Refald dan Erick saling pandang satu sama lain menatap kepergian pria kurus yang lebih dulu berjalan di depan mereka. Sebagai pendatang, keduanya tidak bisa berbuat seenaknya apalagi desa ini baru saja tertimpa musibah dengan meninggalnya salah satu warga mereka secara misterius. Refald dan Eric terpaksa mengikuti arahan pria kurus yang berjalan pulang kerumahnya.
Rumah kediaman bapak-bapak yang belakangan diketahui bernama pak Diki, rupanya tak jauh dari lokasi tempat meninggalnya salah satu warga di desa ini. Meski penasaran siapakah jasad yang sedang diselidiki polisi itu, baik Refald dan Eric masih enggan membahasnya.
“Mari silahkan mampir ke gubuk saya, Den.” Pak Diki mempersilakan Refald dan Erick masuk ke dalam rumahnya. Saking litotesnya, pria tersebut menyebut rumahnya sebagai gubuk, padahal bangunan rumahnya terbuat dari tembok dengan desain sederhana khas ala rumah-rumah pedesaan ada umumnya. Dan lumayan bagus juga sebenarnya.
“Ini sih, bukan gubuk, Pak. Ini merupakan rumah gedongan paling bagus di desa ini,” celetuk Eric sementara Refald cuma diam saja.
“Bagi pemuda-pemuda metropolitan seperti kalian, rumah seperti rumah saya ini cuma gubuk biasa. Sebagus-bagusnya rumah di desa terpencil seperti desa ini, tetap tak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan gedung-gedung tinggi menjulang di kota kalian tinggal.”
“Kami juga tinggal di desa kok, Pak. Hanya saja kami memang mau pergi kesuatu tempat dan tidak sengaja tersesat di sini.” Eric juga ingin merendahkan diri. Memangnya cuma orang desa saja yang bisa berlitotes, Eric juga bisa meski ia bukan berasal dari desa dan berdarah Jerman.
“Mari masuk dan silahkan duduk,” ujar sang pemilik rumah dengan ramah. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan. “Nduk!” seru pak Diki memanggil seseorang dari dalam. ‘Nduk’ adalah kata panggilan orangtua kepada putrinya.
“Nggeh, Pak!” terdengar seruan seorang wanita dan tak berapa lama, wanita tersebut keluar dari balik tirai kelambu menghampiri pria yang memanggilnya. “Wonten nopo nggeh, Pak?” (Ada apa ya, Pak?) tanya wanita muda itu sopan.
“Gaekno, tamu-tamu iki minum.” (buatkan tamu-tamu ini minum) pinta pak Diki pada wanita yang ternyata adalah putrinya sendiri.
“Nggeh,” (Iya) jawab wanita cantik itu tanpa berani menatap wajah Eric ataupun Refald. Ia langsung bergegas masuk ke dalam rumah untuk melakukan apa yang diperintahkan ayahnya.
“Brays, mereka pakai Bahasa apa?” bisik Eric di telinga Refald karena baru kali ini Eric mendengar ada orang bicara bahasa yang tidak Eric paham. Maklumlah, Eric kan bule, bisa bahasa Indonesia dengan baik dan lancar saja sudah bagus.
“Itu bahasa Jawa, bahasa asli keluarga Fey. Fey juga sering menggunakan bahasa Jawa kalau sedang bercengkerama dengan teman-temannya.” Entah kenapa Refald jadi teringat tunangannya.
Ingin sekali Refald segera pergi dari sini untuk menemui wanita yang menjadi pujaan hatinya. Namun, apa daya, ia masih belum bisa keluar dari desa ini begitu saja tanpa kekuatannya. Jika Refald nekat, selamanya para makhluk astral terutama mbak Kunti itu akan terus mengikutinya dan mengganggu semua orang yang ada bersamanya.
“Oh, pantas saja kalimat kayak gitu nggak asing ditelingaku. Apa kau tahu artinya?” tanya Eric mulai kepo. Ia sedikit kagum, di desa terpencil ini, masih ada gadis cantik yang sangat sopan dan lemah lembut, meski gaya Bahasa yang digunakannya sangat medok Jawa.
“Sedikit,” tandas Refald tanpa menoleh pada Eric.
Tunangan Fey itu memerhatikan sang pemilik rumah duduk santai di kursi tepat depan ia duduk. Padahal diluaran sana, sedang heboh masyarakat berbondong-bondong untuk melihat serta mengulas misteri kematian seorang pemuda yang Refald dengar bunuh diri dari lantai atas rumahnya.
“Sebenarnya, Bapak heran. Bagaimana bisa kalian berdua selamat dari desa yang terkenal angker itu? Siapapun yang masuk atau tersesat di desa itu, rata-rata tidak akan kembali dalam keadaan hidup-hidup.” akhirnya, pak Diki langsung masuk ke inti pembicaraan tanpa basa-basi lagi.
“Apa maksud Bapak?” tanya Eric mulai panik.
“Desa itu adalah desa terkutuk! Warga di sini tidak ada yang berani mendekat ataupun lewat di desa itu. Sebab, siapapun yang melewatinya pasti akan tersedot ke dunia lain dimana para manusia yang ada di sana tidak akan bisa keluar dengan mudah dan pastinya akan menjadi salah satu bagian dari penghuni desa angker itu. Sebenarnya. Desa itu sudah sangat lama ditiggalkan. Itulah kenapa saya heran, kalian berdua bisa keluar dari sana dalam keadaan selamat tanpa kurang sedikitpun.” terang pak Diki sehingga membuat mata Erick melotot hampir keluar.
Namun, tidak dengan Refald yang memang sudah tahu sebelumnya bahwa desa aneh itu hanyalah desa fiktif begitupula orang-orang yanga ada didalamnya. Beruntung Refald bisa memprediksi waktu yang tepat untuk kabur sebelum dirinya dan Eric dijadikan salah satu penghuni desa angker itu.
“Justru karena saya merasa aneh berada di tempat itu, makanya saya dan teman saya kabur dari sana di tengah malam buta dari rumah warung seorang bapak-bapak paruh baya.” Refaldpun mulai buka suara dan menatap tajam wajah pria didepannya. “Tapi sepertinya, apa yang Bapak ucapkan itu benar, orang yang pernah masuk ke desa itu memang tidak akan selamat. Dan perlu Bapak tahu, bukan kami saja yang ada di desa angker itu semalam ….” Refald sengaja menggantung kalimatnya.
“Apa maksud, Aden?” tanya pak Diki mulai bingung.
“Pemuda desa yang meninggal itu … adalah pemuda yang kami lihat sedang makan di warung tempat kami berada sebelumnya bersama seorang wanita.” Refald membantu menjelaskan dan sontak pak Diki membelalakkan mata saking terkejutnya.
"Apa?" pak Diki langsung shock.
Eric sendiri sudah hampir pingsan di samping Refald setelah mendengar pembicaraan ini. Semengerikan itukah kondisi mereka malam itu? Makanya Refald cuma diam saja dan waspada? Kini Eric mulai paham semuanya.
Refald memang luar biasa, entah apa yang terjadi pada Eric jika ia tak bersama dengan Refald. Pemuda tampan yang terpilih menjadi pangeran dedemit sejak usianya masih anak-anak dan telah memiliki tunangan. Misteri ini memang belum terpecahkan, meski demikian, Eric lega bisa keluar dari desa itu dengan selamat.
Pyar!
Terdengar dua gelas berisi kopi jatuh dan pecah dilantai. Tumpahan dan pecahan gelas tersebut berserakan dimana-mana dan mengejutkan semua orang. Seorang wanita cantik yang tadi di suruh pak Diki membuat minuman untuk Refald dan Eric itu tampak gemetar ketakutan.
“Nduk, onok opo? Lapo kowe kok ngejer ngunu?” (Nak, ada apa? Kenapa kamu gemetar begitu?) tanya pak Diki menenangkan putrinya.
Wanita cantik itu tak menyahut ucapannya dan lebih fokus melihat Refald. “Den,” ucap gadis yang sedang gemetar itu. “Opo wong wedok iku … jalan ambek wong lanang sing mati bunuh diri iku?” tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
“Nona … bisakah kau pakai bahasa Indonesia? Saya tidak paham soalnya,” ujar Eric tak kalah shock dari wanita cantik yang mengajukan pertanyaan pada Refald menggunakan bahasa Jawa.
“Iya,” jawab Refald karena singkat. Sedikit banyak, ia paham bahasa yang juga sering dipakai tunangannya. Ericpun dikacangin.
Mendengar jawaban Refald, gadis itu terhuyung dan terduduk linglung. Wajahnya tampak shock sampai ia sepertinya tidak punya tenaga untuk bangun. Gadis itupun menangis dan semakin membuat bingung orang-orang yang ada disekitarnya termasuk ayahnya sendiri.
“Onok opo Nduk, ngomongo!” (Ada apa, Nak? Katakan!) pinta pak Diki.
“Piye Iki, Pak, wong wedok iku Nina, Pak, ponakan Bapak. Sepupu awakdewe. Nina sampek saiki gak percoyo lek Asrok mati, Pak.” (Bagaimana ini Pak, wanita itu adalah Nina, Pak. Keponakan Bapak, sepupuku sendiri. Nina sampai sekarang masih tidak percaya kalau Asrok meninggal, Pak)
Tangis wanita yang biasa disapa Nana langsung pecah. Rasa lemas itupun merasuki tubuh Pak Diki sehingga pria tersebut tak sanggup berkata-kata lagi.
“Aduh, orang-orang ini ngomong apa sih?” geram, Eric. “Eh, Brays, translitin dong.” Eric menyenggol bahu Refald yang memilih diam seribu bahasa tanpa bicara apa-apa.
BERSAMBUNG
***
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Sahabat Vivo
mantap weh ceritanya lumayan lh meski agak nyeleneh😅
2023-12-27
0
Nanikk Tjahya Suryani
GK ngrtiii🤣🤣🤣 pdhl bapakku org Jawa 😂😂😂. klmaan di Cikarang 🤣😅😅
2022-12-25
0
MasWan
lho lho... kampung wingit jebule
2022-12-23
0