Refald dan Eric tiba di desa angker, tempat pertama yang membuat mereka terjebak di desa ini tepat disaat Refald tidak memiliki kekutan apapun. Matahari masih belum terbenam saat keduanya tiba. Dan benar dugaan Refald, warung makan yang sempat menjadi tempat peristirahatan Refald dan Eric sebenarnya adalah sebuah kuburan yang sudah lama di tinggalkan.
Keangkeran desa ini tak bisa diragukan lagi. Siapapun yang datang pasti akan ketakutan setengah mati. Makam-makam penduduk desa di masa lalu terletak persis di tengah hutan dan tak banyak orang tahu lokasi ini. Bahkan desa ini sudah dianggap tidak ada lagi.
Banyak masyarakat setempat dari desa lain mengatakan, siapapun yang datang ke desa angker ini, tidak akan pernah bisa kembali dalam keadaan hidup dan itu memang benar. Jika saja Refald bukanlah manusia istimewa, mungkin ia juga akan bernasib sama seperti halnya Asrok.
“Brays, kenapa kita malah datang ke pemakaman? Ngeri tahu, ini kuburan serem amat,” ujar Eric sambil bergidik ngeri, ia tak berani jauh-jauh dari Refald. Bulu kuduknya sudah banyak berdiri meskipun hari masih sore.
“Ya kalau pasar namanya bukan kubburan, Brays. Tapi swalayan!” cetus Refald, Eric terlalu menghiperbolakan suasana. “Apa kau tidak sadar? Inilah lokasi warung tempat kita menumpang istirahat tempo hari. Kalau disiang hari, suasana aslinya adalah makam yang sudah lama ditinggalkan, tapi bila malam hari, seluruh penghuni kuburan ini mengubah wujud mereka layaknya penduduk desa sebelum mereka meninggal. Jiwa-jiwa mereka bergentayangan karena kemataian mereka terjadi secara tidak wajar. Kita datang kemari, untuk menidurkan mengembalikan jiwa-jiwa itu ke alamnya.” Refald mengamati sekeliling tanpa merasa takut sedikitpun.
Eric tak bisa berkomentar apa-apa. Ia sudah biasa melihat sikap tenang Refald meskipun ia sedang daalm bahaya besar. Refald mengeluarkan garam yang ia beli dari pasar dan duduk bersila seolah sedang meinta isin paad seseorang. Tak lama kemudian, Refald kembali berdiri dan hendak menaburkan garam mengelilingi makam.
“Jangan diam saja disitu! Bantu aku menaburkan garam ini!” seru Refald pada Eric. “Lepas sandalmu dan berjalanlah berlawanan arah denganku!” Refad meberikan sekantong garam pada Eric dan memberikan aba-abanya.
Tanpa protes, Ericpun melakukan apa yang dianjurkan Refald, ia melepas sandal mewahnya dan mulai menabur garam berlawanan arah dengan Refald. Keduanya bertemu di satu titik yang menjadi tanda selesainya membuat pembatas antara makam dan bukan makam. Ini adalah langkah pertama yang harus dilakukan Refald dan Eric.
Selanjutnya, Refald menaburkan bunga tujuh rupa pada setiap makam yang ada di kuburan ini termasuk makam kunti merah itu sendiri. Dinding palsu yang berisikan jenazah wanita ternyata itu adalah kuburan Kunti merah. Namun, Refald tidak yakin, entah meagapa ia merasa ada yang janggal di makam ini. Meski begitu, Refald tetap menyelesaikan sesuai anjuran yang diberitahukan almarhum kakeknya Fey selaku raja dedemit sebelum Refald.
“Selanjutnya apalagi?” tanya Eric was-was. Ia merasakan ada aura mengerikan semakin kuat seiring dengan tenggelamnya matahari di barat.
Refald tidak langsung menjawab. Ia juga menabur garam di sekeliling Eric sambil berkata, “Apapun yang terjadi, apapun yang kau lihat di depan mata kepalamu, jangan pernah keluar dari lingkaran ini. Kau paham?” tanya Refald.
Eric mengangguk pelan, tapi ia juga ketakutan. Sebegitunya Refald melakukan hal senekat ini demi melidunginya.
Rembang petang telah berganti malam. Refald berdiri tegak tepat di depan Eric sambil melipat kedua tangannya di depan dada seolah sedang menanti hadirnya sesuatu. Tak berselang lama, tiba-tiba saja terjadi ledakan besar dari setiap makam yang ada di kuburan ini. Seluruh jiwa yang dikendalikan oleh iblis jahat mulai bangkit dari alam kubur mereka masing-masing dengan wujud paling mengerikan yang pernah dilihat Refald dan Eric.
Mereka semua beradu pandang dengan Refald. Aura kebencian yang begitu besar berkumpul jadi satu mengelilingi makhluk mengerikan itu. Kalau dilihat-lihat, iblis yang merasuki jiwa-jiwa bergentayangan tersebut terlihat seperti zombie. Mereka semua siap menyerang Refald karena merasa terganggu dengan kehadiran pangeran dedemit itu di sini.
Bukannya takut, Refald malah tersenyum sinis. “Mereka datang Brays, ingat apa yang kukatakan, apapun yang terjadi … jangan pernah keluar dari garis pembatas itu.” Refald kembali mengingatkan sahabatnya yang sudah lebih dulu menutup wajah saking mengerikannya kumpulan makhluk astral yang ada di hadapannya.
Pocong, sundel bolong, gerandong, genderuwo serta makhluk mengerikan lainnya berbondong-bondong maju mendekati posisi Eric dan Refald berdiri. Tak seperti dedemit pasukan Refald yang terlihat tampan dan menawan, dedemit yang mereka hadapi saat ini benar-benar menyeramkan sampai Eric serasa mau pingsan.
Sayangnya, dedemit tersebut tak bisa menembus pembatas yang tadi dibuat Refald dengan garam. Mereka tak bisa mendekati Refald karena terhalang pembatas garam. Pantas tunangan Fey itu tak memanggil pasukannya kemari, ternyata pembatas bertabur garam menjadi penghalang lelembut itu agar tidak bisa keluar.
Tentu saja kumpulan dedemit itu panik, sebab … secara tidak langsung Refald mengunci mereka semua agar tidak bisa lagi bergentayangan mengganggu orang. Menyadari hal itu,para setan-setan itu mencoba melayang terbang. Namun pembatas yang dibuat Refald tak ada ujungnya. Sia-sia saja mereka melayang yang artinya, sama saja dengan mengantar mereka kembali ke alam mereka sendiri.
Sebagian dari para makhluk astral ada yang meneruskan perjalanan mengikuti pembatas yang dibuat Refald, tapi tak sedikit pula yang memilih kembali ke bumi dan berusaha memberontak. Mereka semakin marah dan untuk meredakan amarah itu … Refald melontarkan sebuah kalimat yang langsung membuat para dedemit itu menghilang dalam sekejap.
“Mbah … putumu liwat,” (Kakek/Nenek … cucumu lewat) ujar Refald sebanyak 3 kali. Sontak secercah cahaya benderang menyala terang menyilaukan semua mata yang memandang dan membuat para arwah gentayangan itu lenyap tak bersisa.
Itulah kata kunci yang diberitahukan kakek Fey untuk mengunci arwah-arwah penasaran itu agar kembali ke alamnya. Cahaya terang tadi meredup dan suasana kembali gelap, tapi tidak semencekam sebelumnya karena hampir sebagian besar dedemit menakutkan sudah pergi dari sini. Hampir … artinya tidak semuanya.
Refald memicingkan mata melihat ada 2 makam yang tidak meledak seperti makam-makam lainnya. Seketika Refald menyadari sesuatu yang tadi sempat ia rasakan saat menabur bunga tujuh rupa di atas makam-makam ini.
“Gawat!” seru Refald dan bergegas memanggil seluruh pasukan dedemitnya.
“Ada apa, Pangeran?” tanya mas Gen begitu ia dan yang lainnya datang. Sementara pak Po masih belum berani muncul karena ia belum diperbolehkan menghadap Refald.
“Kalian ku bagi menjadi 2 kelompok! Mas Gen! Cari keberadaan Kuyang di seluruh pelosok desa sekitar! Mas Ger! Pimpin yang lainnya mencari kunti merah. Jika kalian melihat mereka segera laporkan padaku!” seru Refald merasakan sesuatu hal yang buruk.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Erni Hidayat
Nah.. faham akhirnya kenapa saat acara caraka yang diketuai FEY banyak sekali kejadian aheng... Dan kunci kata ini lah pembukanya....
2022-10-05
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔STEVIE𝒜⃟ᴺᴮ
mba kun sama kuyang nya lagi ngumpet 🤭
2022-09-10
0
Siti Masiroh
lah. kata kuncinya cuma itu mbah uti/mbah buyut putu mu lewat 🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2022-08-03
1