Seperti Mimpi

Amira segera memanggil dokter keluarga untuk memeriksa keadaan Nala yang memprihatinkan.

Setelah diperiksa dan diberi obat, Amira dan Dhev membiarkan Nala untuk istirahat.

Dan sebenarnya, Dhev tidak begitu menyukai gadis kecil itu menempati tempat tidur adiknya yang sedang studi di luar negeri.

Tetapi, Dhev tidak bisa berbuat apa-apa karena itu perintah dari Amira. Dhev yang merasa lelah segera pergi ke kamarnya sendiri.

Sementara Nala, ia tertidur dalam tangisnya yang masih tidak percaya kalau Bobi sudah tiada.

Walau matanya terpejam, sesekali terdengar suara isak tangisnya dan Amira yang masih berada di sana semakin merasa bersalah.

"Ya Tuhan, maafkan aku," lirih Amira seraya mengusap wajahnya.

Amira terus menunggu sampai tertidur di sofa kamar Nindy. Sekarang malam yang dingin dan kelabu itu sudah berganti waktu, pagi sudah memancarkan sinarnya dan Amira membuka mata sudah tidak mendapati Nala di ranjang.

Amira segera bangun dan mencari-cari keberadaan Nala.

"Nala!" seru Amira seraya keluar dari kamar, karena tergesa tak sengaja Amira hampir menabrak cucu kesayangannya yang berusia 7 tahun.

"Kenzo, kamu sudah rapi, mau sekolah, ya?" tanya Amira seraya membelai wajah cucunya.

"Iya, Oma kenapa? Siapa Nala?" tanya Kenzo seraya menatap Amira.

"Tante Nala, perempuan yang tomboi, semalam tidur di kamar ini, kamu lihat?"

Kenzo menjawab dengan menggelengkan kepala, setelah itu Kenzo pergi begitu saja turun ke lantai bawah.

"Mang Dadang, buruan! Ken nggak mau telat!" teriaknya, padahal yang diteriaki sudah menunggu di halaman rumah, sudah siap dengan mobilnya untuk mengantarkan Tuan Mudanya ke sekolah.

"Anak itu," lirih Amira seraya menatap Kenzo dari tempatnya berdiri.

"Kenapa, Mah?" tanya Dhev yang baru saja keluar dari kamar dengan menenteng tas kerjanya.

"Kamu lihat Nala?" tanya Amira dan Dhev menjawab dengan menggelengkan kepala. Setelah itu pergi meninggalkan Amira yang masih menatapnya.

"Ayah dan anak sama saja," kata Amira dalam hati.

Setelah itu, Amira menyusul Dhev untuk sarapan bersama. Di meja makan, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Lalu, Amira menanyakan tentang Nala pada asisten rumah tangganya yang sedang menyajikan teh dan kopi hangat.

"Bibi lihat perempuan yang semalam di kamar Nindy?"

"Perempuan yang tangan dan kakinya luka?"

"Iya, di mana dia?" tanya Amira dengan semangatnya.

"Tadi pagi pergi dari rumah, Nyonya," jawab Bi Rasiah, setelah itu bibi kembali bekerja.

"Hmmm." Dhev menggelengkan kepala melihat Amira yang terlihat cemas, walau begitu Dhev tidak ingin tau urusan tentang anak itu.

"Kamu harus bantu Mamah! Cari dia sampai dapat!" perintah Amira seraya bersedekap dada.

"Dhev sibuk, Mah. Kalau nggak sibuk nggak mungkin Dhev pulang larut malam, Dhev berangkat dulu," kata Dhev seraya bangun dari duduknya.

"Lalu, kapan kamu ada waktu untuk Ken?" tanya Amira masih dengan posisi yang sama.

Dhev mendengar pertanyaan itu tetapi memilih untuk diam, melanjutkan langkah kakinya.

****

Sementara itu, Nala sedang memeluk pusara ayahnya.

"Ayah, Nala tidak mau kehilangan ayah. Ayah kenapa pergi, seharusnya kita hidup bahagia saat ini," lirih Nala seraya menghapus air matanya.

"Nala sudah tidak punya siapa-siapa lagi, Ayah. Siapa yang akan menjaga Nala?" tangisnya.

Setelah itu, Nala merasakan kalau ponselnya bergetar, Nala merogoh saku celananya mengambil ponsel itu, baru saja Nala menggeser tombol hijau dan saat itu pula ponselnya mati karena kehabisan daya baterai.

"Ririn," lirih Nala saat mengetahui siapa yang menelepon. Ririn adalah sahabatnya, walau orang tua Ririn tidak menyukai Nala yang miskin. Keduanya menjalin persahabatan dengan sembunyi-sembunyi.

Sekarang, Nala bangun dari duduknya dan ingin segera bertemu dengan Ririn. Nala pergi ketempat mereka biasa bertemu, di taman dekat sekolah SMPnya dulu. Nala duduk di bawah pohon dengan menekuk lututnya, menyembunyikan wajahnya di sana.

Kemudian Nala merasakan tepukan di bahunya, benar saja, Ririn datang menemui Nala. Nala yang masih bersedih itu segera memeluk Ririn, menangis tersedu, sesenggukan sampai tenggorokannya tercekat.

"Kenapa?" lirih Ririn seraya mengusap punggung Nala, Ririn sendiri ingin bertanya banyak hal setelah melihat keadaan temannya yang sangat lusuh dan terdapat luka di kepala, lengan dan kakinya.

Ririn merasakan kalau pelukan itu semakin erat, bahkan Ririn yang belum mengetahui apa yang terjadi ikut menitikkan air mata.

Kemudian, Ririn melepaskan pelukan itu, merangkum wajah sahabatnya, menatap lekat wajah yang terlihat sembab, terlihat mata Nala yang membengkak.

Melihat itu, Ririn kembali membawa Nala ke dalam pelukan. "Nala, kamu bisa cerita kalau sudah tenang. Sekarang kita pulang dulu!" ajak Ririn dan Nala menganggukkan kepala. Sekarang, Ririn membantu Nala untuk bangun dari duduknya, menuntun Nala ke mobilnya.

Selama perjalanan pulang, keduanya hanya diam, terlihat Nala yang masih memejamkan itu tidak berhenti meneteskan air mata.

Sesampainya di rumah kontrakan yang kecil dan lusuh itu Nala memperhatikan di mana tempat biasa gerobak ayahnya berada, sekarang tempat itu kosong. Gerobaknya sudah hancur dan Nala tidak melihatnya lagi setelah masuk ke mobil ambulan.

"Ayah kamu kemana, Nala? Tumben gerobaknya nggak ada?" tanya Ririn dan Nala kembali menjawabnya dengan menangis membuat Ririn menjadi bingung, merasa serba salah dan tidak tau harus berbuat apa yang Ririn tau hanya bisa menemani dan berada di sisi Nala saat ini.

Nala merogoh saku celananya mengambil kunci rumahnya, membuka pintu lalu masuk ke kamar untuk mengganti pakaian.

Sementara Ririn yang sedang berdiri menunggu di depan pintu itu mendengar Nala berteriak memanggil ayahnya.

Ririn mengira kalau Bobi telah tega pergi meninggalkan Nala seorang diri, Ririn mengira kalau Bobi sudah tidak sanggup lagi menanggung beban hidup dan memilih untuk pergi.

"Tapi, paman bukan orang seperti itu, paman sangat menyayangi Nala, apa telah terjadi sesuatu dengan paman dan Nala?" tanya Ririn dalam hati.

Gadis dengan penampilan feminim itu mengetuk pintu. "Nala, buka pintunya!"

Tidak lama kemudian Nala yang sudah mengganti pakaiannya itu membuka pintu.

Berdiri dengan wajah yang ditekuk.

"Di mana paman?" tanya Ririn.

Nala mengangkat wajahnya dan dengan bibir yang bergetar Nala menjawabnya, "A-ayah... sudah tidak ada."

Setelah itu Nala berjongkok dan mengusap dadanya yang terasa nyeri, kemarin mereka masih merasakan kebersamaan, Nala membantu Bobi berbelanja bahan dagangan di pasar, sepulang dari pasar Nala melihat Bobi yang sedang mencuci gerobaknya, setelah itu Bobi yang mengolah semua bahan seperti menggoreng kerupuk, memasak ati dan ampela juga memasak ayam untuk campuran nasi gorengnya.

Ririn masih belum mengerti juga dan kembali bertanya pada Nala.

"Maksud kamu apa, Nala?" tanya Ririn seraya ikut berjongkok.

Nala mengusap air matanya, mencoba untuk tabah dan tersenyum pada sahabatnya.

"Kami kecelakaan," lirih Nala, bibirnya tersenyum tetapi kesedihan dari tatapan matanya tak dapat dapat di sembunyikan.

Bersambung.

Jangan lupa untuk klik like dan komen, tap lovenya juga ya 🥰

Terpopuler

Comments

AR Althafunisa

AR Althafunisa

😭😭😭

2024-02-07

1

Sarini Sadjam

Sarini Sadjam

laah mm amira nabrak org sampe mati masa anak nya ga tau -ga masuk akal thour..

2023-09-20

3

Kisti Siti

Kisti Siti

bobi tukan nama ayahnya Nala,,coba klo kata kata nya ganti dgn "Nala gk nyangka klo ayahnya sudah tiada"..kn lebih enak bacanya🙏

2023-07-10

0

lihat semua
Episodes
1 Kesedihan Nala
2 Seperti Mimpi
3 Keikhlasan Nala
4 Harus Semangat!
5 Dhev Dan Ana
6 Amira Sakit
7 Keras Kepala
8 Jengkel
9 Mengalahkan Preman
10 Berselimut Kabut
11 Seperti Ada Ibu
12 Mencari Kerja
13 Dunia Malam
14 Mengorbankan Teman
15 Nasib Ririn
16 Hancurnya Persahabatan
17 Apakah Terusik?
18 Masa Lalu Dhev Dan Arnold
19 Surga Dunia
20 Jangan Marah-Marah Nanti Cepat Tua!
21 Darah Tinggi
22 Kepikiran
23 Kebersamaan
24 Mencoba Berdamai
25 Seperti Ana
26 Sugar Daddy
27 Pergi
28 Kagum
29 Gede Gengsi
30 Selalu Salah Dhev!
31 Memikirkan Nala
32 Salah Sangka
33 Suka Bilang Suka
34 Cinta Yang Masih Terjaga
35 Pembawa Keberuntungan
36 Pemaksaan
37 Sayang Kenzo
38 Nafas Buatan
39 Ciuman Pertama
40 Salah Tingkah
41 Sarang Setan!
42 Cemburu?
43 Baikan
44 Butuh Perhatian!
45 Dijodohkan
46 Gerebek
47 Nikah Dadakan
48 Menikah Dadakan Part Dua
49 Jahatnya Ibu Baru?
50 Dhev Marah Besar!
51 Romantisnya Dhev Di Tengah Amarahnya
52 Mau Disayang Juga!
53 Ken Mengganggu!
54 Jahilnya Jimin
55 Gagal Lagi!
56 Pagi Yang Bahagia
57 Panggil Aku Ibu^^
58 Pertarungan Sengit
59 Menertawakan Arnold
60 Selalu Menggoda!
61 Pilih Siapa
62 Tanggung Jawab
63 Perbedaan Kasta
64 Membujuk Nala
65 Bukan Sampah
66 Perhatian
67 Resepsi Doni
68 Canggung
69 Pura-pura Menikah?
70 Ayah Yang Sangat Manja
71 Nikah Kontrak?
72 Penjaga Hati
73 Menangis Bahagia
74 Ngidam
75 Sebenarnya Cinta
76 Masih Cemburu
77 Kenzo Merajuk
78 Tetap Sayang Kenzo
79 Gagal Berkuda
80 Salah Paham
81 Kembali Menghasut
82 Memperingatkan Mika!
83 Mengabaikan Peringatan
84 Bosan Dengan Masalah
85 Setan Teriak Setan
86 Meminta Cucu
87 Disengat Tawon
88 Apakah Doni Cemburu?
89 Selamat Datang Baby!
90 DUDA GALAK SATU TAMAT LANJUT S2
91 Saling Mengerti
92 Mirip Siapa?
93 Kesedihan Ririn
94 Apakah Taubat?
95 Kemajuan?
96 Angkuhnya Dhev
97 Akhirnya Haha
98 Jalan-Jalan
99 Dalam Sekejap Kebahagiaan Itu Hilang
100 Kehilangan
101 Malangnya Fakhri
102 Mampukah Bertahan?
103 Gagal!
104 Sulitnya Mencari Pengganti
105 Cemburunya Jimin
106 Minta Dimanja
107 Arnold Mengalah?
108 Menguji Kesabaran
109 Merasa Ditipu
110 Apakah Ikatan Batin?
111 Menerima Takdir
112 Terimakasih
113 Berlalu Dengan Baik
114 Kesal
115 Pertemuan Pertama
116 Bisa Cantik Juga
117 Pertemuan Kedua
118 Kasih Tak Sampai
119 Di Rendahkan
120 Salting
121 Mencari Tau
122 Terpesona
123 Janjian
124 Sedikit Gombal
125 Dia Alif!
126 Melamar
127 Fakhri Cemburu!
128 Sunyi Sepi Tanpa Kabar Dari Fai
129 Menemui Alif
130 Pesta Yang Gagal
131 Jadian
132 Tidak Setuju
133 Akan Tetap Mempertahankan!
134 Ingin Mengenal Alif
135 Sampai Depresi
136 Makan Malam
137 Terbongkar?
138 Terabaikan
139 Fakhri Berubah?
140 Akhirnya Nindy Bangun
141 Merasa Malu Untuk Kembali
142 Semakin Mesra
143 Fai Kecewa
144 Hampir Saja!
145 Merasa Malu
146 Takut Kebenaran Akan Terungkap
147 Berjuang Bersama
148 Terbongkar?
149 Patah Hati, Fai Dan Alif
150 Terluka, Hati Ini, Sakit!
151 Merasa Nyaman Di Dekat Arnold
152 Berakhir Sudah!
153 Fiting Baju Pernikahan
154 Hari Yang Ditunggu, Menikah
155 Kebahagiaan Ken Dan Kesedihan Alif
156 Promo Karya Baru
157 Diam-Diam Mengagumi
158 Kepergian Amira
159 Tunangan
160 Hari Patah Hati Alif Dan Fakhri
161 Tamat
162 Bonus Chapter Spesial Alif Dan Fakhri
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Kesedihan Nala
2
Seperti Mimpi
3
Keikhlasan Nala
4
Harus Semangat!
5
Dhev Dan Ana
6
Amira Sakit
7
Keras Kepala
8
Jengkel
9
Mengalahkan Preman
10
Berselimut Kabut
11
Seperti Ada Ibu
12
Mencari Kerja
13
Dunia Malam
14
Mengorbankan Teman
15
Nasib Ririn
16
Hancurnya Persahabatan
17
Apakah Terusik?
18
Masa Lalu Dhev Dan Arnold
19
Surga Dunia
20
Jangan Marah-Marah Nanti Cepat Tua!
21
Darah Tinggi
22
Kepikiran
23
Kebersamaan
24
Mencoba Berdamai
25
Seperti Ana
26
Sugar Daddy
27
Pergi
28
Kagum
29
Gede Gengsi
30
Selalu Salah Dhev!
31
Memikirkan Nala
32
Salah Sangka
33
Suka Bilang Suka
34
Cinta Yang Masih Terjaga
35
Pembawa Keberuntungan
36
Pemaksaan
37
Sayang Kenzo
38
Nafas Buatan
39
Ciuman Pertama
40
Salah Tingkah
41
Sarang Setan!
42
Cemburu?
43
Baikan
44
Butuh Perhatian!
45
Dijodohkan
46
Gerebek
47
Nikah Dadakan
48
Menikah Dadakan Part Dua
49
Jahatnya Ibu Baru?
50
Dhev Marah Besar!
51
Romantisnya Dhev Di Tengah Amarahnya
52
Mau Disayang Juga!
53
Ken Mengganggu!
54
Jahilnya Jimin
55
Gagal Lagi!
56
Pagi Yang Bahagia
57
Panggil Aku Ibu^^
58
Pertarungan Sengit
59
Menertawakan Arnold
60
Selalu Menggoda!
61
Pilih Siapa
62
Tanggung Jawab
63
Perbedaan Kasta
64
Membujuk Nala
65
Bukan Sampah
66
Perhatian
67
Resepsi Doni
68
Canggung
69
Pura-pura Menikah?
70
Ayah Yang Sangat Manja
71
Nikah Kontrak?
72
Penjaga Hati
73
Menangis Bahagia
74
Ngidam
75
Sebenarnya Cinta
76
Masih Cemburu
77
Kenzo Merajuk
78
Tetap Sayang Kenzo
79
Gagal Berkuda
80
Salah Paham
81
Kembali Menghasut
82
Memperingatkan Mika!
83
Mengabaikan Peringatan
84
Bosan Dengan Masalah
85
Setan Teriak Setan
86
Meminta Cucu
87
Disengat Tawon
88
Apakah Doni Cemburu?
89
Selamat Datang Baby!
90
DUDA GALAK SATU TAMAT LANJUT S2
91
Saling Mengerti
92
Mirip Siapa?
93
Kesedihan Ririn
94
Apakah Taubat?
95
Kemajuan?
96
Angkuhnya Dhev
97
Akhirnya Haha
98
Jalan-Jalan
99
Dalam Sekejap Kebahagiaan Itu Hilang
100
Kehilangan
101
Malangnya Fakhri
102
Mampukah Bertahan?
103
Gagal!
104
Sulitnya Mencari Pengganti
105
Cemburunya Jimin
106
Minta Dimanja
107
Arnold Mengalah?
108
Menguji Kesabaran
109
Merasa Ditipu
110
Apakah Ikatan Batin?
111
Menerima Takdir
112
Terimakasih
113
Berlalu Dengan Baik
114
Kesal
115
Pertemuan Pertama
116
Bisa Cantik Juga
117
Pertemuan Kedua
118
Kasih Tak Sampai
119
Di Rendahkan
120
Salting
121
Mencari Tau
122
Terpesona
123
Janjian
124
Sedikit Gombal
125
Dia Alif!
126
Melamar
127
Fakhri Cemburu!
128
Sunyi Sepi Tanpa Kabar Dari Fai
129
Menemui Alif
130
Pesta Yang Gagal
131
Jadian
132
Tidak Setuju
133
Akan Tetap Mempertahankan!
134
Ingin Mengenal Alif
135
Sampai Depresi
136
Makan Malam
137
Terbongkar?
138
Terabaikan
139
Fakhri Berubah?
140
Akhirnya Nindy Bangun
141
Merasa Malu Untuk Kembali
142
Semakin Mesra
143
Fai Kecewa
144
Hampir Saja!
145
Merasa Malu
146
Takut Kebenaran Akan Terungkap
147
Berjuang Bersama
148
Terbongkar?
149
Patah Hati, Fai Dan Alif
150
Terluka, Hati Ini, Sakit!
151
Merasa Nyaman Di Dekat Arnold
152
Berakhir Sudah!
153
Fiting Baju Pernikahan
154
Hari Yang Ditunggu, Menikah
155
Kebahagiaan Ken Dan Kesedihan Alif
156
Promo Karya Baru
157
Diam-Diam Mengagumi
158
Kepergian Amira
159
Tunangan
160
Hari Patah Hati Alif Dan Fakhri
161
Tamat
162
Bonus Chapter Spesial Alif Dan Fakhri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!