Betapa shock dan kagetnya pak Diki setelah mendengar penjelasan putrinya. Iapun segera bangun dari tempat duduknya dan memutuskan pergi ke rumah Nina untuk memastikan bahwa keponakannya baik-baik saja atau tidak. Sebab, bila benar Asrok yang mati secara misterius itu pergi dengan Nina ke desa angker seperti yang diberitahukan Refald, maka tak menuntut kemungkinan, keponakannya bisa dalam bahaya juga.
Kerena penasaran, Eric dan Refaldpun mengikuti langkah pak Diki begitupula dengan Nana. Dalam perjalanan menuju rumah Nina, Nana menceritakan bahwa malam sebelum kematian Asrok, Nina diajak jalan pergi ke suatu tempat dengan Asrok yang merupakan kekasih dari Nina. Nana sudah memberikan saran agar tidak pergi terlalu jauh dari desa dan jangan sampai pulang larut malam, tapi Nina tak menghiraukan saran sepupunya.
Pagi tadi, Nana memberitahu Nina kalau kekasihnya, Asrok telah meninggal. Saksi mata yang tepat berada di depan rumah Asrok melihat, kalau pria yang terkenal paling kaya di desa itu terjun dari balkon lantai 2 rumahnya. Aksi Asrok yang terkesan bunuh diri sontak mengagetkan seluruh warga yang kebetulan sedang meronda.
Bahkan tak sedikit dari mereka ada yang sempat melihat sosok wanita berbaju merah mondar-mandir di lantai 2 rumah Asrok. Hanya saja, ketika kediaman Asrok diperiksa oleh warga dan polisi setempat, mereka semua tidak menemukan seorangpun di sana. Situasi di rumah itu juga tidak menunjukkan ada tanda-tanda kekerasan. Barang-barang Asrok juga lengkap dan tetap tertata rapi di tempatnya, tak ada satupun yang hilang.
Hal itu semakin menguaatkan dugaan aparat kepolisian bahwa Asrok, telah bunuh diri meski motif dibalik aksi nekatnya itu masih menjadi misteri dan belum diketahui. Yang lebih aneh lagi adalah, Nina sama sekali tidak percaya kalau pria yang semalam bersamanya itu meninggal. Sebab, pada saat kejadian, Asrok masih bertelepon ria dengan kekasihnya hingga pagi dan baru berhenti bertelepon ketika Nana mengetuk pintu rumah Nina untuk memberi kabar duka meninggalnya Asrok.
Terang saja Nina tak percaya dan malah mengusir Nana dari rumahnya. Itulah yang membuat Nana bingung sekarang, apa yang terjadi sebenarnya. Jika Asrok dinyatakan meninggal dini hari, lalu siapa pria yang bertelepon ria dengan Nina.
“Pripun niki, Pak? Pripun usahane awakdewe ngeyakek’aken Nina ben dek’e percoyo, lek Asrok pun mboten wonten?” (Bagaimana ini, Pak? Bagaimana cara kita meyakinkan supaya Nina percaya kalau Asrok sudah tidak ada?) tanya Nina ketika mereka ber 4 sudah hampir sampai di depan rumah Nina yang tertutup rapat.
“Brays, terjemahin dong … kalau itu cewek udah ngomong, bikin kepalaku puyeng,” bisik Eric pada Refald. Disaat genting begini, bisa-bisany Eric mbanyol minta translet.
“Dia cuma tanya solusi cara memberitahu sepupunya kalau pacarnya sudah mati,” jawab Refald cuek dan Eric manggut-manggut tanda semakin tidak mengerti.
“Kowe ora usah panik, Nduk. Ayok diusut asli ceritone piye, baru digolek’i solusine.” (Kamu jangan panik, Nak. Ayo kita usut cerita aslinya itu bagaimana, baru dicari solusinya). Pak Diki mencoba bersikap tenang meski hatinya bergejolak kuat, begitupula dengan Refald.
Hanya Eric yang tampak linglung karena ia sama sekali tak mengerti satupun kata yang diucapkan ayah dan anak itu. Tapi ia juga sangat penasaran dengan ending cerita mistis ini. Eric menatap Refald yang terus saja diam mengamati situaso dan kondisi tanpa mau berkomentar apapun seolah ia sedang memikirkan sesuatu.
Pintupun diketuk dan keluarlah seorang wanita yang wajahnya memang persis sama seperti pernah dilihat Eric dan Refald di warung saat mereka terperangkap di desa angker. Wanita itu menguap seolah baru saja bangun tidur dan agak terkejut melihat pamannya dan beberapa pria tidak ia kenal berdiri di depan rumahnya.
“Kamu toh Nan, kirain siapa? Pak De sendiri kenapa ada di sini?” tanya Nina yang lebih suka bicara bahasa Ibdobesia ketimbang bahasa Jawa. Kata ‘pak De’ adalah sebutan orang jawa untuk kakak laki-laki dari kedua orangtua Nina, biasanya kalau dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan kata ‘paman’.
“Akhirnya, ada yang ngomong bahasa manusia juga, kalau gini kan aku ngerti,” celetuk Eric asal jeplak sambil senyam senyum sendiri, tapi tubuhnya langsung mendapat sikutan keras dari Refald tanda supaya Eric diam dan tidak mengatakan apapun selagi mereka ada di rumah orang.
Eric langsung memelototi sahabatnya karena sikutan Refald lumayan sakit juga. Iapun meringis kuda menahan sakit sambil memegangi perutnya. Sedikit sikutan saja, bisa membuat Eric kesakitan, bagaimana bila itu sebuah pukulan. Bisa-bisa tulang Eric patah hanya karena tak sengaja dipukul Refald.
Sementara Pak Diki, tanpa banyak bicara, memilih nyelonong masuk dan duduk di kursi ruang tamu rumah keponakannya meski belum dipersilakan oleh sang tuan rumah. Kalau orang lain, mungkin tindakan pak Diki dianggap kurang sopan, berhubung dia adalah orang paling tua di keluarga Nina, maka hal tersebut bukanlah masalah besar.
“Nin, apa yang kamu lakukan dengan Asrok semalam? Ke mana kalian pergi? Kapan kalian kembali?” tanya pak Diki tanpa basa-basi.
“Nina diajak mas Asrok ke desa seberang, pak De. Untuk persiapan lamaran, mas Asrok mau nikahin Nina.” Wajah Nina langsung tegang karena ia terpaksa berbohong pada pamannya. Tidak mungkin ia berterus terang kalau ia habis melakukan perbuatan terlarang di salah satu rumah kosong di desa angker.
Refald yang tahu kebohongan Nina, hanya tersenyum sinis saja. Yang Nina lakukan dengan kekasihnya itu sudah melanggar semua aturan dan bahkan memicu amarah makhluk astral tak kasat mata. Kejadian yang dialami Asrok sekarang, adalah hasil dari perbutannya sendiri. Pandangan mata Refald seketika terlalih ke sekeliling ruangan seolah ia merasakan ada sesuatu yang janggal di rumah ini.
“Eric, berdirilah di belakangku dan jangan jauh-jauh dariku,” pinta Refald tiba-tiba.
Tangan tunangan Fey ini jadi gemetar hebat tanpa sebab. Bukan karena takut akan apa yang ada di balik kamar Nina. Melainkan karena kekuatan Refald sudah mulai kembali secara perlahan-lahan.
Tanpa diberitahu apa alasannya, Eric mengerti karena ia bisa melihat apa yang Refald lihat. Dua pemuda tampan itu berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan. Baik Eric ataupun Refald sengaja berdiri tepat di depan pintu seolah menghalangi jalan.
“Jangan bohong, Nduk. Pak De tahu, kalian pergi ke desa angker itu, kan. Apa yang kalian lakukan di sana?”
“Sungguh pak De. Nina nggak bohong.” Nina tetap kukuh pada pendiriannya.
“Dua pemuda ini melihatmu dan Asrok sedang makan di warung di desa angker itu? Apa kamu nggak sadar, Nduk? Tempat itu adalah tempat terkutuk. Dan sekarang Asrok sudah meninggal gara-gara ia datang ke desa itu ...”
“Tidak mungkin pak De.” Nina menyela ucapan pamannya. “Kenapa pak De lebih percaya dua orang asing ini ketimbang keponakan pak De sendiri. Siapa yang bilang mas Asrok meninggal, pak De? Dia ada di kamar Nina kok, baru saja dia datang karena merasa kurang enak badan, kalau pak De tidak percaya, silahkan lihat sendiri!” Nina terlihat emosi karena banyak orang mengatakan kalau pacarnya sudah meninggal, padahal menurutnya tidak. Asrok masih hidup.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
As Syifa
ini novel awal nya yang mana ya??
maaf aku baru baca soal nya.. jadi bingung.. 🙏
2023-10-17
0
Luzi
sereeeeeemmmm uuuiiiiii...
2023-04-22
0
MasWan
nah lho... ada yg ngamar... eh nyamar maksudnya
2022-12-23
0