Banyak hal yang terjadi sehingga Nina sama sekali tidak percaya dengan kabar meninggalnya Asrok. Sejak semalam Nina terus bicara dengan kekasihnya melalui sambungan telepon dan menutup panggilannya begitu Nana datang pagi-pagi. Bahkan, pria yang dikabarkan meninggal tiba-tiba saja datang secara misterus ke rumah Nina dan minta tidur di kamar karena ia menggigil kedinginan.
Mereka bahkan sempat berhubungan badan sebelum akhirnya Pak Diki dan yang lainnya datang kemari beberapa jam kemudian. Wajar jika Nina emosi karena semua orang mengira pria yang ia cintai diruomorkan meninggal dengan cara mengenaskan.
“Mbak … seng tenanan? Isok ae sing ndek kamar sampean iku duduk mas Asrok!” (Kak, beneran loh? Bisa saja yang di kamar kamu itu bukan mas Asrok).
Nana sama sekali tidak percaya dengan penjelasan sepupunya. Suasana menjadi tegang karena Nina tetap teguh pada ucapannya begitupula dengan Nana yang ngotot kalau Asrok sudah tiada.
“Aku serius Nan, beneran! Kalau kalian masih tidak percaya, masuklah! Di dalam kamar ada mas Asrok, kok! Cuma sekarang dia sedang tidur karena badannya tidak sehat.” Nina tak mau kalah, ia menantang keluarganya untuk membuktikan bahwa apa yang ia ucapkan itu benar.
Seketika, Nana dan ayahnya saling pandang. Mulut mereka menganga lebar mendengar pernyataan Nina yang sangat tidak masuk akal itu. Jelas-jelas diluaran sana sedang heboh dengan meninggalnya Asrok tapi Nina malah bilang kalau Asrok ada di dalam kamarnya.
Tak ingin buang waktu, dua orang ayah dan anak itu mencoba mendekat ke dekat pintu kamar Nina bermaksud memeriksa sendiri dengan mata kepala mereka. Eric sebenarnya juga ingin mengekor di belakang mereka, tapi langkahnya dicegah oleh Refald.
“Tetaplah di sini. Jangan bergerak kemanapun.” Refald memperingatkan dan matanya menatap tajam pintu kamar Nina. Sekali lagi, Refald memanggil nama semua pasukannya tapi tetap saja nihil. Meski kekuatan Refald berangsur kembali, ia masih belum bisa memanggil seluruh pasukannya untuk menghadap dirinya.
“Sial! Harusnya aku bisa memanggil mereka. Kenapa mereka belum datang juga,” gumam Refald.
“Brays, apa ada hantu suka gentayangan siang-siang? Hantu apaan? Hantu kesiangan.” Eric berkomentar karena ia mendengar gumaman Refald.
“Pasukanku bisa datang kapan saja, Ric. Tak perlu menunggu siang ataupun malam, begitu kekuatanku kembali aku bisa memanggil mereka semua sesuka hati. Bersiap-siaplah, sebentar lagi jiwa penasaran itu akan keluar!” Refald memperingatkan. Dua pemuda itu sama-sama berdiri tegap bersiap menghadang sesuatu yang akan datang melewati mereka.
Perlahan, pak Diki membuka pintu kamar Nina dan betapa terkejutnya mereka karena sekelebat bayangan hitam menembus pintu dan melesat cepat hendak pergi keluar rumah Nina. Refald yang berdiri diambang pintu langsung mengulurkan satu tangannya dan mencekik leher sosok makhluk astral tersebut saat hendak melintasi Refald.
Dengan gerakan secepat kilat Refald menjatuhkan sosok yang berasal dari dunia lain itu ke tanah. Hantu penasaran itupun tak berdaya dan tak kuasa menghadapi tekanan kuat dari tangan Refald di lehernya. Makhluk itu terus memberontak, tapi Refald terus menekannya semakin kuat. Sosok tersebut melihat aura lain yang terpancar dari Refald seolah ia takkan bisa mengalahkan Refald dengan mudah.
Ya jelas Refald tidak bisa kalah dan bisa menyentuh makhluk astral tak kasat mata. Sebab, tunangan Fey ini bukan manusia sembarangan. Ia adalah manusia yang terpilih menjadi pemimpin pasukan dedemit dari klan tertentu yang diwariskan turun-temurun dari nenek moyang Refald.
Bersamaan dengan itu, baik Nina ataupun Nana, langsung berteriak kencang sekencang-kencangnya setelah melihat apa yang ada di dalam kamarnya. Sedangkan pak Diki hanya bisa tertegun menyaksikan 2 hal aneh di luar nalar manusia terjadi di depan matanya sampai ia tak bisa berkata-kata. Eric jadi penasaran akan apa yang sedang terjadi di kamar Nina sampai membuat kedua wanita itu histeris dan tampak shock.
Pemuda itu berlari untuk mencari tahu. Sama halnya dengan yang lainnya, Mata Eric melotot hampir melompat keluar ketika melihat ada sebuah tulisan berdarah terpampang jelas di dinding kamar Nina.
MATILAH KAU! JANGAN GANGGU RUMAHKU!
Itulah tulisan berdarah yang terpampang di dinding kamar Nina. Karena tulisan itu berasal dari darah seseorang, bau anyir darah semakin menyeruak dan semakin menambah seram makna yang terkandung dalam tulisan tersebut.
Tidak salah lagi, tulisan tersebut adalah tulisan yang sengaja di tulis menggunakan darah manusia. Dan sudah bisa dipastikan darah siapa yang digunakan. Itu adalah darah Asrok, kekasih Nina yang dikabarkan telah meninggal bunuh diri.
Nina langsung pingsan di pelukan Nana, sementara pak Diki mendekati Refald yang tetap menahan arwah di tangannya. Bahkan Refald menduduki jiwa arwah tersebut diatasnya agar makhluk tak kasat mata itu tidak melarikan diri lagi.
“Apa yang terjadi ini, Den? Apa yang kau lakukan? Siapa Aden ini sebenarnya?” tanya pak Diki penuh selidik. Meski ia tak bisa melihat apa yang dilihat Refald. Namun ia merasakan ada sesuatu aneh dan penuh mistis sedang terjadi di sini.
Aksi Refald sama sekali tak bisa dikatakan sebagai perilaku orang normal. Sudah jelas kalau tamu-tamu tak diundang pak Diki ini bukanlah pemuda biasa. Aura kekuatan Refald bahkan bisa pak Diki rasakan dan sangat berbeda dari sebelumnya saat ia pertama kali melihat Refald. Ia seolah melihat sosok lain dalam diri seorang Refald.
Dengan tenang, Refald mulai menjelaskan. “Maaf sebelumnya, Pak. Saya tidak bisa berdiri karena saya menahan arwah gentayangan setelah kematiannya bisa dikatakan tidak wajar. Arwah yang saya tangkap ini adalah arwah pemuda desa yang baru saja meninggal itu. Ini adalah arwah dari pria yang bernama Asrok. Kekasih nona Nina. Namun ia tidak berbahaya karena ia datang untuk melidungi kekasihnya dari ancaman kuntilanak merah yang terus mengikuti mereka sejak keduanya keluar dari desa angker …”
Belum juga Refald menyelesaikan ucapannya, pak Diki sudah gemetar ketakutan. Tubuhnya bahkan oleng sehingga menarik perhatian Eric untuk menolongnya. Sedangkan Nana, sama sekali tidak tahu harus bagaimana. Ia bingung tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa.
“Lah malah pak Diki pingsan! Gimana ini Brays?” tanya Eric. Ia ngeri-ngeri sedap melihat sosok arwah gentayangannya Asrok dimana seluruh tubuhnya bermandikan darahnya sendiri.
“Le-lepaskan aku! Si-apa kalian?” berontak arwah Asrok berusaha lepas dari cengkeraman Refald. Namun, tunangan Fey sama sekali tak menggubris permintaan arwah Asrok.
“Bantu nona Nana meletakkan tubuh sepupunya di kursi panjang. Setelah itu, letakkan pak Diki di kursi sebelahnya lagi. Cepat sadarkan mereka berdua sebelum hal yang lebih buruk terjadi. Maaf tidak dapat membantu karena aku tak bisa meninggalkan arwah ini sampai para pasukanku datang,” ujar Refald pada Eric.
Eric langsung mengiyakan tanpa berkomentar apa-apa. Ia memeriksa kondisi Nina yang pingsan dan mengambil alih tubuhnya dari Nana.
“Atos-atos, Mas!” (Hati-hati, Mas) pinta Nana mencemaskan kondisi sepupunya.
“Apanya yang atos, Nona?” tanya Eric sama sekali tak mengerti maksud ucapan wanita cantik di depannya.
“Lek ngangkat Nina ojok kasar-kasar Mas, iku maksudku.” (Kalau mengangkat Nina jangan kasar-kasar Mas, itu maksudku)
Meski Nana sudah menjelaskan, tetap saja Eric semakin bingung dan tidak mengerti. Ya iyalah nggak ngerti, kan Eric ini bule, mana paham dia bahasa khas daerah Jawa.
“Up to you what ever you want, I don’t understand what you talking about!” geram Eric pada Nana. Ia terpaksa menggunakan bahasa Inggris saking kesalnya.
“Take care to carry Nina,” sengal Nana kesal juga dengan Eric yang sok bicara bahasa Inggris segala. Iapun juga memakai bahasa Inggris untuk menjelaskan pada Eric maksud ucapannya.
Tentu saja Eric terkejut bukan kepalang, wanita desa yang ia anggap aneh ini ternyata bisa bahasa Inggris juga. Benar-benar tak terduga.
"Kau bisa bahasa Inggris?” tanya Eric masih terkejut.
“Yo isok lah Mas, kan aku yo sekolah, yo diwuruk’i bahasa asing.” (Ya bisalah, Mas. Aku kan anak sekolah, juga diajari bahasa asing) cetus Nana.
“Can you speak English, please? Astaga, kenapa pakai bahasa jawa lagi.” Eric semakin kliyengan mendengar wanita didepannya ini kembali menggunakan bahasa jawa.
“Emoh, aku ora seneng ngomong Inggris, aku luweh seneng ngomong jowo!” (Nggak, aku tidak suka bicara bahasa Inggris. Aku lebih suka bicara bahasa Jawa)
Wanita bernama Nana itu bersikap sewot dan jutek pada Eric tapi sangat ramah dan sopan saat melihat Refald. Sejak tadi, Refald sudah menahan tawa dari balik punggung Eric mendengar pembicaraan antara dua orang beda bahasa dan negara ini. Melihat Eric dan Nana, Refald jadi merindukan tunangannya.
Aku akan menemuimu, Honey. Segera setelah keluar dari desa ini. Batin Refald menatap tajam arwah yang terus saja berusaha keras melawannya.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Rara Aida
i think you can't speak english nana but you do it
2024-01-13
0
suci
kisahnya di bab 8 ini aku suka sekali.karena yg tadinya seram menjadi seperti lelucon
2024-01-12
1
Black Shadow
harusnya judulnya "pemimpin pasukan dedemit" itu lebih cocok
2023-05-04
0