Lara yang pingsan mulai tersadar, kepalanya terasa agak pusing, ia pun membuka matanya pelan-pelan. "Ini kan...?" Lara merasa tidak asing dengan keberadaannya. Ya tidak salah lagi, saat ini ia sedang berbaring di jok belakang mobil miliknya. Tapi bagaimana bisa? Lara pun meringsek bangun, dan melihat ke arah kursi mengemudi di depan. "Pak Jah?" Panggil Lara.
"Kau sudah bangun Nona?" Balas seorang pria yang kini tengah mengemudikan mobil Lara. Sontak Lara pun kaget mendengar suara orang yang kini tengah menyupirinya ternyata bukan Pak Jah. "Ka- kau siapa? Kenapa– kau bisa ada di sini? Dimana Miranda dan Pak Jah? Kau teman penjahat yang tadi kan?"
"Sstt... cerewet sekali, kau mengganggu konsenterasiku dalam menyetir!" Balas pria itu dengan ketus.
Lara langsung terdiam, ia merasa takut berada di dalam mobil bersama orang asing yang aroma tubuhnya tercium sangat tidak sedap itu. Namun karena penasaran dengan pria itu, Lara pun mencuri-curi pandang lewat kaca spion depan untuk sekilas memastikan seperti apa tampang pria yang kini menyupirinya itu. Lusuh dan kotor, begitulah yang dipikirkan Lara saat melihatnya sekilas. "Se– sebenarnya kau itu siapa Tuan?" Tanya Lara lagi.
"Astaga kau ini benar-benar cerewat sekali, yang jelas aku adalah orang yang sudah menyelamatkan nyawamu!"
Lara kaget. "Ja- jadi kau yang sudah menolongku? Lalu, dimana Mira dan Pak Jah?"
"Oh perempuan dan pak tua itu? Mereka sudah dibawa ke rumah sakit."
"Huft!" Lara merasa lega setelah mendengarnya. "Lalu Tuan, sekarang kita mau kemana?"
"Makan!"
"Apa! Makan?" Bisa-bisanya dia berpikir makan disaat seperti ini.
"Sudah jangan banyak tanya!"
Karena merasa sudah ditolong Lara pun menuruti perkataan pria itu. Lara terdiam dan tak banyak tanya, meski sebenarnya ia ingin sekali bertanya banyak hal, terutama alasan mengapa pria itu mau menolongnya.
"Oh iya ponselku diamana?" Lara seketika ingat ponselnya, ia pun mengambil tasnya dan mencari ponsel miliknya namun tidak ada.
"Kau cari ini?" Tanya si pria lusuh itu sambil menunjukan ponsel Lara yang dipegangnya.
"Iya! Sini berikan padaku."
"Eits!"
Lara yang ingin mengambil ponsel miliknya, malah dihalangi oleh pria itu.
"Kenapa kau mengambil ponselku? Sini kembalikan!"
"Aku akan memberikannya nanti, sekarang kau berikan aku uang dulu untuk beli makanan."
"Bukankah yang kau lakukan ini sebuah pemerasan?"
"Kau berkata begitu pada orang yang telah menyelamatkan nyawamu Nona, wah wah kau sungguh kejam."
Huh! Sabar... Lara tak bisa membalas karena bagaimanapun memang ia berhutang nyawa pada pria itu. Lara mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam tasnya dan memberikannya kepada pria yang masih fokus menyetir itu. "Ini uangnya!"
Setelah Lara memberikan beberapa lembar uang padanya, pria itu langsung mengarahkan mobilnya ke sebuah restoran drive thru dan memesan beberapa burger, soft drink dan kentang goreng. "Apa kau juga ingin makan biar kupesankan sekalian," tukas pria itu sekedar basa basi.
"Tidak, aku tidak lapar," jawab Lara dengan nada jutek.
"Yasudah kalau tidak mau."
***
Setelah selesai memesan beberapa makanan, pria itu mengarahkan mobilnya menuju ke tepi jalanan yang cukup sepi, dimana dihadapannya ada ladang ilalang membentan.
Pria itu keluar dari mobil sambil membawa makanan yang sudah dipesannya tadi, dan memakannya dengan sangat lahap. Dari dalam mobil Lara terus memperhatikan penampilan pria itu. Pakaiannya lusuh, tubuhnya pun seperti orang yang tidak pernah mandi ditambah rambut juga kumis dan brewoknya tumbuh tak terawat. "Dilihat dari pakaian dan penampilannya sepertinya dia memang seorang gelandangan," tebak Lara.
Dan pada akhirnya menunggu di dalam mobil sendirian membuat Lara bosan, ia lalu memutuskan untuk keluar dari dalam mobil. Lara berdiri sambil memandangi ladang ilalang yang membentang sejauh mata memandang. Gadis itu kembali menoleh ke arah pria yang tengah makan dengan lahap tanpa peduli apapun itu. "Apa kau sudah tidak makan selama seminggu?" Tanya Lara.
Pria itu tak menjawab dan tetap fokus makan.
"Huh!" desah Lara merasa sia-sia bertanya.
Suara sendawa seketika terdengar dari laki-laki itu menandakan kalau ia sudah kenyang.
KRETEK! KREK!
Suara sendi dan ruas tulang yang merenggang itu terdengar dari tubuh pria teresebut saat melakukan peregangan. "Woah! Akhirnya aku bisa makan enak! Baiklah ayo kita kembali ke mobil!" Ujar gelandangan itu tiba-tiba.
"Hei tunggu dulu!" Seru Lara. "Katakan padaku, sebenarnya kau itu siapa dan kenapa kau mau menolongku?"
Laki-laki lusuh itu menoleh dan berjalan mendekati Lara.
"Eh, kau mau apa mendekat?" Lara melangkah mundur sambil menahan nafas karena tak tahan dengan aroma pria itu yang sungguh tidak enak.
"Aku, menolongmu karena aku lapar dan butuh uang."
Kembali ke kejadian sebelumnya.
#Flashback On
Seorang pria gelandangan yang tengah tergeletak kelaparan di bawah bangku taman merasa terganggu kala mendengar suara para pria berjas serba hitam yang salah satunya membawa pistol.
"Cih! Berisik sekali!" Gelandangan itu pun bangun guna menyuruh mereka agar jangan mengganggu ketenangannya. Pria gelandangan itu pun menghampiri salah satu pria yang tengah memegang pistol lalu menepuk pundaknya. "Kenapa kau dan teman-temanmu berisik sekali, menganggu tidurku tau!"
"Bukan urusanmu dasar gelandangan busuk!" Balas si pria yang memegang pistol.
"Tapi kalian mengganggu ketenanganku! Jadi lebih baik kau dan–"
BUGH!
Pria itu malah memukul perut si gelandangan tersebut dan memakinya, "Pergi sana kau manusia busuk! Aku jijik dengan aromamu!"
Si gelandangan itu terlihat membungkuk sambil memegangi perutnya yang ditinju tadi. Anehnya gelandangan itu tidak tampak kesakitan sama sekali, ia malah menyeringai kecil ke arah pria berpistol itu.
"Kenapa kau tersenyum begitu, wajahmu itu sangat jelek kau tahu!" Ejek si pria berpistol itu lagi.
Genlandangan itu berjalan pelan mendekati pria itu dan, DARR! Terdengar suara tembakan. Pria itu membelalakan matanya, menatap si gelandangan tadi dengan wajah pucat dan kemudian tak sadarkan diri lalu ambruk dengan darah mengucur dari perutnya. Ternyata suara tembakan tadi berasal dari si gelandangan yang telah menembak perut si pria menggunakan pistol milik pria berjas.
"Pria bodoh yang malang," ejek geladangan itu melihat jasad pria yang telah mati ditembak olehnya.
Mendengar suara pistol tadi, pria yang tengah mencekik leher Lara pun langsung menoleh ke arah temannya yang kini telah tergeletak bersimbah darah. Melihat temannya dibunuh, pria itu pun marah lalu melepaskan Lara yang sudah pingsan duluan. Ia bermaksud balas menyerang gelandangan tersebut. Alhasil terjadilah perkelahian, dan si gelandangan lagi-lagi mengalahkan satu lagi pria berjas itu. Menyaksikan kedua temannya dikalahkan oleh seorang geladangan, pria berjas yang terakhir tersisa pun ketakutan dan memilih segera masuk mobil lalu melarikan diri.
"Cih dasar pecundang busuk!" ejek si gelandangan melihat kawan kedua pria yang sudah ia habisi pergi melarikan diri. Awalnya si gelandangan tidak mau ambil, namun melihat mobil dan tampilan Lara yang sepertinya anak orang kaya ia pun mengambil kesempatan itu untuk mendapatkan uang dari Lara.
Gelandangan itu pun segera mengambil ponsel milik Lara dan menelepon ambulans. Setelah itu ia segera menggendong Lara masuk ke dalam mobil dan membawanya pergi.
"Aku tidak tahu pasti, tapi dilihat dari ketiga orang itu sepertinya gadis ini memang pemilik mobil ini," ucap gelandangan itu sambil memperhatikan Lara dari balik kaca spion di depannya.
"Gadis ini sepertinya bisa aku manfaatkan," ia tersenyum tipis. "Nona kau beruntung aku tidak sedang bertenaga kalau tidak—" ia hanya tersenyum licik dan tidak melanjutkan perkataannya.
#flashback off
"Jadi kau yang membunuh orang-orang itu?" Tanya Lara dengan ekspresi kaget dan takut.
"Sejujurnya sih aku tidak tahu sudah mereka mati atau belum," balasnya dengan enteng. Van lalu mengeluarkan pistol yang tadi ia rebut dari pria yang ia tembak tadi. Lara langsung syok dan mundur perlahan saat melihat Van mengeluarkan pistol, "Ka- kau mau apa dengan senjata itu?"
Pria itu tak menjawab ia malah terus saja berjalan mendekati Lara. Sambil menahan nafas karena tidak kuat dengan bau pria gelandangan itu, Lara terus berjalan mundur hingga tanpa sadar ada batu yang membuatnya tersandung.
"Oh tidak!"
Untungnya dengan sigap pria gelandangan itu langsung memegangi pinggang Lara sehingga ia tidak jadi terjatuh.
"Itulah kenapa kita tidak boleh jalan mundur, kau bisa saja tersandung kapanpun Nona," ucap pria itu. Lara pun sadar dan langsung berdiri sendiri agar pria itu segera melepaskan tangannya dari pinggangnya.
"Te- terima kasih," ucap Lara kikuk.
"Hais sudahlah, aku sudah kenyang dan kau pun juga sudah aman, ini milikmu!" Pria itu mengembalikan ponsel milik Lara.
"Ini?"
"Kau sudah amankan sekarang? Kalau begitu pergilah, aku tidak mau dikira sedang menculikmu." Pria itu mengambil isi peluru dari pistol ditangannya lalu melempar isi peluru pistol itu ke ladang ilalang sejauh mungkin, setelah itu beranjak pergi. "
"Tunggu!" Seru Lara.
Pria itu berhenti lalu menoleh, "Apa lagi?"
"Apa kau sungguh bisa bertarung?"
Pria itu mengangkat satu alisnya. "Kenapa?"
"Aku– aku ingin membayarmu untuk menjadi pengawal pribadiku."
Bersambung...
Teman-teman jangan lupa vote dan komentarnya ya... biar semangat💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
Selvanus Sengiang
kayanya seru ni lanjut dah bacanya
2023-08-22
0
Berdo'a saja
menarik
2023-07-17
0
Karmani
lanjut autot
2023-06-21
0