Nasib sial ternyata masih menimpa Eric dan Refald. Tak hanya harus sedikit lam tinggal di desa angker ini. Kabar buruk yang mereka terima adalah, keduanya terpaksa mencari penginapan di desa karena pegawai bengkel mengalami kecelakaan sehingga ia tak bisa sampai di lokasi Refald tepat waktu.
Sebagai ganti, pihak bengkel akan mengirim montir pengganti untuk memperbaiki mobil jeep Eric. Aneh memang, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba montir yang dikirim ke desa tempat Refald dan Eric berada malah mengalami kecelakaan tak terduga. Bahkan kondisi montir tersebut sedang koma.
Meski sudah dikirimkan montir pengganti, tetap saja akan memakan waktu lebih lama. Besok mungkin sang montir pengganti tersebut baru bisa datang. Syukurlah pemilik warung menawarkan kamar kosong pada Refald dan Eric sehingga mereka berdua bisa bermalam sambil menunggu pegawai bengkel lain datang kemari untuk memperbaiki mobil jeep mereka.
"Terimakasih atas tawarannya, Pak." Refald tersenyum manis pada sang pemilik warung.
"Sama-sama Den, mari ikut saya untuk melihat kamarnya, semoga saja betah. Namanya juga di desa, harap maklum kalau tidak ada hotel bintang 5 di sini." sang pemilik warung yang berusia paruh baya itu merendah. Padahal kamar yang ditawarkan pada Refald dan Eric jauh lebih bagus untuk ukuran kamar sederhana di desa terpencil.
"Bapak ini litotes sekali. Tidak apa-apa, Pak. Terimakasih sudah diizinkan menginap di sini."
"Syukurlah kalau Aden-aden suka kamarnya. Saya tinggal ke depan dulu kalau begitu. Silahkan beristirahat, anggap rumah sendiri. Permisi." pria paruh baya itu mengangguk begitupula dengan Refald dan Erick.
Setelah sang pemilik warung menutup pintu, Refald membuka jendela kamarnya dan mengamati keadaan sekitar. Dari dalam kamar, tunangan Fey masih menatap dua sejoli di mana Kuntilanak yang masih mengitari mereka semakin memancarkan api kemarahan di wajah mengerikan tersebut.
“Semoga saja pasangan sejoli itu baik-baik saja,” gumam Eric saat melihat Asrok dan Nina pergi meninggalkan warung. Ia berdiri di sebelah Refald seolah sedang memikirkan sesuatu.
Refald sendiri tak menyahut, ia hanya mengamati pergerakan kuntilanak berbaju putih yang mendadak, berubah warna menjadi merah menyala. Artinya, akan ada nyawa melayang di tangan sosok makhluk astral menakutkan itu.
"Brays! Itu apaan?" pekik Erick kaget dan Refald langsung menutup pintu jendelanya.
"Itu perubahan iblis jahat yang akan mencelakai manusia. Gawat, kita tidak bisa lama-lama ada di desa ini."
Hening, tidak ada sahutan dari Eric. Refald menoleh pada sahabatnya dan langsung terkejut karena sahabatnya ternyata melompat ke atas kasur dan sembunyi di bawah selimut. tubuh Eric terlihat gemetar karena ketakutan.
"Dasar penakut," gumam Refald meledek sahabatnya.
Ini bukan kali pertama Refald melihat perubahan wujud kuntilanak dari yang tadinya putih, berubah merah ataupun sebaliknya. Perubahan itu terjadi apabila makhluk menakutkan tersebut merasa terganggu dan sangat membenci orang yang diikutinya karena sesuatu hal. Bisa jadi orang itu telah melakukan hal buruk pada makhluk tak kasat mata sehingga mengundang api kemarahannya.
Terjadi perang batin yang kuat dalam diri Refald apakah ia harus menolong dua sejoli itu atau tidak. Saat ini, Refald hanya pemuda biasa sama seperti Eric dan yang lainnya. Kekuatannya masih tertahan dan belum kembali. Ia tak bisa memprediksikannya kapan kekuatannya kembali seperti sedia kala.
Kalaupun Refald memaksakan diri membantu, tetap tidak akan menyelesaikan masalah, yang ada malah situasinya bakal semakin runyam dan merembeh kemana-mana. Tak menuntut kemungkinan, semua penduduk di desa ini akan terkena imbasnya.
“Kenapa mereka melakukan hubungan terlarang di rumah itu!” geram Refald kesal. Ia mengepalkan kedua tangannya sendiri. Eric yang tidak tahu apa-apa jadi ikutan takut juga kalau seorang Refald marah tanpa alasan yang jelas.
“Apa maksudmu? melakukan hubungan apa? Siapa yang kau maksud?” tanya Eric yang langsung membuka selimutnya.
“Mereka berdua, sudah melakukan kesalahan besar dan kita datang disaat yang tidak tepat. Jika aku menunda sehari perjalanan kita ini, mungkin kita berdua takkan terjebak di desa ini. Kuntilanak itu, takkan membiarkan siapapun datang atau meninggalkan desa ini sampai misi setan itu selesai. Dan aku tak bisa berbuat apa-apa karena kekuatanku masih belum kembali.”
“Apa!” pekik Erick mulai ngeri sendiri. “Lalu … apa yang kita kalukan di sini?” tanyanya bingung. “Apa kita akan mati? Di desa ini? Aku belum menikah Refald, kau sih enak sudah punya tunangan dan sudah pernah merasakan indahnya jatuh cinta. Lah aku kan, belum. Aku tidak mau mati muda di desa ini. Kita harus pergi dari desa ini secepatnya.” Eric membopong tas hitamnya dan bermaksud keluar dari kamar tapi Refald menghalangi langkah sahabatnya.
“Kau dan aku tidak akan bisa pergi dari sini. Jika kau nekat, mereka akan membawamu kemari lagi dan mengurungmu selamanya di desa ini. Aku akan cari cara sembari menunggu kekuatanku kembali. Untuk sementara, kita tinggal di desa ini sebagai pendatang, Jangan lakukan apapun yang bisa memicu masalah. Aku akan terus memantau pergerakan makhluk-makhluk astral di sini. Mereka tidak akan mengganggu selagi kita tidak mengusik mereka.” Refald menenangkan sahabatnya.
"Tapi ... desa ini sangat aneh, Brays ... kau ngerasa nggak sih?"
"Aku tahu ... yang lebih aneh lagi ... aku tak bisa memanggil para pasukanku datang kemari. Kita terkurung. Di malam hari, yang berkuasa adalah setan-setan diluar sana. Tapi disiang hari, kita bisa mencari celah dan keluar dari sini. Tenanglah, jangan panik. Ini bukan pertama kali kita mengalami hal mistis begini."
Eric pun pasrah, ia tak meragukan insting temannya yang memang diberkahi kekuatan istimewa. Ini juga bukan kali pertama Eric dihadapkan dengan hal ghaib di luar nalar manusia. Bersama Refald, ia aman.
Rupanya, sinyal di desa ini juga tidak stabil. Kadang ada dan kadang tidak ada. Refald jadi kesulitan menghubungi Fey atau siapapun yang ada di luar desa ini.
"Sial! Sinyalnya menghilang!" geram Refald lagi lebih kesal dari sebelumnya. Ia pun tak sengaja memukul dinding ruangan kamarnya hingga hancur dan tiba-tiba, muncullah sebuah tangan manusia yang sepertinya sengaja dikubur di dinding tersebut.
"I-itu ... " mata Erick melotot seolah hendak keluar tapi mulutnya di bekal kuat oleh Refald sehingga pria yang sedang ketakutan itu tak bisa bicara.
"Jangan berisik. Bantu aku membereskan dinding itu ..." bisik Refald dengan tenang.
"Apa kau gila?" Eric memberontak dan setengah berbisik pada Refald. "Membereskan kepalaku peong? Itu jasad manusia woy ... astaga. Sekarang aku tahu kenapa kau terpilih jadi pangeran dedemit. Hal semacam ini saja tak membuatmu takut sedikitpun. Ada yang tidak beres dengan desa ini begitupula dengan otakmu. Disebelahmu itu maayat woy! Ma-yat! Ada pembunuhan di rumah ini. Dan kau masih sanggup bicara seperti itu?" Eric benar-benar shock.
"Sudah jangan protes," seru Refald pelan agar suaranya tidak terdengar dari luar.
Refald kembali mengangkat tangan yang menggantung di dinding kembali ketempatnya semula. Tanpa ragu, ia menutup kerusakan dinding akibat pukulan tangannya dengan lemari yang terpajang di sudut lain.
"Bantu aku mengangkat lemari ini!" pinta Refald pada Eric yang masih shock berat.
Bayangkan saja, kini Eric dan Refald berada di dalam kamar berdinding mayat. Entah apa yang terjadi sebenarnya, yang jelas pelaku yang membunuh jasad tersebut pasti pemilik warung sok ramah tadi. Tidak ada yang tahu, apa alasan pria itu membunuh orang dan mengubur korbannya di dinding rumahnya sendiri.
Jangan-jangan, semua dinding ruangan ini berisikan jasad-jasad manusia yang sengaja dikubur agar tidak menimbulkan kecurigaan. Anehnya, mayat tersebut tidak mengeluarkan bau menyengat sehingga tidak ada yang curiga dengan perbuatan keji sang pemilik warung.
Setelah selesai memindahkan lemari, Refald memejamkan mata dengan khidmad. Ia bisa menghancurkan dinding ruangan hanya dalam satu kali pukulan yang artinya, sedikit demi sedikit kekuatan Refald telah kembali meski tidak secara serentak.
"Pak Po, mas Gen, Mas Ger ... kemarilah!" panggil Refald pada seluruh pasukan dedemitnya.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Isnaaja
itu dindingnya yang sudah bobrok atau kekuatan refald yang dahsyat sehingga 1 pukulan langsung jebol
2023-04-27
0
Isnaaja
kasihan montirnya,gak tau apa2 tapi dibikin celaka.dasar setan
2023-04-27
0
Palen Febrik
terus berkarya author...bagus ceritanya..
2023-02-01
0