketua yang kesakitan.
Melihat ketua yang kesakitan membuat 5 anak buahnya itu ikut beraksi.
Ada yang melemparkan kursi plastik milik Nala ke arah Dhev dan Dhev menangkisnya setelah melepaskan tangan ketua.
Nala yang tidak ingin menjadi korban salah sasaran itu memilih untuk menepi.
Sedangkan ketua terlihat kesakitan karena pergelangan tangan yang patah.
"Kurang ajar! Jangan biarkan dia baik-baik saja! Jadikan dia bubur malam ini!" teriak ketua menyemangati anak buahnya.
Pada kenyataannya, Dhev dapat dengan mudah mengalahkan 5 preman yang dianggapnya sangat cekre.
Dhev mengeluarkan seluruh tenaganya untuk membantu Nala, entah kenapa malam ini Dhev mau berbaik hati pada gadis yang bukan siapa-siapanya.
"Hiaaaaa!" teriak salah satu preman yang akan menghajar Dhev dari belakang.
"Awas!" teriak Nala yang takut Dhev akan terkena pukul sutilnya yang untuk memasak nasi goreng.
Sebelum sampai pada Dhev, Nala membantunya, Nala mengambil kursi plastik berwarna hijau lalu memasukkan kepala preman pemegang sutil itu ke sela-sela lobang kursi lalu menariknya sampai terjatuh terlentang.
Nala mengambil sutil itu untuk memukuli si preman.
"Rasain kamu!" geram Nala seraya melampiaskan kekesalannya.
Sementara itu, ketua yang tangannya kesakitan memilih untuk mundur.
"Awas lo! Gue tandain lo!" teriaknya seraya tangan kiri yang menunjuk wajah Dhev. Anak buahnya pun mengikuti langkah ketua untuk mundur.
Setelah semua preman pergi, Nala merasa lemas dan lututnya tak dapat lagi menopang, Nala berjongkok dengan tangan mengusap wajahnya, merasa lemas melihat tempatnya untuk mencari uang telah hancur.
"Bagaimana akan mengganti uang Ririn? kalau gerobak saja sudah hancur!" rintih Nala dalam hati.
Gadis yang dipaksa kuat oleh keadaan itu tak ingin terlihat lemah dan menyedihkan.
Nala memilih untuk bangun dan membubarkan kerumunan.
Sementara itu, Dhev sudah berada di mobilnya lagi, di seberang jalan sedang memperhatikan Nala. Setelah terlihat aman Dhev melajukan mobilnya meninggalkan pangkalan Nala.
Nala sampai lupa harus berterimakasih pada Dhev, ia lupa karena Dhev langsung menghilang bersamaan dengan kerumunan yang dibubarkan oleh Nala.
Setelah itu, Nala tidak lagi melihat keberadaan Dhev.
Dan ternyata, walaupun Dhev menang melawan preman bukan berarti sama sekali tak terluka. Dhev sempat terkena tinju di rahangnya, sekarang Dhev sudah sampai rumah.
Di sana, Amira sama sekali tak mau menemui Dhev.
"Mah, maafin Dhev. Dhev khilaf," kata Dhev seraya mengetuk pintu kamar Amira.
Dhev terlihat pasrah karena sudah lama meminta pintu tetapi Amira masih juga tidak mau membukakannya.
Pria kusut itu melangkahkan kaki meninggalkan kamar Amira seraya mengusap rahangnya yang terasa sakit.
Masuk ke kamar dan melihat jam yang menempel di dinding, ternyata hari sudah malam yaitu pukul 22:20 wib.
"Bagaimana nasib gadis itu, apakah sudah pulang atau belum?" gumam Dhev seraya membuka kancing piyamanya.
"Bukan urusan ku! Kenapa aku harus memikirkannya! Sudah ku tolong saja masih untung!" kata Dhev seraya melempar piyama itu ke keranjang baju kotor.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Sarini Sadjam
mm amira crita donk klo bpk nya mati karna dia nyawa loh yhour
2023-09-20
1
Adriya ᴿᵉᵉⁿ Hofi ᴹᵒʳᵉⁿᵒ
yang terluka tuhh bukan hari kamu saja Dhev tapi juga ibumu dan Kenzo. jangan merasa kamu paling menderita harusnya kamu bisa melihat Nala lihatlah hidupnya sangat kasihan. bahkan Nala harus dipaksa tegar hidup sendiri.
SEMANGAT Thor 🤗
2023-06-24
1
𝔰𝔢ñ𝔬𝔯𝔦𝔱𝔞 𝓥𝓵𝓪
mungkin karena mimpi bertemu istrimu jadi aura kebaikan istrimu menular padamu.
2023-06-24
0