Refald langsung menjitak kepala Eric karena salah paham dengan makna kalimat yang ia ucapkan. Refald buru-buru mencegah kepergian Nana pergi ke warung untuk membelikannya munuman saset marimas. Nanapun melirik tajam Eric karena heran, baru kali ini ia melihat ada bule oneng seperti Eric. Namun ia juga tidak bsia menyalahkan keonengan Eric karena pria bule itu tidak bisa bahasa Jawa. Sangat berbeda dengan Refald, tunangan Fey itu juga bule, tapi ternyata mengerti bahasa daerah khususnya bahasa Jawa.
“Sepurane lek aku lancang yo Mas, sampean kok iso ngerti basa Jawa iku tekok endi?” (Maaf kalau saya lancang ya, Mas. Anda bisa mengerti bahasa Jawa itu darimana?) tanya Nana pada Refald karena penasaran mengapa pria tampan misterius didepannya bisa mengerti bahasa Jawa yang ia ucapkan sementara malah Eric tidak sama sekali, padahal mereka berdua berasal dari negara sama.
“Karena saya punya tunangan keturunan langsung dari Jawa, Nona. Sedikit banyak saya tahu meski saya tidak bisa mengucapkan logat jawa seperti yang anda ucapkan,” terang Refald jujur. Pikirannya kembali teringat pada gadis cantik blesteran Jepang dan Jawa yang kini sudah menjadi tunangannya.
“Oh, wes duwe tunangan toh, kirakno sek jomblo. Tapi konco sampean kok oneng yo Mas? Mesam-mesem dewe koyok wong gendeng!” (Oh, sudah punya tunangan toh, kirain masih jomblo. Tapi teman anda kok oneng ya, Mas. Ketawa-ketiwi sendiri seperti orang gila) mata Nana menatap tajam Eric dengan terheran-heran.
Sahabat dekat Refald itu sengaja tebar pesona pada Nana karena salah mengira kalau Nana sedang memuji ketampanannya tanpa ia tahu bahwa gadis desa dengan logat Jawa kental itu sedang mengatainya. Sedangkan Refald mencoba sekuat tenaga menahan tawa agar tidak keluar apalagi disaat yang tidak tepat seperti ini.
“Jangan hiraukan dia Nona, tolong antar kami ke polisi agar kami bisa keluar dari sini secepatnya,” pinta Refald tak ingin membuang waktu lagi.
Nana setuju dan ia pamit pada ayahnya begitu pula dengan Refald. Sekali lagi, Refald menyampaikan permintaan maafnya karena ia tak bisa membantu keluarga pak Diki yang dalam masalah besar akibat ulah tercela keponakannya. Pak Diki sendiri juga tak berani mengambil resiko dengan memaksa Refald untuk membantunya. Pria kurus itupun bermaksud mengguankan cara lain untuk menyelamatkan hidup keponakannya dengan menuruti nasihat Refald.
Setelah sempat mengamati pak Diki yang berusaha menyadarkan Nina. Nana langsung keluar diikuti oleh 2 pemuda asing menuju tempat polisi itu berada. Kebetulan para polisi tersebut baru saja selesai menyelidiki kasus kematian misterius Asrok.
Saat ini, jenazah Asrok akan segera di bawa ke rumah sakit untuk di otopsi dan Refald diizinkan ikut naik ke dalam mobil ambulance. Hanya dengan cara itu, Refald baru bisa keluar dari desa angker yang menjebaknya.
Sebelum naik ke dalam mobil jenazah, Refald celingak-celinguk mencari sosok arwah Asrok yang ternyata masih betah bertengger di rumah Nina. Sebenarnya pemuda yang dijuluki sebagai pangeran dedemit ini sungguh sangat khawatir, apalagi hantu mesum itu masih mencoba merayu kekasihnya untuk berbuat intim meski mereka berdua kini telah berbeda alam. Dikarenakan arwah penasaran itu bukan pasukan dedemit Refald, Refald tak bisa berbuat apa-apa apalagi melarang apa yang arwah mesum itu lakukan.
“Sudah mati saja, otaknya masih bisa mesum. Semoga tidak terjadi apa-apa. Kunti itu masih ada disekitar sini dan hanya tinggal menunggu waktu saja,” gumam Refald sedikit prihatin juga mengamati nasib desa terpencil penuh misteri ini.
Mata Refald beralih menatap Eric yang sedang berbicara dengan Nana. Entah apa yang sedang mereka bahas yang jelas wajah Nana terlihat sangat kesal dengan Eric. Pasti sesuatu yang nggak nyambung sama sekali. Dilihat dari gerak gerik mereka saja sudah jelas terlihat kalau Eric salah paham pada apa yang diucapkan Nana padanya.
“Eric! Ayo!” panggil Refald dengan lantang karena mobil jenazah yang mereka tumpangi akan segera berangkat. Iapun sudah tidak sabar ingin keluar dari sini dan bertemu dengan Fey.
Ericpun mengakhiri ucapannya dan melambaikan tangan sambil TP-TP ke Nana. Sang gadis desa cuma bisa memicingkan mata dan semakin yakinlah dirinya kalau Eric itu memang gila. Gadis cantik itu bergidik ngeri dan memutuskan kembali pulang ke rumah.
“Kenapa kau senyam-senyum begitu? Bahagia banget satu mobil dengan jenazah?” sindir Refald meski ia tahu bukan itu alasan Eric tampak senang sekali.
“Jangan merusak suasana hatiku kau Brays. Kenapa kau memilih naik mobil jenazahnya si hantu mesum itu ketimbang naik mobil polisi?” cetus Eric langsung memasang muka kesal pada Refald. Keduanya sama-sama naik ke dalam mobil jenazah dan menatap ngeri mayat tertutup kain putih yang tepat ada di depan Refald dan Eric.
“Mobil polisi itu penuh, kau mau duduk berdesak-desakan dengan mereka? Kalau aku sih ogah, mendingan di sini bisa sambil selonjoran.” Refald meluruskan kakinya di bangku kursi dan Eric cuma berdecak kesal melihatnya.
Satu mobil dengan jenazah di mana arwahnya sedang bergentayangan di mana-mana, siapa yang tidak merinding disko coba? Untungnya, Eric sudah tidak kaget lagi dengan pola pikir Refald yang lebih suka dengan hal mistis ketimbang logika orang normal pada umumnya. Mau tidak mau Ericpun tetap setia berada di sisi Refald kalau hidupnya juga ingin selamat.
“Perjalanan kita ini lumayan jauh ke kota. Sesuai saran yang kau berikan padaku. Ku harap kau tidak lupa. Kita harus segera ke Bandara dan menemui ayah mertuaku lalu kembali lagi kemari. Ini sudah 2 hari, 3 hari lagi Fey ada kegiatan caraka di hutan yang berbahaya penuh dengan dedengkot dan demit. Aku harus tepat waktu untuk melindunginya.” Refald kembali pasanga muka serius.
“Huh … terserah kaulah, suka-suka kau mau ngapain dan berbuat apa. Yang penting aku bahagia. Tenyata … nona Nana bilang kalau aku ganteng loh.” Eric kembali tersenyum dan mengacuhkan jenazah Asrok meski sebenarnya kondisi mayat tersebut sangat mengerikan bila dilihat dengan seksama.
Kepala Asrok hancur, tangan dan kaki pria malang itu patah tak berbentuk, darah menyelimuti sekujur tubuhnya. Siapapun pasti tidak akan tahan melihat jenazah seperti ini. Namun, berbeda dengan Refald yang tampak nyaman-nyaman saja berada satu mobil dengan jenazah menyeramkan itu.
“Memangnya apa yang dia katakan gadis desa itu padamu?” tanya Refald penasaran. Ia benar-benar sangat santai. Tapi Refald juga tidak yakin kalau Nana memuji ketampanan Eric.
“Dia bilang kalau aku tuh wong gendeng, edan lan sinting, aku tahu artinya itu. Artinya adalah aku tuh ganteng, tampan dan charming. Iya, kan? Iya dong … dah jelas itu. Akhirnya gadis desa itu sadar juga.” Eric benar-benar narsis di depan Refald.
Tawa Refald langsung pecah mendengar ucapan Eric. Bahkan Refald langsung kepingkal-pingkal sambil memegangi perutnya. Benar dugaan Refald, kalau Eric sama sekali tidak nyambung dengan apa yang dikatakan Nana padanya.
“Kenapa kau tertawa, bilang saja kalau kau tidak terima?” Eric mulai sewot pada Refald. Mereka ini sedang dalam perjalanan keluar dari desa, Refald malah tertawa terbahak-bahak.
“Terima, aku terima kok. Karena yang dibilang nona Nana benar. Dia bilang kalau kau itu orang gila, tidak waras dan tidak punya otak!” seru Refald sambil kembali tertawa bahkan ia sampai menggedor-gedor jendela.
Sedangkan Eric jangan ditanya, mulutnya menganga lebar sampai ia tak tahu harus berkata apa. Ia melihat bingung Refald yang terus menertawai kebodohannya karena salah mengartikan makna ucapan Nana.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Shely_03💜
gendeng,Ric,bukan ganteng....😭😭😭
2023-01-11
1
ChaManda
parah sih kasian si bule nya😭😭😭
2023-01-04
0
MasWan
wuuuuakakakak
2022-12-23
1