Lara terpaku mendengar jawaban Van. Apa dia sungguh amat sangat membutuhkan uang sehingga tidak peduli dengan isi kontraknya?
"Tapi, bagaimana kalau ternyata isi kontrak itu tertulis, kalau kau harus menukar nyawamu demi aku?"
Van menyeringai kecil, "Kau tau Nona Hazel, detik disaat aku mengiyakan untuk menjadi pengawalmu maka disaat itu juga aku menyerahkan jiwaku sepenuhnya di dalam genggamanmu, itu artinya nyawamu bahkan lebih berharga dari nyawaku," ucap Van seraya bersumpah.
Lara pun langsung terkesiap dibuatnya dengan jawaban Van. Kenapa tiba-tiba jadi agak gugup begini? Sebenarnya ada apa denganku?
"Nona Lara?"
"I- iya kenapa?"
"Kenapa kau malah melamun?"
"Oh tidak apa-apa kok—" Bagaimana pun Lara harus tetap terlihat berkelas di depan pengawalnya itu.
"Baikalah Van, mulai hari ini sesuai kontrak yang tertulis, kau harus menjagaku kapanpun, dimanapun, dan apapun yang aku perintahkan kau harus bisa memenuhinya."
"Apapun itu untukmu Nona Lara," Balas Van dengan suara husky-nya yang lembut. Sebaliknya tatapan mata Van malah terlihat seperti mengintimidasi. "Tapi ada hal yang harus kau ingat Nona, kau harus menyediakan semua yang aku butuhkan."
"Tidak masalah!"
"Kalau begitu kau tanda tangani ini," Van mengeluarkan selembar kertas dan pulpen.
"Apa? Aku juga harus tanda tangan?" Lara tidak tahu kalau ia juga harus tanda tangan. Sebenarnya aku tidak mau tapi dia sepertinya bisa dipercaya. Lara membaca poin-poin di kontrak yang dibuat Van secara garis besar isinya poin-poin kontraknya seperti ini :
Hal yang harus dipenuhi pihak pertama untuk pihak ke dua seperti berikut;
>Menyediakan tempat tinggal
>Membayar gaji tidak boleh telat satu haripun
>Menyediakan kebutuhan pribadi (ponsel, kendaraan, dan sejenisnya)
>Memberikan waktu menikmati kesenangan sesekali.
"Oh hanya poin-poin seperti itu bukan masalah, akan aku tanda tangani sekarang juga." Lara akhirnya menandatangani kontrak itu. Ia kini resmi menjadi bos yang harus selalu dijaga oleh Van.
"Baiklah kalau begitu Nona apa yang harus aku kerjakan sekarang?"
Lara sebenarnya juga tidak tahu harus menyuruh apa sekarang, karena dia tidak pernah memiliki pengawal pribadi sebelumnya. Tapi yang sudah pasti Lara harus lakukan adalah memberikan ponsel yang sudah ia beli kepada pengawalnya itu. "Ini ponsel untukmu," Lara memberikan ponsel yang sudah siap pakai itu kepada Van.
"Aku sudah memasukkan semua nomor-nomor penting ke dalam kontaknya jadi kau tinggal gunakan saja. Dan soal tempat tinggal, aku akan berdiskusi dulu dengan Miranda."
Lara masih harus bekerja ia pun menyuruh Van untuk pergi keluar dengan memberikan kartu kredit padanya. "Kau pergilah beli apapun yang kau butuhkan dengan itu, limit kartunya sampai satu juta dolar, anggap itu gaji pertama dan bonusnya, jadi kau bisa gunakan sesukamu."
Wow! Van tidak menyangka bosnya ini sangat royal padanya. "Baiklah kalau begitu aku permisi Nona Lara, hubungi aku langsung jika kau ada masalah atau apapun itu."
"Okey..."
Akhirnya Van pergi dari ruangan Lara.
"Huft!" Lara menghela nafas lega. "Akhirnya urusan kontrak sudah selesai, tinggal aku pikirkan soal tempat tinggal untuknya. Oh iya, tadi saat Van bicara dengan nada lembut kenapa jantungku jadi berdegup cepat ya?" Lara jadi merasa aneh dengan itu.
***
Van pergi menggunakan mobil yang telah diberikan oleh Pak Jah sebagai kendaraannya. Van sungguh masih tidak percaya kalau kerja jadi pengawal pribadi bisa semenyenangkan ini. "Seharusnya sejak lama saja aku bertemu Nona Lara. Tapi tidak apa-apa, mungkin memang baru sekarang ini waktu yang tepat untuk kita bertemu. Tapi yang pertama harus aku lakukan adalah segera menghubungi Aron dan menyelesaikan urusanku dengannya." Entah siapa Aron yang dimaksud itu? Yang jelas tampaknya Van bukanlah sekedar gelandangan biasa sepertinya ia memiliki latar belakang yang cukup rumit.
***
Miranda menemui Lara diruangannya untuk memberikan laporan pertemuannya tadi dengan perusahaan Appletree , salah satu perusahaan brand pakaian tekenal di negeri ini. Sedikit penjelasan, Miracle sendiri adalah perusahaan tekstil terbesar dan tersukses di kota ZR, hampir seluruh industri rumah mode pakaian premium di negeri ini menggunakan jasa Miracle sebagai distributor bahan baku pembuatan produk pakaian-pakaian mereka.
"Jadi apa kau sudah bisa meyakinkan perusahaan itu agar mau menjadi partner tetap kita?" Tanya Lara.
Mira membetulkan kacamatanya sebelum menjelaskan hasil diskusinya dengan pimpinan Appletree. Mira menjelaskan jika, perusahaan itu sampai detik ini belum kepikiran untuk menjalin kerjasama tetap dengan Miracle.
"Kenapa sulit sekali mengajak kerjasama Appletree?" Keluh Lara.
"Kecuali—"
"Kecuali apa Miranda?"
"Kecuali Nona sendiri yang datang ke perusahaan Appletree dan menemui pimpinan mereka untuk menawarkan kerjasama."
Kenapa ingin bertemu denganku? Sebenarnya siapa pimpinan Appletree saat ini? Tapi siapa peduli. "Baiklah mau bagaimana lagi itu sudah jadi kemauan mereka jadi aku harus. Miranda kau tolong aturkan jadwalku untuk bertemu dengan pimpinan Appletree minggu depan."
"Baik Nona aku akan atur jadwalnya."
"Oh iya Mira, selain itu ada hal yang ingin aku diskusikan denganmu."
"Soal apa itu Nona?"
"Soal rumah untuk Van." Lara ingin membicarakan tentang tempat tinggal untuk Van, pasalnya Lara sudah menyetujui sejak awal kalau ia akan memberikan tempat tinggal untuk Van. "Jadi Mira bagaimana menurutmu?"
"Uhm, menurutku anda tidak perlu sampai memberikan hal itu pada seorang pengawal."
"Tapi aku sudah terlanjur sepakat dan menyetujuinya Mira...," rengek Lara yang malah kebingungan sendiri karena ucapannya yang tidak ia pikir terlebih dahulu.
Miranda yang melihatnya justru tersenyum kecil melihat Lara yang merengek. Kalau sedang bingung dan bicaranya mulai merengek, Nona Lara benar-benar terlihat lucu seperti adik kecil yang tengah kebingungan.
"Mira, kau jangan malah senyum-senyum dan diam begitu, kau harus bantu aku karena aku tidak tahu lagi harus bagaimana, aku tak mungkin membawa Van ke kediamanku kan... Huhu." Lara terus merengek dan merongrong minta bantuan kepada Mira yang dia sudah anggap kakaknya sendiri itu.
"Nona tenanglah sebentar."
"Baiklah..." Lara berusaha tenang
"Aha! Aku tau."
"Benarkah? Jadi bagaimana?" Lara dengan mata bulatnya menatap Mira penuh harap.
"Biarkan dia tinggal di unit apartemen milikmu yang kau beli tahun lalu."
Lara membulatkan matan. "Oh iya, aku baru ingat kalau aku sempat membeli unit apartemen, bagaimana aku bisa lupa itu?"
"Itu karena kau tidak pernah menempatinya."
"Siapa bilang, aku pernah menempatinya!" Sanggah Lara.
"Iya tapi hanya satu malam, itupun kau memintaku datang menemanimu akhirnya."
"Soal itu—" Dengan wajah tersipu Lara akhirnya tidak bisa mengelak lagi. Pasalnya ia memang saat itu bahkan sampai sekarang belum berani untuk tinggal sendirian. "Sudahlah lupakan soal itu, intinya Van akan tinggal di apartemen itu."
****
Di sebuah klub kecil terlihat Van yang tengah duduk menikmati segelas wine di depan meja bar. Tak lama kemudian datang sosok pria dewasa berpakaian santai berusia sekitar tiga puluh tahun menghampiri Van dan menepuk pundaknya. "Hai raja mabuk, kau sudah habis berapa botol selama menugguku?"
Van hanya menanggapinya dengan seringai yang diiringi tawa kecil. "Bagaimana kabarmu Aron?" Ucap Van pada pria yang kini duduk disebelahnya itu.
"Kabarku baik, kau sendiri?"
"Menurutmu?"
"Menurutku penampilanmu tampak sangat berubah dibanding terakhir kali kita bertemu tahun lalu di pinggir jalan. Dan sekarang kau—" Bagi Aron penampilan Van sungguh sangat berbeda. Terakhir kali Aron bertemu Van tampilannya tampak sangat menyedihkan, sampai-sampai ia meminjam seratus dollar kepadanya untuk makan.
"Apa yang berubah dariku?"
"Semuanya! Kecuali wajahmu, kau memang selalu tampan sejak dulu bahkan sekarang semakin tampan."
Van lagi-lagi hanya menyeringai kecil.
"Lalu ada apa kau tiba-tiba ingin bertemu denganku? Kalau kau mau pinjam uang lagi, maaf saja aku tak bisa karena sepertinya aku sekarang lebih miskin darimu."
"Justru sebaliknya," Van mengeluarkan beberapa lembar uang seratus dollar dan memberikannya pada Aron.
"Eh- uang apa ini?" Tanya Aron kaget
"Itu uang yang pernah aku pinjam darimu jadi aku kembalikan."
Bersambung...
Jangan lupa di vote dikomen dan difavoritin 💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
Berdo'a saja
waah jujur ternyata
2023-07-17
0
Muhammad Pratama
tambah penasaran aku mak
2022-09-02
2
Wo Diana Koba Ngaras
baca bab ini aq mrsa aq ngikutin dn nemanin van byar hutang suee 🤣🤣
2022-08-30
0