Van duduk di kafe sendirian, menikmati segelas kopi americano yang sudah ia pesan tadi. Sepertinya menikmati kopi adalah salah satu cara menghilangkan penat pria 28 tahun itu. Terlebih tentang sikap Lara yang moodnya suka cepat berubah membuatnya kebingungan. "Gadis itu kenapa sering ngambek padaku?" Van kembali menyeruput kopinya. Aroma kopi memang sangat menenangkan bagi para pecintanya, hingga tidak terasa ternyata cangkir kopi Van sudah mulai habis di seruput sejak tadi. Ia meneguk sisa kopi itu untuk yang terakhir kalinya lalu bergegas pergi.
Sebelum kembali ke kantor, Van menyempatkan untuk menikmati sebatang rokok dahulu di smoking area. Saat ingin menyulut rokoknya, mata Van yang tajam seperti elang itu menangkap basah seorang pria yang tengah mencari kesempatan untuk mencopet. Salah seorang pelanggan perempuan yang tengah berdiri menerima telepon di depan area kafe jadi targetnya. Melihat si perempuan tidak sadar akan dicopet Van pun langsung bertindak, "Nona dibelakangmu pencopet!" Seru Van yang kemudian melompat keluar dan mengejar copet tersebut. Sebagian orang di sekitar sana pun langsung heboh dibuatnya.
**
Bukan hal sulit bagi Van untuk mengejar pencopet itu. Dirinya yang sudah pernah jadi gelandangan dan terbiasa hidup di jalanan tentu sudah tidak asing dengan segala kejadian kriminal yang terjadi di ruang terbuka.
Akhirnya Van menghadag si pencopet."Kembalikan tas itu, maka akan aku lepaskan dirimu!"
"Tidak akan!" Pencopet itu tidak mau menyerahkannya.
"Aku bilang berikan, atau—"
"Atau apa?! Aku tidak akan mengembalikannya. Lagiapula wanita pemilik tas ini kaya raya, dia tidak akan jatuh miskin hanya karena kehilangan sedikit hartanya kan!?"
Van memicingkan matanya menatap tajam si pencopet. Dilihat dari raut wajahnya, sepertinya pria itu mencopet bukan karena niat, melainkan karena terpaksa untuk bertahan hidup. Lagipula memangnya siapa orang waras yang mau jadi penjahat? Orang-orang kecil seringkali tak punya banyak pilihan untuk menjalani hidup. Disaat tekanan semakin besar dan tak kunjung ada jalan hal nekat seperti mencuri, mencopet, bahkan merampok adalah jalan mereka satu-satunya demi bertahan hidup di dunia yang keras ini. Tapi mau bagaimanapun negara ini punya hukum, perbuatan kriminal tetap saja salah apapun motif dibalik itu semua. "Aku tidak mau mengulanginya lagi, cepat berikan tas itu padaku sekarang juga atau kau akan menyesal!"
"Tidak akan pernah!" Pencopet itu mencoba lari tapi sayang yang dia hadapi Van yang jauh lebih licik dan pintar. Van dengan cekatan menangkap pria itu dan mengunci pergerkannya hingga benar-benar tidak bisa lari lagi. "Lepaskan aku sialan!" Pria itu mencoba melawan namun sia-sia saja, kemampuan bertarung dan kekuatannya jauh dibawah Van. "Berhenti melawanku atau aku patahkan lehermu dalam dua detik."
Karena ancaman Van, pencopet itu pun terpojok dan akhirnya melemparkan tas yang ia jambret tadi. Van pun melepaskan si pencopet lalu memungut tas itu.
"Kenapa dunia ini sungguh kejam!" Ujar si pencopet dengan berlinangan air mata. "Putriku sakit aku baru saja dipecat dari pekerjaanku tanpa uang pesangon, aku tidak tau harus cari biaya pengobatan darimana? Aku hanya mencopet orang kaya, aku juga tidak melukainya, lalu kenapa aku yang akan dihukum juga jika tertangkap? Kenapa nasib orang kecil sepertiku selalu begini huhu..."
Van merasa iba melihat pencopet itu, sebagai orang yang pernah merasakan kelaparan dan tak punya uang, ia tahu persis perasaan si pencopet saat ini. Van lalu mendekati si pencuri, "Hapus air matamu dan ambil ini!" Ia memberikan beberapa lembar uang seratus dollar kepada pencopet itu.
"I- ini untukku?" Tanya si pencopet kaget tak percaya.
"Ya itu untukmu, ambilah dan pergi dengan wajah bahagia. Kau tidak mau kan putrimu melihatmu pulang dengan wajah sedih jelek begitu!"
Pencopet itu terharu dan memeluk kaki Van sambil berterima kasih. "Tuan terima kasih kau sungguh dermawan semoga Tuhan selalu memberkati anda."
"Ah sudah lepaskan! Segeralah pergi sebelum aku berubah pikiran."
"Ba- baik Tuan, sekali lagi terima kasih!" Pencopet itupun pergi dengan membawa sejumlah uang diberikan Van.
**
Wanita yang dicopet itu masih menunggu di dekat kafe ia bermaksud untuk menelepon polisi. "Tidak perlu menelepon polisi tasmu sudah kembali dengan utuh, ini" Van memberikan tas itu kepada pemiliknya.
"Oh akhirnya tas ini kembali, terima ka- sih Tuan." Gadis itu diam terpana saat menatap langsung wajah Van. Wow dia tampan sekali, puji wanita itu dalam hati.
"Baiklah Nona kalau begitu aku permisi, lain kali hati-hati."
"Tuan tunggu dulu!" Seru wanita itu menghentikan langkah Van yang mau pergi.
"Ada apa lagi?" Tanya Van berbalik badan.
"Sebagai ucapan terima kasihku, bagaimana kalau aku mentraktirmu dahulu barulah kau—"
Tiba-tiba ponsel Van berdering "Ah maaf aku ada telepon." Ternyata panggilan dari Lara itu tandanya Van harus segera pergi. "Nona maaf, tapi aku ada panggilan yang jauh lebih penting saat ini jadi lain kali saja kita bicaranya." Van akhirnya pergi sambil menerima telepon.
"Dasar bodoh! Kenapa aku tidak tanya namanya dulu!" Wanita itu menggerutu kesal karena tak sempat berkenalan. "Tapi tenang saja aku akan menemukanmu lagi pria tampanku," ucapnya dengan percaya diri.
**
Setelah selesai meeting untuk membahas kontrak dari beberapa klien di ruang meeting, Lara bertanya kepada Miranda kapan dirinya dijadwalkan bertemu dengan pimpinan brand Appletree?
"Soal itu aku sudah jadwalkan kalau Nona akan bertemu pimpinan Appletree pada hari senin, dan untuk pertemuan lainnya aku sudah jadwalkan sekitar seminggu lagi."
"Baiklah."
"Oh iya Nona tentang kepulangan Tuan Jeden Lee besok—"
"Itu aku serahkan padamu Mira, aku sudah bilang pada Jeden kalau besok kau yang akan jemput dia di bandara. Sepulang kau jemput dia kita akan langsung lakukan pertemuan di kafe dekat kantor." Lara ingin tau apa saja yang sudah didapat oleh Jeden setelah beberapa minggu di tokyo.
"Baik kalau begitu aku permisi duluan. Kalau Nona, apa masih mau menunggu disini sendirian? ini sudah malam lho..."
"I- iya sebentar lagi aku akan turun kok."
"Maaf ya aku tidak bisa temani Nona disini."
"Eh tidak masalah Mira, santai saja."
"Yasudah kalau begitu aku permisi, selamat malam Nona Lara."
"Malam," Miranda pun pergi sedangkan Lara masih belum beranjak dari ruang meeting. "Van kenapa belum meneleponku balik sih?" Gerutu Lara melihat layar ponselnya tak kunjung ada panggilan dari pengawalnya itu. Karena bosan dan takut menunggu sendirian diruangan sepi, Lara pun memutuskan untuk langsung saja turun ke lobby.
**
Lara berjalan di koridor kantor yang sudah sepi, ia kini tengah menunggu lift tiba. Melihat suasana di sekitarnya Lara merasa kantor ini kalau malam seram sekali. Gadis itu pun mencoba memecah rasa takutnya dengan bersenandung. "Ayolah cepat lift kau datang!" Lara benci kalau harus berada sendirian di ruangan sepi di malam hari. Lagi-lagi Lara mencoba menghubungi Van namun tidak bisa, sepertinya ponsel pengawalnya itu mati. "Oh ayolah lift terbuka!"
DING!
Akhirnya pintu liftnya terbuka, Lara segera masuk ke dalam lift dan menekan tombol turun. Saat lift turun satu lantai pintu lift pun terbuka, lalu seseorang dengan kacamata hitam dan hoodie menutupi kepalanya masuk ke dalam lift. Awalnya Lara senang karena jadi tidak sendirian lagi, tapi setelahnya ia sadar orang itu tampak mencurigakan. Lara pun berdiri menjauh.
Ayolah cepat sampai ke lantai dasar!
Lara benar-benar merasa tak nyaman berada satu lift dengan orang aneh itu. Dan tak lama orang itu seperti perlahan mendekati Lara. Menyadari hal itu Lara mencoba tetap tenang ia tidak boleh sampai terlihat panik. Tapi orang itu semakin mendekatinya, Lara sampai harus mengepalkan tangannya kuat-kuat untuk menahan rasa panik karena takut. Keringat dingin mulai bercucuran, Lara rasanya ingin menangis sekeras-kerasnya. Lantai dasar masih empat lantai lagi, Bagaimana ini? Van aku mohon datanglah aku benar-benar takut!
Bersambung...
Jangan lupa vote, like dan dikomentar ya... 💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
Berdo'a saja
Van selalu santai sendiri
2023-07-17
0
linay
piye pengawale.... kok mlh gk stand by toh
2022-11-01
0
Rosita
pengawal bukan nya seharus nya setembay di samping setiap saan ini ko bisa kaya bukan bodigard ya
2022-09-16
6