Eric bingung, Refald yang ia cemaskan tiba-tiba saja mengajaknya pulang untuk menemui Fey, tunangan Refald. Ini diluar rencana sebenarnya, tapi kejadian di desa ini membuat mereka harus mengubah haluan. Polisi masih sibuk mengatasi mobil ambulance yang terbakar, mereka juga tidak bisa melanjutkan perjalanan karena entah mengapa, seluruh ban mobil yang mereka tumpangi kempes tanpa sebab.
Iya kalau cuma satu ban saja yang bermasalah, lah ini semua ban mobil, satupun tidak ada yang utuh. Bantuan yang mereka minta juga belum datang hingga sekarang. Para polisi itu khawatir akan bermalam di sini kerena mereka tidak bisa pergi meninggalkan desa ataupun kembali sampai bantuan yang mereka panggil datang kemari menjemput mereka.
“Kita tidak bisa pergi meninggalkan mereka semua di sini Refald. Sejak tadi para hantu-hantu yang ada di sini mengamati kami. Mereka seolah ketakutan dan juga cemas. Apa yang terjadi? Jelaskan padaku? Kau menyembunyikan sesuatu dariku? Iya kan?” tanya Eric.
Refald menghela napas dan sepertinya ia memang tak bisa menutupi apapun dari Eric. Refald menatap tajam wajah sahabatnya dan memberitahu segalanya.
“Eric, dengarkan aku ….” Refald mulai menceritakan semua hal yang ia alami selama berada di dasar jurang tanpa ada yang ia sembunyikan termasuk pertemuannya dengan kakek Fey serta solusi yang ia berikan untuk mengatasi semua masalah yang ada di desa ini.
Awalnya, Eric sangat terkejut bukan kepalang mendengar bahwa incaran utama kunti merah itu adalah dirinya. Yang membuat Eric semakin shock lagi adalah masa lalu kakek buyutnya yang ternyata pernah berbuat sekeji itu pada seorang wanita. Kini, ia tahu kenapa ia diberkahi penglihatan sama seperti yang dimiliki Refald meskipun ia bukanlah manusia istimewa seperti sahabat dekatnya. Hal itu supaya ia bisa melihat semua ini melalui makhluk-makhluk astral tak kasat mata.
Air mata Eric jatuh, kedua tangannya menggenggam erat dan merutuki tindakan keji kakek buyutnya sehingga menyebabkan mala petaka dimana-mana. Dendam kunti itu sudah tersimpan selama puluhan bahkan ratusan tahun lamanya. Jangankan kunti yang menjadi korban kebengisan kakek buyut Eric, Eric sendiri juga malu karena ia merupakan salah satu keturunannya.
Pria bule itu terduduk lemah di depan Refald membayangkan betapa hancur dan terlukanya wanita-wanita yang menjadi korban kekejaman kakeknya. Namun sepertinya ini sudah menjadi takdir Eric. Hidup dan mati sudah ada yang menentukan, Ericpun tak bisa lari ataupun menghindar dari dendam dan kebencian si kunti merah.
Seandainya Eric bisa memilih, sungguh ia tak ingin terlahir dari keluarga yang membuat hidupnya harus menanggung beban dosa dari perbuatan buruk kakek buyutnya. Eric benar-benar merutuk kakeknya sendiri. Selama ini, ia menentang dan memerangi aksi kekerasan dalam bentuk apapun terhadap wanita.
Bahkan Eric tak segan berkelahi dan menghajar orang-orang yang suka merendahkan harkat serta martabat seorang wanita dimanapun Eric berada. Padahal, ia adalah bule di mana lingkungan tempat ia tinggal, menganut sistem liberal. Namun, Eric sungguh tidak menyangka, ternyata kakek buyutnya malah memiliki masa lalu suram dimana perbuatannya tak bisa dimaafkan oleh Eric sendiri.
"Sepertinya, aku menang pantas mati.Sevab itulah kita terjebak di sini," gumam Eric sedih.
“Ini semua bukan salahmu, Brays. Kunti itu memang mengincarmu karena kau adalah keturunan terakhir dari pria yang dulu pernah menyakitinya. Kau bisa memutus mata rantai dendam dan kebencian itu dengan melakukan apa yang diminta almarhum kakek Fey. Untuk melakukan semua itu, kita harus menyiapkan segala hal yang dibutuhkan di kota. Kita akan pergi sekarang, tapi akan kembali lagi kemari menjelang petang. Malam ini … kita berdua harus mengunci semua hantu yang ada di desa itu termasuk kunti merah dan kawan-kawannya agar tak meneror manusia lagi.”
“Tapi … bagaimana caranya, Brays? Kita tidak bisa pergi dari sini? Jika jalan kaki, itu lumayan jauh. Belum sampai kota mungkin kita berdua sudah tinggal nama. Aku sih tidak masalah jika memang takdir hidupku hanya selesai sampai di sini. Tapi kau … kau punya kekasih hati yang sekarang gelisah menanti kedatanganmu kembali. Apa yang akan terjadi pada Fey bila ia tahu kalau kau telah pergi meningalkan dia selamanya? Tidak Refald, aku tak ingin melibatkanmu dalam masalahku. Pergilah! Aku akan tetap di sini menebus semua dosa yang dilakukan kakek buyutku.”
“Kau jangan lebay, Brays. Tak perlu kendaraan untuk bisa ke kota! Lagian siapa yang bilang aku mau mati bersamamu di sini? Umurku dan umurmu itu masih panjang, bukankah itu yang selalu dikatakan ibumu setiap kali kita bertengkar? Ucapan seorang ibu adalah doa, Brays. Tanpa sadar, ibumu telah mendoakan kita selalu selamat dalam keadaan apapun meski kita berhadapan dengan kematian. Kita sudah sering bertaruh nyawa sebelumnya, dan kau tetap kuat berada disisiku, kenapa sekarang nyalimu ciut, ha? Mana Eric yang kukenal? Ini bukanlah kau,” ledek Refald. Tujuannya adalah membuat sahabatnya ini menghadapi apa yang menjadi takdirnya.
Refald membuktikan ucapannya dan langsung memegang tangan Eric. "Selama aku masih hidup, Takkan ada yang bisa menyakiti orang-orang yang kukasihi." Seketika Refald menarik tangan Eric dan melesat cepat bagai angin.
Awalnya pria bule itu terkejut, tapi kemudian ia langsung paham bahwa kekuatan Refald sudah kembali. Artinya, memang tak butuh kendaraan untuk bisa sampai di kota dalam kurun waktu relatif singkat sesingkat-singkatnya.
Bila kekuatan tunangan Fey itu kembali, tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Eric tersenyum lega karena ia kira kekuatan Refald tidak kembali dalam jangka waktu lama, tapi dugaannya salah besar. Pantas Refald tenang-tenang saja saat ia mengatakan kalau mereka berdua bisa mati sia-sia di desa angker ini.
Kurang dari 5 menit, Refald sudah sampai di pasar tradisional. Di pasar ini, dua pemuda itu bisa mendapatkan semua hal yang mereka butuhkan untuk menidurkan hantu teror desa angker. Mereka berdua sibuk berbelanja membeli kebutuhan yang diperlukan untuk dibawa ke desa.
Sejenak, keduanya melupakan masalah yang ada. Refald dan Eric juga sempat makan siang di sebuah warung pinggir jalan yang kebetulan, ada seseorang yang menjadi target incaran Refald. Pangeran dedemit itu sengaja memilih warung ini karena ia tahu, di seberang jalan sana ada wanita yang sangat ia rindukan, sedang asyik berkumpul dengan teman-temannya sambil menikmati makan siang bersama. Wanita itu … siapa lagi kalau bukan Fey.
Mata Refald tak pernah lepas dari gerak-gerik Fey yang tetap berusaha tersenyum dan tertawa lepas dengan ketiga sahabat dekatnya meski dalam hati, Fey masih merasa sedih karena ia mengira Refald telah meninggalkan dirinya untuk selamanya. Padahal, kekasih hati Fey itu kini ada di seberang jalan dan sedang menatap tajam kearahnya.
“Anda kembali, Pangeran!” bisik sosok berbaju putih bersih yang tiba-tiba berdiri di belakang Refald.
Eric langsung terjungkal ke belakang dari kursi duduknya begitu melihat siapakah sosok berbaju putih yang ada di belakang punggung sahabatnya. Seketika wajah Eric menjadi tegang dan keringat dingin mulai bercucuran.
“Anda kenapa tuan Eric, ini bukan pertama kalinya, Anda melihat saya?” tanya sosok berbaju putih yang tak lain dan tak bukan adalah mbak Kun, salah satu pasukan dedemit Refald. Tugasnya adalah mengawal Fey kemana-mana tanpa sepengetahuan Fey tentunya.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
MasWan
erick kyk nya trauma ama kun kun nih 😂😂🙈🙊
2022-12-23
0
Teh Yen
Eric knp kaget gt bukanya udah biasa yah liat makhluk astral yg tiba" datang
2022-09-23
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔STEVIE𝒜⃟ᴺᴮ
tenang aja eric , mbak kun kun ga bakalan gigit kok🤭
2022-09-10
0